tag:blogger.com,1999:blog-61637785296452307562024-03-04T20:47:08.878-08:00CERITA SEKS DEWASAUnknownnoreply@blogger.comBlogger20125truetag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-81454459134331320852014-06-06T19:07:00.003-07:002014-06-06T19:07:49.619-07:00Bermalam di Rumah Tante Mey<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwwtPe6-wBejpwJXPLQ2dLZCXI5TOkju9gRkStQ37rwI8JzNPi7TczbYbg5eZE_LtxHPdeHJqExaDuKQKeUN_Dr5BlX0IG0-JbZkVyY3AMo0pdilnNAbAHCu8NiEZ8lCv58KBxJXAOsUqg/s1600/2_951.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwwtPe6-wBejpwJXPLQ2dLZCXI5TOkju9gRkStQ37rwI8JzNPi7TczbYbg5eZE_LtxHPdeHJqExaDuKQKeUN_Dr5BlX0IG0-JbZkVyY3AMo0pdilnNAbAHCu8NiEZ8lCv58KBxJXAOsUqg/s1600/2_951.jpg" height="320" width="240" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada bulan Mei tersebut aku pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, tapi memang kata orang bahwa mencari pekerjaan itu tidak semudah yang kita duga, apalagi di kota metropolis. Pada suatu malam minggu aku tersesat pulang dan tiba-tiba saja ada mobil sedan mewah menghampiriku. Terus dia berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hey.. kok.. melamun?” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sangat kaget sekali ternyata yang menyapaku itu adalah seorang wanita cantik dan aku sempat terdiam beberapa detik.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Eee.. Ditanya kko masih diam sih?” wanita itu bertanya lagi. Lalu aku jawab,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ii.. nii.. Tante aku tersesat pulang nih?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooohh.. Mendingan kamu ikut Tante saja yah?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kemana Tante?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Gimana kalau ke rumah Tante aja yah?” karena aku dalam keadaan bingung sekali dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung mengiyakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Singkat cerita aku sudah berada di rumahnya, di perumahan yang super elit. Kemudian aku diperkenalkan sama anak-anaknya yang memang pada cantik dan sexynya seperti Mamanya. Oh yah, setelah aku dan mereka ngobrol panjang lebar ternyata Tante yang nolong aku itu namanya adalah Tante Mey Lin yang dipanggil akrab Tante Mey, anak pertamanya Mbak Hanny, dia masih kuliah di Universitas terkenal di Jakarta, anak yang kedua namanya Sherly kelas 1 SMU dan yang ketiga namanya Poppy kelas 1 SMP, mereka berdua di sekolahkan di sekolah yang terkenal dan favorit di Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Walaupun aku baru pertama kenal, tapi aku sama bidadari-bidadari yang pada cantik ini rasanya sudah seperti seseorang yang telah lama berpisah. Lalu kami berlima menonton acara TV yang pas pada waktu itu ada adegan panasnya, dan aku curi pandang sama Tante Mey, rasanya Tante ini enggak tenang dan merasa gelisah sepertinya dia sudah terangsang akan adegan itu, ditambah ada aku disampingnya, namun Tante rupanya malu sama anak-anaknya. Tiba-tiba Tante berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hanny, Sherly, Poppy cepat tidur sudah malam?” yang memang pada waktu itu menunjukkan jam 10.30.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Memangnya kenapa Mami, filmnya kan belum selesai”, kata Mbak Hanny.</div>
<div style="text-align: justify;">
Memang dia kelihatannya sudah matang betul dan apa yang akan dilakukan Maminya terhadap aku? Lalu mereka bertiga masuk ke kamarnya masing masing tapi Sherly dan Poppy tidur satu kamar. Dan kejadian kurang lebih tiga bulan yang lalu terulang lagi dan sungguh diluar dugaan aku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nah dewa sekarang tinggal kita berdua”, katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Memangnya ada apa tuh Tante?” kataku heran.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dewa sayang, Tante enggak bisa berbuat bebas terhadap kamu karena Tante malu sama anak-anak,” begitu timbalnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dewa mendingan kita ke kamar Tante aja yah, please.. temanin Tante malam ini sayang, Tante sudah lama sekali enggak dijamah sama laki-laki”, sambil memeluk aku dan memohon,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Yah sayang? Mau kan?” katanya lagi</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ii.. Yaa, mau.. Tante?” jawabku gugup. Karena Tante sudah mau menolongku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba di kamar Tante rupanya enggak bisa nahan lagi nafsunya dia langsung mencium seluruh tubuhku, lalu kami berdua tanpa terasa sudah seperti sepasang kekasih yang sudah lama pisah. Hingga kami berdua sudah setengah bugil, aku tinggal CD saja dan tante Mey tinggal BH dan CDnya. Tante sempat menari-nari di depanku untuk membangkitkan gairahku supaya semakin nafsu. “Wahh..!! Gile benar nih Tante, kok kayak masih umur 23 tahun saja yah?” gumamku dalam hati. Itu tuh.. Kayak Mbak Hanny anaknya yang pertama. Sungguh indah tubuhnya, payudara yang besar, kencang dan sekel sekali, pinggulnya yang sexy dengan pantat yang runcing ke atas, enak kalau dientot dari belakang? Terus yang paling menggiurkan lagi vaginanya masih bagus dan bersih. Itu gerutuku dalam hati sambil melihat Tante menari-nari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tante langsung menindihku lalu mencium bibirku dengan ganasnya lalu aku juga membalasnya, Tante menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang mulai tegang, juga kedua payudaranya ke dadaku. “Ooohh.. terus.. Tante, gesek.. dan.. Goyang.. yang kerass.. aahh.. oohh..” desahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dewa sayang itu penismu sudah bangun yah, rasanya ada yang menganjal di vaginaku cinta,” kata Tante Mey.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu kami berdua tanpa ba.. bi.. bu.. langsung melakukan 69, dengan jelas terlihat vagina Tante Mey yang merah merekah dan sudah sangat basah sekali, mungkin sudah terangsang banget karena tadi habis menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Lalu aku menjilat, mencium dan menghisapnya habis-habisan, kupermainan kritorisnya. Tante mengerang.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooohh.. Eennaakk.. Dewaa.. sayang.. terus.. makan vagina Tante yahh..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu juga dengan aku, penis rasanya sudah enggak tahan banget ingin masuk ke lobang vagina kenikmatannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooohh.. yahh.. eenaakk terus.. Tante.. yang cepet kocokkannya..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Cclluup.. Ccluupp.. Suara penisku didalam mulutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dewa, vagina Tante sudah enggak tahan lagi sudah cepet lepasin, cepet masukin saja penis kamu cinta?” Tante Mey meringis memohon.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian aku mengambil posisi diatas dengan membuka pahanya lebar lalu aku angkat ke atas dan aku mulai memasukan penisku ke dalam vaginanya. Bblless.. Bleess.. Bblleess..</div>
<div style="text-align: justify;">
“Awww.. Yeeahh.. Ssaakiitt.. De.. Waa?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kenapa Tante?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Pelan-pelan sayang, vaginaku kan sudah lama enggak dientot?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooohh..?” jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tahan sebentar yah cinta, biar vagina Tante terbiasa lagi dimasukin penis,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selang beberapa menit,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nah Dewa, sekarang kamu boleh masukin dan entot vagina Tante sampai puas yah?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ssiipp.. Siap..!! Tante Mey?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Memang benar vagina Tante rupanya sudah lama enggak dimasukin penis lagi, terbukti aku sampai 3 kali hentakan. Bleess.. Bless.. Bblleess.. Akhir aku masukin semuanya penisku ke vaginanya. Tiga kali juga tente Mey menjerit.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dewa genjot dan kocok vaginaku sayang?” lalu aku mulai memasuk keluarkan penisku dari lambat sampai keras dan cepat sekali. Tante Mey mengerang dan mendesah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooohh.. ahh.. enak.. sekalii.. penis kamu Dewaa.., akhirnya vagina Tante ngerasain lagi penis.. terus.. Entot vagina Taann.. tee.. Dewaa.. Sayaanngg..?” ceracaunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Uuuhh.. Oohh.. Aaahh.. Yeess.. Ennaakk.. vagina Tante seret sekalii.. Kaya vaginanya perawan?” timbalku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba, “Dewaa.. Aku mau keluar nih? penis kamu hebatt..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tunggu Tante sayang, aku juga mau keluar nih..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya Tante Mey orgasme duluan. Crott.. Ccroott.. Crroott.. Banyak sekali cairan yang ada dalam vaginanya, rasanya penisku hangat sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tante aku mau keluar nih..?” kataku, “Dimana nih keluarinnya..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Didalam vagina Tante saja Dewaa.. Please.. ingin air mani kamu yang hangat..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ccrett.. Ccroott.. Ccrroott..</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aaarrgghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Mmhh.. Nikmat vagina Tantee..?” erangku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu aku dan tente tidur pulas, karena kecapaian akibat pertempuran yang sengit tadi. Sekitar jam 12 malam rasanya penisku ada yang mengulum dan mengocoknya. Ternyata Mbak Hanny,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada apa Mbak?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wah gila dia, sambil mengocok penisku didalam mulutnya, tangan kirinya menusuk-nusuk vaginanya sendiri. Dia berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dewa aku ingin dong dientot kaya mami tadi, yah.. please..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia mempertegas, “Dewa tolong Mbak yah sayang, vagina Mbak juga sudah kangen enggak ngentot lagi, Mbak baru putus sama pacar habis enggak muasin vagina Mbak,” sambil membimbing tangan kananku untuk mengelus-elus vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iyah deh Mbak, aku akan berusaha dengan berbagai cara untuk dapat membuat vagina Mbak jadi ketagihan sama penis aku,” jawabku vulgar.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kita entotannya dilantai karpet aja yah?” kata Mbak Hanny. Tapi masih di kamar tersebut, “Aku takut mengganggu Mami yang habis kamu entotin vaginanya, entar Mami bangun lagi kalau ngentotnya diranjang,” dia mempertegas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mbak Hanny langsung telanjang bulat. Kami pun bercumbu, saling menjilat, mencium, menghisap seperti biasa, dengan gairah yang sangat menggelora sekali. Dan sekarang aku mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya, karena dia sudah gatel banget lihat tadi aku ngentotin Maminya. Maka aku langsung aja, masukkan penisku. Bleess.. Bless.. Bleess..</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aw.. Oohh.. Aahh.. Yyeess..?” erangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sakit Mbak?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Enggak cinta, terusin saja enak banget kok?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku langsung mengkocoknya, plak.. plakk.. plokk.. plookk..? suara paha kami berdua beradu..?</div>
<div style="text-align: justify;">
“Vagina Mbak enaakk.. Sekali sih..?” sambil aku menggoyangkan pinggulku, terus dia juga mengimbangi goyanganku dengan arah yang berlawanan sehigga benar-benar tenggelam seluruh penisku ke dalam vagina surga kenikmatannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohh.. ennak.. Dee.. waa.. terus.. entot.. mee.. meekk.. Mmbaakk.. sayyaanngg..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya akupun ngentot lagi sama vaginanya Mbak Hanny, tapi Maminya enggak sedikitpun bangun mungkin capek main sama aku, habis aku bikin tubuhnya dan vaginanya melayang-layang. Lagi asyik-asyiknya ngentotin vaginanya Kak Hanny, tiba-tiba terdengar suara.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iiihh.. Kakak lagi ngapain?” mendengar suara tersebut, aku terkejut. Rupanya Shelly dan Poppy sedang asyik dan santainya melihat aku ngentot sama kakaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku langsung aja berhenti dan seketika itu juga Mbak Hanny berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dewa kenapa, kok berhenti sayang, terus dong entot vagina Mbak, sampai enak dan nikmat sekalii..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ii.. ittuu.. ada..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada apa?” katanya lagi penasaran. Pas dia menggerakkan wajahnya kekanan, terlihatlah adik-adiknya yang sama-sama sudah bugil tanpa sehelai benang pun. Lalu Mbak Hanny bicara,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Eehh.. adik-adikku ini bandel sekali yah..!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah dia tahu bahwa aku berhenti karena ada adik-adiknya yang sama sudah telanjang bulat. “Heyy.. kenapa kalian ikut-ikutan telanjang?” kata Mbak Hanny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kak aku ingin ngerasain dientot yah?” tanya Shelly sama kakaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iyah nih Kakak kok pelit sih.. aku juga sama Kak Shelly ingin juga ngerasain penisnya Mas Dewa,” timbal poppy.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iyah kan Kak?” tanya poppy pada Shelly.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iyah nih.. Gimana sih..?” timbal Shelly.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Please dong Kak? Rengek kedua anak tersebut?” terus mungkin sudah terlanjur mereka berdua melihat kakaknya ngentot dan sudah pada bugil semuanya, maka Kak Hanny membolehkannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iyah deh kamu berdua sudah telanjur bugil dan lihat kakak lagi dientot vaginanya sama penis Dewa?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sini jangan ribut..” kata Kakaknya lagi, “Tunggu kakak keluar, yah.. entar kamu juga bakal kebagian adikku manis” Tanya kakaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dewa cepetan kocokannya yang lebih keras lagi.. Kasihan vagina kedua adikku ini sudah pada basah.. tuhh..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya aku dan Mbak Hanny pun mempercepat ngentotnya kayak dikejar-kejar hantu. Dan akhirnya orgasme secara bersamaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aaarrgh.. Oohh.. Mmhh.. Aarrgghh.. Enak.. Sekalii.. cintaa? Aku sudah keluar Dewa..?” erangan Mbak Hanny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku juga sama Mbakk.. Rasanya penisku hangat sekali”</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah berhenti beberapa menit, lalu kedua anak abg ini mulai membangkitkan lagi gairahku, Shelly kakaknya lagi asyik mengocok penisku dalam mulut dan bibirnya yang sexy sedangkan Poppy mencium bibirku habis-habisan sampai kedua lidah kami saling bertautan dan aku pun tak tinggal diam, aku mulai meremas-remas toketnya yang sedang seger-segernya seperti buah yang baru matang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya kembali lagi aku ngentotin vagina adiknya yang masih perawan. Yang pertama kuentot vaginanya sherly yang kelas 1 SMU. Aku sangat kesulitan memasukan penisku karena vaginanya masih sempit dan perawan lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Benar nih, vagina kamu mau aku masukin?” tanyaku dengan penuh kelembutan, perhatian dan kasih sayang.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mau sekali Kak..?” jawabnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku dari tadi sudah kepengen banget, ingin ngerasain gimana sih kalau vagina aku dimasukin penis Mas dewa? Kelihatannya Kak Hanny enak dan nikmat banget, waktu Kakak lagi ngentotin dia?” jawab polosnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu aku suruh dia diatas aku dibawah dan akhirnya dia memasukan juga. Bles.. Bless.. Bbleess..</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aw.. Aahh.. Ohh.. Kak.. sudah.. Masuk belumm..?” sambil dia mengedangah ke atas, bibir bawahnya digigit lalu kedua payudaranya dia remas-remas sendiri sambil dia menekan pantatnya kebawah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tekan lagi cinta masih kepalanya yang masuk?”</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya dengan dibantu aku memegang pantatnya kebawah, akhirnya masuklah semuanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aahh.. oohh.. yeeahh.. masuk semuanya yah kak?” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iyah Shelly sayang, gimana enak kan?” tanyaku sambil aku mencoba menggenjotnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Enak.. sekali.. Kak Dewa..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini belum seberapa Selly. Ntar kamu akan lebih nikmat lagi?” lalu aku kocok vaginanya dan akhirnya dia orgasme duluan. Creett.. Creett.. Ccroott..</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aakk.. saayyaanngg.. aa.. kuu.. mau.. keluar nihh..” eranganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil memelukku erat-erat dan pantatnya ditahan ke belakang karena dia ada diatas, lalu aku pun sama menghentakkan pantatku ke depan, arah yang berlawanan supaya dia benar-benar menikmatinya, penisku tertekan lebih dalam lagi ke lubang vaginanya. Dia langsung lemes sementara aku belum orgasme dan kulihat Poppy sedang dioral vaginanya sama kakaknya, Mbak Hanny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudah dong kak..?” kataku pada Mbak Hanny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kasihan tuhh.. vagina Poppy sudah ingin banget ngerasain di tusuk sama penisku ini?” kataku lagi</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iyah Kak Hanny, sudah dong kak?” kata Poppy.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku sudah enggak tahan sekali dari tadi lihat Kak Shelly dientot sama penisnya Dewa, sepertinya nikmat dan enak sekali?” katanya memohon agar Kak Hanny melepaskan oralnya di dalam vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya kami berempat mulai perang lagi, aku mau masukin penisku ke vaginanya Poppy sambil nungging (doggy style) kemudian Poppy menjilat vaginanya Mbak Hanny dan Mbak Hanny menjilat vaginanya Shelly yang sudah seger lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Wah.. seretnya bukan main nih vaginanya Poppy, dia masih kelas 1 SMP jadi lebih sempit dibanding kakak-kakaknya dan cengkramannya pun sangat kuat sekali.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Bleess.. Bless.. Bleess..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Awww.. Awww.. Ooohh.. Ooohh..” Poppy menjerit lagi setiap aku mau memasukkan lagi penisku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sakit yah?” tanyaku sambil aku meremas-remas payudaranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ii.. Iyah.. kak.., Tapi kok enak banget sih? terusin aja Kak Dewa.. Vagina poppy rasanya ada yang mengganjal dan rasanya hangat dan berdenyut-denyut,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil merem melek karena aku mulai menggenjot vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oohh.. terruuss.. aakk.. saayyaang.. p.. vaginanya Poppy yah..” ceracaunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan rasanya dia mulai juga menggoyangkan pinggulnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tenang cinta.. aku.. akan.. berusaha.. muasin vaginanya dik.. Poppy.. Yah..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan akhirnya aku ngentot vagina keempatnya. Lalu aku dengar dia berkata,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku mau keluar nih?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sabar taahann.. duu.. Luu.. Yah..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun baru sekali ini vaginanya dientot dia tak bisa nahan dan..</div>
<div style="text-align: justify;">
Crott.. Croott..</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aarhhgg, eemmhh.. oohh.. yeeaass..nikmat banget aakh..?” eranganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Makasih.. Yah kak..?” sambil dia tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku.. pipisnya kok.. enggak biasanya, tapi enak banget sih.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku mau keluar nih, dimana sayang?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aakkh.. didalam vaginaku aja yah.. Aku ingin ngerasain.. Gimana di siram air mani penis..”</div>
<div style="text-align: justify;">
Ccrroott.. Crroott.. Crott..</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya aku tumpahkan ke dalam lobang vaginanya dan sebagian lagi kuberikan sama Kak Hanny dan Shelly.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gile.. Benerr.. sekali ngentot dapat empat vagina, yaitu vaginanya anak SMP, anak SMU, mahasiswi dan Tante-Tante.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-63633102610119744302014-06-05T08:43:00.000-07:002014-06-05T09:00:07.524-07:00Ketagihan Janda Cantik<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS8SQUuXC2sumsTjVB-RRu9mW3qDCi4kcsVcRsJnM-IJzIQxiXClizobODTG0ynJsEZ5-ICBsAB5_WBuEXMAD2p8kA30E0JgMEqZBziOSWrpC2gg1yLHBHj-RQ7Xz19ddeoRbeDSNacytr/s1600/10251997_230965340438375_5742237870610406188_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS8SQUuXC2sumsTjVB-RRu9mW3qDCi4kcsVcRsJnM-IJzIQxiXClizobODTG0ynJsEZ5-ICBsAB5_WBuEXMAD2p8kA30E0JgMEqZBziOSWrpC2gg1yLHBHj-RQ7Xz19ddeoRbeDSNacytr/s1600/10251997_230965340438375_5742237870610406188_n.jpg" height="241" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Kejadian ini berlangsung sekitar 4 tahun lalu ketika saya berumur 22 th. Saat itu saya masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Saya berkenalan via internet dengan seorang janda keturunan china berumur 40th bernama bernama Jeany, dia mempunyai 2 orang anak berumur 5 dan 9 th. Mulanya saya hanya tertarik karena orangnya ramah dan asyik diajak ngobrol dan cukup bisa mengikuti gaya anak muda alias lumayan 'gaul' lah. Hampir setiap malam dia telepon ke rumah saya. Sampai kadang anak-anaknya ikutan bercanda lewat telepon.</div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu saat Jeany akan ada tugas dari kantornya ke Surabaya dia menelepon minta dijemput di Airport katanya, wah asyik nih aku bisa ketemu sekalian bisa ngobrol dan bercanda. Pada saat hari H dia telpon saya lagi dia bilang dia pake baju warna pink dan celana panjang hitam. Hmm sesampainya di airport aku bingung sekali waktu aku lihat-lihat di kedatangan airport yang pakai baju pink dan celana hitam cuman ada satu orang itupun kira-kira masih sekitar umur 30 th menurutku. Aku beranikan diri untuk menyapa,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hmm selamat siang bu, ma'af ibu yang bernama Jeany?" dengan senyum yang manis dia langsung merespons,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Apakabar Iwan".</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya langsung bengong karena melihat tampangnya yang masih cantik dengan badan langsing tapi gemuk pada bagian yang penting tentunya. Tiba-tiba jeany langsung mencium pipiku..</div>
<div style="text-align: justify;">
"Mmmuuaachh jangan pake ibu segala ya.. Panggil Jeany aja!".</div>
<div style="text-align: justify;">
Wah-wah saya langsung rada horny.. He.. he..he..</div>
<div style="text-align: justify;">
Seharian saya antar dia keliling ke kantor klien-kliennya, setelah jam kerja usai, kita makan malam dan saya antar lagi dia ke airport. Di perjalanan tiba-tiba dia minta berhenti di pinggir jalan. Saya tanya,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kenapa kok berhenti?" tanpa banyak bicara dia langsung mencium bibir saya dan membuka retsleting celana saya, penis saya langsung menegang tanpa basa-basi. Sambil mengelus-elus batangku dia bergumam,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hmm mantap juga batang kamu ini"</div>
<div style="text-align: justify;">
Ukuran penisku tidak terlalu besar sih sekitar 18 cm panjangnya, tapi menurut Jeany, "helm proyek"-nya ini bisa bikin nyesek.. He.. he.. he.. he..</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah puas melumat bibirku dia langsung menyedot batang kemaluanku yang dari tadi sudah menunggu hisapan mulut sexinya, tak ketinggalan lidahnya menjilat-jilat batang penisku, aku tak mau tinggal diam tanganku berusaha meremas dadanya yang cukup kenyal, tapi dia menepis, "Sudah deh kali ini biar Jeany yang kerja," ya.. aku pasrah saja sambil menikmati sedotan bibirnya, tak lama kemudian aku serasa melayang-layang dan kepala penisku serasa makin besar akhirnya "Oughh.. ahh.." Crott!! Spermaku keluar di mulut Jeany, Dia makin gila menyedot semua batangku masuk ke mulutnya seakan nggak mau ada spermaku yang lolos dari mulutnya. Kepala penisku masih berdenyut saat jeany menyedotnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahhmm enak banget batang kamu, thank's ya," kata Jeany, sambil tersenyum dan menciumku, dia sangat suka dengan penisku, sementara aku hanya bisa diam dan masih terheran-heran melihat kebinalannya," Ayo jalan, ntar ketinggalan pesawat nih." Tiba-tiba Jeany protes melihat aku hanya terdiam dan membiarkan celanaku terbuka. Pada saat aku tiba di parkiran airport Jeany berkata," Kamu masih utang lho sama aku" hmm aku hanya bisa senyum sambil kali in aku yang mencium bibir sexy-nya. Jeany memelukku erat, kami seperti pasangan kekasih aja.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebulan telah berlalu, kami tetap berhubungan via telepon, hubngan kami semakin akrab, lalu saya memutuskan untuk pergi ke Jakarta untuk bertemu Jeany. Kebetulan anak-anaknya sedang liburan sekolah, sekalian saya bertugas mengajak anaknya jalan-jalan. Saat tiba di Jakarta saya menginap di sebuah hotel yang cukup terkenal di daerah Senayan. Lalu kami bertemu dan jalan-jalan bersama kedua anaknya, "Hmm sudah seperti keluarga aja nih" pikirku dan Jeany terlihat makin cantik, lebih cantik dari sebelumnya. Sepulang dari jalan-jalan, tiba-tiba anak Jeany yang berumur 7th meminta saya untuk menginap di rumahnya, agar kita bisa main playstation berdua. Asyik juga nih pikirku, karena memang aku juga keranjingan main game.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya dan Dodi (anak sulung Jeany) sudah 2 jam main playstation. Saat itu sudah jam 23.00, Dodi sudah mau tidur sementara Jeany masih sibuk membereskan kamar yang akan saya tempati. Kelar main PS dengan Dodi, saya langsung mandi karena sejak tadi saya belum mandi. Selesai mandi saya lihat Jeany sudah selesai beres dan duduk di sofa ruang keluarga sambil nonton TV. Cantik sekali Jeany saat itu, dengen baju tidur warna ungu, wah.. yang bikin saya deg-degan dadanya yang berukuran 34b menyembul dibalik gaunnya, dan setelah aku curi-curi pandang ternyata dia tidak memakai bra.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kamu masih hutang ama aku lho Wan", jeany berkata begitu dengen senyum manisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ya aku langsung jawab aja, "Iya deh pasti aku lunasin kok" wah kebeneran nih ngerasain vagina janda.. Hehehehe biarpun sudah umur 40-an tapi badannya sangat sexy karena memang hobbynya berenang. "Kita sambil nonton bokep yuk Wan," kata Jeany.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sewaktu Jeany memasang vCD rada sedikit nungging, Hmm.. pahanya terlihat mulus den belahan pantatnya terlihat sangat bersih, aku tak tahan langsung aja aku samperin dan menjilat belahan pantatnya dari belakang sampai turun ke selangkangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh sayangg.. Sabar donk.. Aku sudah lama nggak diginiin" Jeany mendesah sambil kakinya gemetaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku gendong saja ke sofa terus aku ciumin bibrnya, Jeany merespons ciumanku dengan ganasnya, "Jago juga nih ciumannya", pikirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara kedua tanganku mulai menyelusup ke dadanya yang sejak tadi membusung karena menahan nafas, "Oughh ahh.. Terusin sayang," desahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tangan jeany mulai berusaha meraih batang penisku yang sudah menegang dengan helm yang memerah, "Eitt ini giliranku bayar hutang," tanganku menepis tangan jeany dengan lembut, dia hanya tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara mulutku mulai menjilat-jilat puting jeany yang berwarna pink. Jemarinya mendekap erat kepalaku, sambil mendesah dan kakinya memeluk erat pinggulku, "Suck my pussy baby"</div>
<div style="text-align: justify;">
Jeany mendorong kepalaku ke arah vaginanya yang dari tadi cairannya membasahi dadaku. Hmm asyik benar nih pikirku dalam hati. Saat aku mulai menyapukan lidahku dari bagian bawah ke atas vaginanya aku merasakan cairan yang sangat nikmat yang aku impikan sejak pertama kali bertemu Jeany. Aku hisap clitorisnya dia makin mengejang dan aku merasakan vaginanya sperti menghisap bibirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ciuman ama bibir atau vagina sama enaknya nih," pikirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oughh sayangghh enak," gumamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lidahku mulai bergerak konstan di clitorisnya semakin cepat, pantatnya bergerak naik turun mengikuti irama lidahku, tiba tiba dia berteriak histeris.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Fuck.. Ahh ahh oughh ah ahh ahh.. Iwann eghh.," badan Jeany mengejang, tangannya menekan kepalaku ke vaginanya hingga hidung dan hampir semua wajahku basah karena cairan vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nafasnya tersengal-sengal dadanya makin membusung (ini pengalaman pertamaku menjilat vagina, sekarang aku suka sekali menjilat vagina sampai lawan sex-ku mencapai klimaks karena jilatanku).</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku jilati terus dan aku telan semua cairan vaginanya, rasanya enak banget!! Sementara nafas Jeany masih tersengal-sengal aku angkat kedua pahanya sehingga lobang pantatnya pas berada di bibirku. Aku jilati lagi sisa-sisa cairan yang meleleh di lobang pantat jeany sambil aku teruskan jilatanku ke atas dan turun lagi berulang-ulang. Tangan Jeany makin menekan kepalaku, aku makin menikmati permainan ini dan aku lihat kepala jeany menegadah pertanda dia sangat menikmati jilatanku, sampai akhirnya aku berbalik lagi menjilat bagian lobang vaginanya yang masih berdenyut.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sayangghh terusinn aku hampir sampai lagi nihh,"gumamnya sambil menggerak-gerakan pantatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku makin enjoy dengan rasa vaginanya yang seperti sayur lodeh.. Hehehehe. Aku hisap clitorisnya sampai akhirnya dia mulai mengejang-ngejang.. "Oughh enakk sayangku.."</div>
<div style="text-align: justify;">
Kuku jemarinya terasa perih di belakang leherku. Jeany mencapai klimaks untuk kedua kalinya, tanpa menunggu-nunggu lagi aku tancapkan saja batang penisku yang dari tadi sudah menunggu untuk bersarang, Ternyata tak semudah itu, lobang vaginanya memang cukup sempit pertama kali hanya kepala penisku aja yang bisa masuk, lalu setelah aku keluarkan dan aku masukkan lagi beberapa kali akhirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
BLESS..</div>
<div style="text-align: justify;">
"Eghh.. Enak banget Wan," gumamnya Jeany langsung menciumi bibirku dengan penuh nafsu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mulai memompa vaginanya secara beraturan sambil menjilati puting susunya yang merah dan menegang, enak benar vagina Jeany, pikirku. Selama 15 menit aku memompa, perlahan tapi pasti vagina Jeany makin terasa makin menyempit, aku makin merasa enak.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh.. Ahh oughh" mendesah sambil tangannya mencengkeram pinggiran sofa. Tiba-tiba cengkeramannya pindah ke punggungku sambil setengah berteriak Jeany mencapai klimaks yang ketiga kalinya,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aghh ahh I LOVE THE WAY YOU FUCK ME!!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku makin mempercepat gerakanku.. Jeany makin menggila.</div>
<div style="text-align: justify;">
"FUCK.. FUCK.. FUCK ME.. Oughh ahh ahh," Jeany benar meracau tak karuan, untung jarak kamar tidur dengan ruang tengah cukup jauh sehingga teriakannya tidak mengganggu tidur kedua anaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setalah Jeany menikmati sisa-sisa klimaksnya aku ciumin bibrnyai dia dan dia tersenyum, "Thank's ya, hutangmu lunas, tapi kamu belum keluar sayangku," dia berkata sambil membalikkan badannya dan kedua tangannya memegang sandaran sofa.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Fuck me from behind," dia mengarahkan penisku yang masih menegang ke arah lobang vaginanya yang sudah basah kuyup.</div>
<div style="text-align: justify;">
Langsung aja aku pompa vaginanya karena aku sudah tak tahan ingin cepat-cepat keluar, baru sepuluh kali keluar masuk, Jeany mendesah berat dan vaginanya berdenyut pertanda dia mencapai klimaksanya, badannya seperti kehilangan tenaga, aku tahan pantatnya sambil terus aku pompa vaginanya. Denyutan vaginanya membuat aku merasa makin nikmat. Dengan mata sayu Jeany berkata, "Keluarin di mulutku sayangku, aku haus spermamu".</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tidak memperdulikan aku tetap focus mengejar kenikmatanku sendiri sampai akhirnya aku akan mencapai puncak kenikmatan aku cabut penisku, dengan sigapnya jeany meraih batang penisku dan mengocok-ngocok di dalam mulutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oughh.. Isepin penisku sayanghh ahh.."</div>
<div style="text-align: justify;">
Crott!! Crott.. Crott..</div>
<div style="text-align: justify;">
Cairan spermaku meleleh di dalam mulutnya sampai keluar dari tepi bibir Jeany.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba ada suara lenguhan yang cukup mengagetkanku"ahh ahh ahh oughh..," kami berdua terkaget-kaget ketika aku lihat pembantu Jeany yang bernama Dini sudah telentang sambil mengejang di lantai, jemarinya terlihat berada di dalam vaginanya, sementara bajunya sudah tidak karuan. Aku baru sadar jika permainan kami diperhatikan oleh pembantu yang kira-kira masih berumur 15 tahun. Namun badannya lumayan bongsor dan mulus, buah dadanya terlihat membusung indah sekali. Namanya Dini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata Dini sudah memperhatikan permainan kita sejak tadi. Tanpa malu-malu lagi Jeany memanggilnya,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sini kamu!" sambil mukanya memerah Dini berjalan mendekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kamu ngapain?" tanya Jeany.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya lihat Ibu sama Mas Iwan begituan," jawabnya dengan lugu sambil melirik ke arah penisku yang masih tegak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jeany berbisik, "Aku sudah cape nih, aku rela kok kamu main sama Dini, tuh penis kamu masih tegak," sambil menciumku Jeany membisikkan hal yang benar-benar aku inginkan dan cukup mengejutkan bagiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil menunjuk ke arah vCD bokep yang sedang beradegan anal, Jeany berkata kepada Dini,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kamu mau ngentot seperti di TV itu ya Dini"</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan muka makin memerah Dini menjawab dengan perlahan dan gemetaran,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Eng.. Engga bu, ma'afkan Dini".</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan nada sedikit membentak Jeany memerintah, "Pokoknya kamu harus layani Mas Iwan sampai dia puas!! Siapa suruh ngelihat kita ngentot sambil mainan vagina pula, isepin tuh penis Mas Iwan!".</div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil perlahan-lahan mendekat, tangan Dini yang masih terlihat basah karena cairan vaginanya, meraih batang penisku, perlahan Dini mulai mengocok-ngocok sambil mengulum penisku.. Hmm enak sekali bibr mungil Dini. Aku elus pipinya dia memandang ke arahku, aku tanya si Dini, "Kamu sudah pernah ngentot ya?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan senyum malu-malu Dini menjawab, "Sudah Mas, dulu waktu Dini masih di kampung sama teman-teman"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hahh ama teman-teman?, rame-rame Donk?" aku bertanya kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dini hanya mengangguk lalu melanjutkan kulumannya. Aku lihat Jeany sudah terlelap kecapean.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa sadar aku meremas-remas payudara Dini sambil memelintir putingnya. Dini mendesah menikmati sambil terus berusaha mengulum penisku. Dengan lugu Dini berkata, "Mass ahh tolong donk dimulai, masukin Mass".</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku langsung mengangangkan kedua paha Dini dan Bless ternyata memang benar dia sudah tidak perawan lagi. Dini mendesah perlahan.. "Ouhh penis Mas besar sekali, baru kali ini saya ngentot sama orang dewasa.'</div>
<div style="text-align: justify;">
Dini terus menggoyang-goyangkan pantatnya sambil meremas payudaranya sendiri. Wah.. cukup pengalaman juga nih anak pikirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Matanya terpejam sambil bibirnya mendesis seperti orang kebanyakan cabe..</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ssshh ahh enakk Mass eghh."</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba dia berusaha berdiri sambil mendorong badanku, "Aku mau diatas mass ahh aku mau keluar"</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku oke-in aja deh aku telentang, Dini berjongkok sambil menggoyangkan pantatnya, dia menciumi leherku aku remas remas kedua payudaranya yang ranum denga puting kecoklatan. Genjotannya semakin keras aku mengimbangi goyangan pantatnya, aku naik turunkan pinggulku juga. Dini mendesah tak karuan sambil rebah di dadaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh mass ahh ahh oughh aku keluar Mass ahh aku mau lagi Mass.. Ahh..," bibirnya melumat bibirku penuh nafsu, dia berdiri dan menghadap tembok.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayo Mass, kita main lagi, aku ingin dientot sambil berdiri," dengan sedikit mengangkat pantatnya aku lesakkan batang penisku ke dalam vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dini menoleh ke arahku dan dia cuman tersenyum sambil berkata, "Boleh nggak yang seperti di TV Mas?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Wah.. binal juga nih anak pikirku, dalam hati aku juga ingin ngentot pantat nih, kebetulan. Pantat Dini memang bagus banget kenyal dan bulat, aku makin nafsu melihatnya. Dini membimbing penisku masik ke lobang anusnya, oughh sempit banget rasanya tapi enak. Langsung aja aku dorong penisku keras keras,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Arrghh oughh Mass enakk teruss mass"</div>
<div style="text-align: justify;">
Dini benar-benar sexy, bau badannya yang wangi rada asem dikit membuatku semakin terangsang, aku jilatin punggung dan leher bagian belakangnya sambil meremas payudaranya dari belakang. Gerakan bokongnya benar-benar mirip Inul penyanyi dangdut.. Hehehe. Sambil terus mendesah, Dini meraih tanganku dan dibimbingnye masuk ke lubang vaginanya yang banjir sejak tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kocokin jarimu Mass di dalam vaginaku.. Ahh ahh oughh enakk!!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba pantatnya mengejang dan berdenyut (baru kali ini aku tahu kalau pantat dientot juga bisa klimaks)</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh Mass keluarin di pantatku, Mass aoughh aku keluar Mass.. Oughh ahh ahh"</div>
<div style="text-align: justify;">
Dini meremas-remas payudaranya sendiri. Aku pompa pantatnya kencang-kencang karena denyutan anusnya aku nggak tahan sementara tanganku terus bergerak keluar masuk vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dini menengadah ke atas sambil terus meremas-remas payudaranya dan.. "Ahh mass aku keluar lagi.. Ahh ahh.."</div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar desahannya aku makin bernafsu dan kepala penisku semakin membesar mau bongkar muatan,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oughh Dini pantatmu enakk banget.. Ahh"</div>
<div style="text-align: justify;">
Semprotan spermaku membasahi bagian dalam anus Dini yang masih berdenyut. Lutut Dini bergetar dan dia terkulai lemas di lantai, penisku juga mulai melemas, kami berpelukan kecapean.</div>
<div style="text-align: justify;">
Benar-benar malam yang liar malam ini, waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi.. Wah tidak terasa sudah hampir 5 jam aku bermain sex dengan dua wanita liar ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selama aku tinggal di rumah Jeany, tiap malam aku ngentot dengannya dan paginya Dini selalu menyediakanku sarapan pagi dan dia tidak pernah memakai celana dalam, aku sarapan sambil ngentot sama Dini. Hehehehe. Enakk tenan... !!!!</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-9723430442190207982013-01-09T08:16:00.002-08:002013-01-09T08:16:44.716-08:00Dokter Selingkuhi Suster Perawan<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv0pER-1w3M10HC53g-4OtJLL8phW5YjUgP-Vn4NLHHpRwP0GuKqahlCMGcF_af9LYLVO1-HpGt-tOfnoUH4CUxbgq-V5W1GiK3Swaic64euKw8kL-uMeFg2Ab8bFegni1NkUv_Pzc58PZ/s1600/wallpapers+seks.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv0pER-1w3M10HC53g-4OtJLL8phW5YjUgP-Vn4NLHHpRwP0GuKqahlCMGcF_af9LYLVO1-HpGt-tOfnoUH4CUxbgq-V5W1GiK3Swaic64euKw8kL-uMeFg2Ab8bFegni1NkUv_Pzc58PZ/s320/wallpapers+seks.jpg" title="wallpapers seks" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Perkenalkan namaku Mirna, saat
ini bekerja sebagai suster atau perawat di rumah sakit salah satu kota kecil di
Jawa Barat. Kota ini memang kecil dan jarang sekali pasien yang dirawat lama
disini, kebanyakan mereka dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya.
Sebelum kumulai cerita dewasa perselingkuhan ini, perlu diketahui tinggiku
165cm berat 48kg, wajahku lumayan cantik dengan kulit kuning langsat, ukuran
payudaraku standart lah, hanya saja bila aku memakai pakaian ketat atau mini,
semua mata yang memandang pasti akan bernafsu dan terangsang gairah seksualnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemudian sebut saja dia dr.
Irwan, dia lumayan tampan, sudah beristri namun belum dikaruniai anak, mungkin
karena dia lebih banyak menghabiskan waktu nya di rumah sakit, dia juga
merupakan idola para suster disini, wibawanya dan tutur katanya membuat semua
suster selalu mengaguminya. Kisah dewasa ini terjadi kira-kira 3 tahun yang
lalu, waktu itu aku kebetulan mendapat giliran malam, padahal besok harinya itu
hari libur karena bertepatan dengan tanggal merah, entah perayaan apa aku tak
ingat, pasien di rumah sakit itu sangat sedikit, jadi yah bisa dihitung jari,
dan biasanya setelah jam 9 malam, rumah sakit itu sepi sekali, mungkin karena
letaknya juga jauh dari pusat kota, lebih termasuk ke pinggiran kota.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah aku mengecek kamar pasien
yang di diami beberapa pasien, aku segera saja membereskan pembukuan, setelah
itu aku masuk ke dalam ruang perawat dimana biasanya perawat berkumpul,
bersitirahat, dan juga berganti baju seragamnya. Karena lelah aku duduk sejenak
di kursi empuk yang tidak ada tangannya atau pegangan untuk tangannya. Entah
karena lupa atau karena lelah aku tidak mengunci pintu, aku melepaskan sepatu
pantovel ku yang sudah membuat kaki ku sangat pegal, aku menyandarkan kepalaku
di kursi. Tiba-tiba saja dari belakang ada yang menyentuh pundakku serasa akan
memijitnya, aku kaget dan langsung bangkit dari kursi, dan ternyata…”dr.
Irwan?” ucapku kaget. “capek ya? Abis kerja?” tanyanya lembut. “iya dok,
sedikit.” Jawabku. Kemudian dr. Irwan duduk di kursi yang aku duduki tadi, aku
hanya berdiri diam di depannya, entah kenapa saat dr. Irwan menatapku jantungku
berdegub kencang, mungkin suara deguban itu bias terdengar oleh nya. “mau saya
pijitin gak, sus?” Tanya nya. “Ah… dokter bisa aja” aku hendak beranjak
melangkah, tapi kemudian, tiba-tiba saja tangan ku ditarik oleh dr. Irwan, dan
aku terjatuh tepat dipangkuannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dia memelukku sangat erat dari
belakang hingga aku tak bisa melepaskan pelukkannya, namun sebenarnya aku juga
senang dengan apa yang ia lakukan itu. Dia mencium leherku dari belakang, desah
nafasnya dan ciumannya membuat birahi ku naik. Sesaat dia menciumi leherku,
kemudian bibirku pun dia kerjai pula, aku pun tak tinggal diam, ku ladeni
ciumannya itu, lidah kami beradu, saling mengulum satu sama lain. Entah setan
apa yang merasuki ku malam itu, bagiku semuanya sangatlah indah. Tak terasa
tiba-tiba tangannya sudah mulai meraba dada ku, dibukanya kancing seragam
suster ku itu, hingga beberapa kancingnya terbuka dan mencuatlah buah dadaku
yang masih menggunakan bh, lalu ditariknya keluar payudara dari kurungannya,
sesaat dr. Irwan menelan ludah melihat payudara ku itu. “Mirna… ternyata kamu
memiliki dada yang sungguh indah ya?” ucapnya sembari mengusap puting ku. Aku
hanya bisa mendesah “ah.. dokter suka ya mainin dada Mirna?” ucapku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Tanpa menunggu waktu dia langsung
mengulum dan menjilati payudara ku dengan penuh nafsu, seperti bayi yang sedang
meyusu kepada ibunya. Aku menikmati semuanya, sembari dia terus memainkan dadaku,
tangannya mulai bergerak menuju ke bawah perutku, di bukanya kaki ku
lebar-lebar, hingga rok mini seragam ku itu pun terangkat ke pahaku, aku
mengangkang sembari di pangku dr. Irwan, aku masih tetap memunggunginya, dia
memainkan jarinya di bibir vaginaku, membuat ku benar-benar melayang, kemudian
dia lanjutkan dengan memasukkan jarinya ke dalam vagina ku, di mainkannya
vagina ku itu dengan jari-jarinya, sentuhan itu membuat vagina ku mulai basah,
tapi rupanya dr. Irwan tau kalo aku ingin segera dipuaskan, tiba-tiba saja dia
menghentikan perbuatannya. Dia menyuruh ku duduk menghadap dia, aku pun kini
seperti berlutut dihadapannya, dibukanya celana dia, nampaklah senjatanya yang
sudah berdiri keras, rupanya dia juga ikut terangsang tadi, dia menyuruhku untuk
mengulum penisnya, mulanya aku takut, karena ini baru pertama kali buatku, tapi
dengan sabar dia menuntunku, yang akhirnya dia pun mulai merasakan
hisapan-hisapan mulutku, aku jilat dan ku sedot penisnya itu hingga basah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemudian tiba-tiba dia menyuruhku
menghentikannya dan memintaku untuk duduk menghadapnya, aku pun duduk
dihadapannya kini, dia menurunkan cd ku, lalu dia memintaku untuk memasukkan
penisnya ke dalam vagina ku. Aku sempat takut “dokter, saya takut, saya masih
perawan dok…” “justru itu Mir, akan terasa enak loch, memang sakit diawal, tapi
lama-kelamaan juga enak” ucapnya sambil mencium untuk menenangkan ku, setelah
cukup tenang, dia mulai perlahan memasukkan penisnya ke dalam, “ah… ah…..
au…”jeritku merintih menahan sakit dan perih. Dr. Irwan memang sangat luar
biasa, karena takut menyakiti ku dia pun sangat halus dalam melakukannya, dia
memasukkan penisnya inchi demi inchi, dan akhirnya blessssssss… penis dr. Irwan
telah masuk semua ke dalam vagina ku, tapi dia tidak lantas menggenjotku, dia
justru membuat ku seperti dimanjakan, menciumi ku, memainkan payudaraku, dan
secara perlahan dia menggerakkan badannya naik turun, membuat penis nya juga
ikut bergerak menusuk vaginaku, sesaat ku rasakan darah keperawananku mengalir
ketika dr. Irwan mendorong badannya dengan keras, dan membuat penisnya menusuk
terlalu dalam, waktu itu aku hanya menjerit “ah……sa..kittt… dok” rintihku.
“gapapa Mir, entar lagi juga enak koq sayang” balasnya. Akhirnya selang
beberapa menit ku rasakan ada yang menjalar hebat di dalam tubuhku, dr. Irwan
mempercepat gerakannya menusuk vagina ku, dan “ah… dokter Mirna rasanya pingin
pipis nech…ah………” ucapku, “ keluarin aja Mirna, itu bikin kamu lebih enak”
ucapnya, dan ….”ah………………., keluar dok” ucapku, tubuhku mengejang hebat, ku rasakan
ada cairan yang mengalir keluar hingga sepertinya membasahi pahaku. “enak kan
saying?” ucap dr. Irwan. “Iyah… dokter pinter banget bikin aku lemes gini
ah…………” itu adalah orgasme ku yang pertama.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemudian dr. Irwan menyuruhku
berdiri, kemudian sedikit menungging, aku menghadap meja yang ada di depanku,
dr. Irwan kemudian mulai menggenjotku dari belakang, dan ini membuat ku sungguh
melayang, benar-benar dokter yang hebat, pikirku dalam hati, dia terus
menggenjotku, gerakannya semakin cepat, aku tahu rupanya dia juga akan klimaks,
“mau dikeluarin dimana Mir?” “di dalam aja dok, aku lagi gak masa subur koq,
lagian aku juga pingin tau rasanya dimasukkin sperma dokter” ucapku waktu itu,
dan tiba-tiba.. crot.. crot… sperma dr. irwan keluar, mungkin karena banyak
hingga keluar pula dari vagina ku, dan menetes di lantai. Dr. Irwan kemudian
memelukku dari belakang dan mencium bibirku, aku pun membalasnya, kami saling
melumat lidah kami, dan setelah itu kami pun membenahi diri kami, aku pun
membersihkan ceceran sperma di lantai. Dr. Irwan duduk di kursi bersitirahat
sejenak, aku pun merapikan pakaian ku, kami juga sempat melakukan beberapa kali
frenchkiss sebelum akhirnya dr. Irwan keluar dari ruangan itu. Malam itu
benar-benar malam yang sangat indah buat ku. Dan setelah malam itu pun kami
sering melakukannya tanpa di ketahui oleh suster yang lain, karena kami selalu
berpura-pura tidak pernah terjadi apa-apa di hadapan orang lain. Skandal
perselingkuhan itu terjadi selama 3 tahun aku bekerja di rumah sakit itu, dan
kini aku sudah pindah juga telah mempunyai seorang suami dan seorang anak, tapi
tetap saja aku selalu merindukan saat-saat indah bersama dr. Irwan, dokter yang
mengajariku sex dan merenggut keperawananku pertama kalinya.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-42591673913796857142013-01-01T09:17:00.002-08:002013-01-01T09:17:44.728-08:00Ngeseks Bersama Saudara Tiri<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS6QxV_xr5V_4FyWVIFa2pXan0iH_Mw1rpnBYsMhvp0ZoPjYn4vWfL6Cd5y3KDCxfONKYOBADzRaWLJaBTgZb7fFY3T8GUeXNejjkfVZcuODdo3TfXUDsIQOw1R9dS_Mnp94iKOr3-deS7/s1600/gbr+seks+3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" height="247" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhS6QxV_xr5V_4FyWVIFa2pXan0iH_Mw1rpnBYsMhvp0ZoPjYn4vWfL6Cd5y3KDCxfONKYOBADzRaWLJaBTgZb7fFY3T8GUeXNejjkfVZcuODdo3TfXUDsIQOw1R9dS_Mnp94iKOr3-deS7/s320/gbr+seks+3.jpg" title="wallpapers seks" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ceritaku ini dimulai, waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Lusi dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Riri. Si Lusi cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah. “Lus! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran. “Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lus..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku. Lusi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku. “Lus.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu. “Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Lusi. “Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku. “Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang. “Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu. “Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lusi mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya. “Lus, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku. “Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya. Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga. “Kalau ML?” tanyaku lagi. “Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sich sering.” Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia. Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang. Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang. “Lus, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing. “Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi dulu,” katanya. “Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku. “Kasihanilah si Beni kecil,” kataku. “Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku. “Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh. Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku, “Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech, kita pake ’69' mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ben.. Ach.. percepat Ben, aku mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ben.. aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dankemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lus, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku. “Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya. Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya. “Lus, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan. Kelihatannya Lusi sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Lusi masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan Ben.. entar aku hamil!” katanya tanpa berontak. “Kamu udah mens belom?” tanyaku. “Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya. Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya, “Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.” “Ach.. ach.. ahh..! sakit Ben, a.. ach.. ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak nikmat. “Tenang aja cuma sebentar kok, Lus mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya. Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ach.. a.. aa ach..” teriaknya. “Sakit lagi Ben.. a.. aa.. ach..” “Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ben,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi Ben..” katanya. “Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku. “Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang. “A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.” “Aku juga Say..” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak. “Lus kamu enggak perawan yach,” tanyaku. “Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya. “Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.”Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.” “Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Lusi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lusi yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lusi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Lusi yang menindihiku dengan keadaan telanjang. “kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya. “Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku. “kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku. “Aku emut yach.” Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan. “Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!” “Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi. “Mending seperti biasa, kita pake posisi ’69' dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya. “Aach.. achh..” desahnya ketika kutemukan klitorisnya. “Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..” “kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi. “Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah. “Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma.. ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach..” katanya sambil menikmati jilatanku. “Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a.. aahh..” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi. “Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi. “Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya. “Siap-siap yach!” “Ayo dech,” katanya. “Ach.. a.. ahh..” desahnya ketika kumasukkan penisku. “Pelan-pelan dong!” “Inikan udah pelan Lus,” kataku sambil mulai bergoyang. “Lus, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku. “Bentar lagi Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sambil bercumbu dong Ben!” Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir. “Lus kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah. “Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.” “Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan. “Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa.. ach.. achh,” katanya terputus-putus. “Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda. “Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Ben,” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya. “Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung. “Achh.. ach.. bentar lagi nih.” “Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya. “Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya. Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan.. “Achh.. a.. achh.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya. “Aku juga Ben..” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya. “Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku. Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Lusi tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Riri, dan anehnya siang-siang begini Mbak Riri di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.</div>
<div style="text-align: justify;">
———-</div>
<div style="text-align: justify;">
“Siang Ben! baru pulang? Lusi mana?” tanyanya. “Lusi lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?” “Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya. “Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?” Wah gawat sepertinya Mbak Riri dengar desahannya Lusi tadi malam. “Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar. “Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya. “Bentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya. “Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi. “Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku. “Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Loh inikan..?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku. “Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Lusi.” Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain. “Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar. “Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya. “Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat. “Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih mulus dan sekal. Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri. “Aku udah enggak tahan Ben,” katanya. Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku. “Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.” “Ach.. kamu nakal Ben! pantes si Lusi mau,” katanya mesra.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ben..! Mbak..! lagi dimana kalian?” terdengar suara Lusi memanggil dari luar. “Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi. “Masuk aja Lus, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Riri. “Mbak! Entar kalau Lusi tau gimana?” tanyaku. “Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Riri,” katanya dan ketika itu aku melihat Lusi di pintu kamar sedang membuka baju. “Rir, aku ikut yach!” pinta Lusi sambil memainkan vaginanya. “Ben kamu kuat nggak?” tanya Riri. “Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Lusi udah terangsang,” kataku. “Lus cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa menolak Lusi langsung datang mengemut penisku. “Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Riri. “Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi. Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Lusi yang sedang mengemut penisku. “Lus, aku maenin vaginamu,” katanya. Tanpa menunggu jawaban dari Lusi ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Riri menegangkan pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. aku keluar..” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sekarang ganti Lusi yach,” kataku. Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan. “Ach.. aach..” desah Lusi. “Kamu curang, Lusi kamu masukin, kok aku tidak?” katanya. “Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Lusi keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku. “Yang cepet dong goyangnya!” keluh Lusi. Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga. “Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Riri sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya. “Aku udah terangsang lagi.” Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya. “Gimana enak penisku ini?” tanyaku. “Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”. “Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku. “Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya. “Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi. “Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja..” katanya tidak jelas karena sambil mendesah. “Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach.. bentar lagi..” “Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku. “Ach.. aach.. aku.. ach.. juga..” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan. “Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.” “Aku juga ach,” kataku. “Ben, Lus, lain kali lagi yach,” pinta Riri. “Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Lusi. “Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku. “Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Riri mulai memegang penisku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Riri atau hanya Lusi. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah cerita dewasa yang bisa diberikan oleh berita terbaru kali ini, semoga saja anda bisa mengambil semua hikmah yang terkandung didalam cerita dewasa tersebut, perlu diingat cerita ini khusus bagi anda yang sudah dewasa sekian dan terima kasih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-39890158112134731782013-01-01T08:48:00.002-08:002013-01-01T08:48:43.549-08:00Masa Lalu Ngeseks Bersama Temen Curhatku<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5gQoe5r1mejBhjDenZDRckIOpXmhPg8qibeB2mWrpqkNZKotMnguOsQlUNZGILajpNJBeg6CdgaG8kIRmUkGiB78TfqCW8GyqsE-mxEU6ZgNoAhmrDPNLnZuxsG7-uYbzREz5oDk_8t_3/s1600/194401_couplewhisper.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" height="255" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5gQoe5r1mejBhjDenZDRckIOpXmhPg8qibeB2mWrpqkNZKotMnguOsQlUNZGILajpNJBeg6CdgaG8kIRmUkGiB78TfqCW8GyqsE-mxEU6ZgNoAhmrDPNLnZuxsG7-uYbzREz5oDk_8t_3/s320/194401_couplewhisper.jpg" title="wallpapers seks" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Peristiwa ini terjadi ketika David berumur 36 tahun. David
adalah seorang ayah yang memiliki 3 orang anak, David bekerja di bidang medis,
dan kini tinggal di Jakarta Selatan. Wajahnya lumayan tampan, sedangkan istri
David berkulit hitam manis dengan tinggi tubuhnya sekitar 165 cm, rambut lurus
dan halus. Kehidupan seks David selama ini sangat normal, bahkan David termasuk
laki - laki yang memiliki selera berhubungan seks yang tinggi. Tidak hanya
sekarang, bahkan sejak David berusia 17 tahun pada saat dirinya tumbuh dewasa.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Disuatu malam yang dingin, David sengaja menghabiskan waktu
untuk bermesraan bersama istrinya, mereka berdua duduk bersama dengan posisi
istri berada di pangkuan, David menyentuh rambutnya dan tangannya bergerak ke
leher istrinya, istri melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang
sudah tegang keluar celananya. Tangan kanan david kemudian bergerak turun dari
leher ke arah pinggul, istrinya bergeser turun dari pangkuannya, menarik
pahanya, otomatis dasternya terangkat. kamu tahu apa?, Ternyata istrinya tidak
menggunakan CD.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Bahkan dengan istri, David harus mendapatkan kepuasan,
tetapi sebagai laki - laki normal, David juga memiliki fantasi melakukan
hubungan seks dengan wanita lain. David akan sangat bersemangat dengan seorang
perempuan yang kurus, tinggi, ramping dan memiliki payudara yang tidak terlalu
besar, Itulah gambaran perempuan yang menjadi idaman David. Menjelang Hari
Valentine, David teringat kejadian 5 tahun yang lalu, dan David mencoba untuk
menuangkan dalam sebuah tulisan:</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Antara 1997 - 1998 aku diberi tugas belajar di Surabaya.
Kota Surabaya sangat tidak asing bagiku karena di sanalah aku dilahirkan dan
dibesarkan. Aku memutuskan untuk tinggal di asrama karena aku tidak ingin
merepotkan kerabatku, toh juga hanya enam bulan?. Setelah sampai di asrama aku
langsung berusaha menata pakaian - pakaianku ke almari dan buku - buku yang aku
bawa terlihat masih sangat berantakan, sungguh aku memerlukan semangat
pendorong untuk melakukan pekerjaan yang melelahkan ini. Akhirnya aku pun
melakukan masturbasi. Dalam pikiranku, "Aku tidak bisa seperti ini terus..
aku memerlukan seseorang yang dapat memenuhi nafsu dan gairahku".</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Keesokan harinya aku berusaha mencari teman - teman lamaku
yang dulu ada di kota ini, satu - persatu mereka aku telepon. Singkatnya,
ternyata aku telah kehilangan kontak dengan mereka, nomor - nomor ponsel mereka
sudah tidak aktif. Hanya ada satu yang masih aktif, dia adalah Hani, usianya
lebih tua dariku, Hani sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Dulu kami
pernah dekat, sering bersama saat belajar kelompok.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hani keturunan chinese, cukup tinggi untuk seorang wanita,
berkulit putih dan berdada rata. Awalnya kita berdua hanya melakukan telepon
satu sama lain, berdiskusi, makan dan pergi bersama, sampai suatu hari ( pada pertengahan
Februari ) dia menelponku sambil menangis tersedu - sedu dan dia mengatakan
ingin bertemu denganku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Mas, bisa gak kita bertemu, aku ingin cerita".</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
" Bisa, baiklah kita bertemu di tempat biasa".</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dengan Lancer th 83'an aku pergi menemuinya, setelah bertemu
Hani mengajakku pergi kerumahnya. "Ak tidak bisa melakukan ini, aku tidak
ingin membuat suasana keruh bersama suamimu", ucapku kepada Hani.
"Tidak apa - apa, ayo pergi bersamaku", ucap Hani. Dalam perjalanan
kami berbicara macam - macam mulai ilmiah, politik, sampai hal - hal yang
kotor.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Mas, kapan kamu akan pergi ke Jakarta?" Dia
bertanya ( jadwal aku untuk pulang ke rumah setiap bulan ).</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Minggu depan, emang knapa?" Tanyaku kembali.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Tidak apa - apa sih, pengin nanya aja".</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
'Masak sih cuma pengin nanya saja, .... .... Pengin yang
lain - lain kan, pengin nyoba?', jawabku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
'Hehehehe dasar ngeress aja yang ada dipikiran mas..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah sampai ke tempat tujuan, di sebuah rumah yang tidak
aku ketahui, Hani membuka pintu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Ini rumah siapa ????? Serambi kotor... penuh debu,
kaya beberapa hari tidak disapu, kebangetan deh.' Tanyaku heran.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ini rumah orang tuaku, kemarin abis dikontrakin, seminggu
sekali aku kesini dan membersihkannya", jawabnya sambil masuk ke rumah gak
terawat tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Sebentar ya, aku mau masukin mobil dan segera kembali
lagi..."</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dalam pikiranku, "Meskipun teras penuh debu kotor,
namun rumah ini gak pengap... .... Cukup nyaman, furniturnya juga masih
bagus,".</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Hani mempersilahkanku duduk, sementara dia menyaapu teras
depan rumah tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Anggap aja rumah sendiri mas, gak usah sungkan... ..
Aku mau bersih - bersih bentar,' katanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Iya, ini rasanya udah kayak dirumah sendiri bersama
istri sendiri," kataku sedikit menggodanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Terserah deh, eh aku mau mandi dulu?" ucap Hani.
Otakku dipenuhi pikiran ngeres, ngebayangin lekukan payudara Hani yang terlihat
jelas dibalik baju transparan yang dikenakannya sehingga putingya terlihat
sedikit menyembul.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ngomong - ngomong ada apa memintaku datang ke tempat ini?
Apakah kamu punya masalah yang serius, masalah apa itu?" Aku bertanya
lebih lanjut tanpa basa - basi, ia pindah tempat duduk kesebelahku
"Masalah keluarga mas...", Katanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Apakah itu tentang seks?" Aku bercanda dengannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Ah kamu tetep aja kaya dulu mas, sableng, dan tidak
jauh dari yang gitu - gituan"... ... Tapi ada benernya sih ... .. Meskipun
tidak secara langsung," jawabnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemudian Hani bercerita panjang lebar, intinya adalah rasa
tidak puas, sikap otoriter suaminya dan selalu disalahkan ketika ada
ketidaksepakatan dengan pada suatu masalah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Aku bener - bener sudah capek, Mas Sony suamiku selalu
berpihak sama ibunya, ketika aku mencoba menjawab persoalan dengan mertua,
justru mertuaku mengomel habis - habisan". Terisak ia mengakhiri kisahnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ketika aku memegang tangannya, dia hanya terdiam, kemudian
berkata lembut "Bolehkah aku bersandar di dada kamu mas?". Aku
mengangguk dan cepat - cepat meraih dan membelai lembut rambut sebahunya. Aku
mencium keningnya dengan lembut, Hani mendongak dan berbisik pelan "Mas,
aku membutuhkan dukungan, kasih sayang dan belaian mesra."</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Pada saat itu aku merasa hanyut dengan situasi yang
diciptakannya, sehingga tanpa merasa canggung aku mencium matanya, kemudian
hidungnya, Hani menngeliat sehingga bibir kami bertemu. Hani berdiri dan
berkata pelan sambil memelukku, "pegang erat - erat, aku milikmu
sekarang".</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dengan lembut aku mencium bibirnya lagi. Kami berpelukan
seperti sepasang kekasih yang baru bertemu setelah berpisah lama dengan segunung
kerinduan. Setelah itu kami berdua kembali duduk.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dengan posisi Hani duduk di pangkuan, aku terus menyentuh
rambutnya dan bergerak tanganku di lehernya, Hani melenguh, tangannya mencari
dan mencoba meraih penis yang sudah tegang keluar celanaku. Tangan kananku
kemudian bergerak dari leher ke arah pinggul, Hani bergeser turun dari
pangkuanku, menarik pahanya, otomatis dasternya terangkat. Kamu tahu apa?,
Ternyata Hani tidak menggunakan CD.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Aku sudah enggak tahan mas, ... ... ... .. lakukan
sekarang bisiknya. Segera aku menjilati merah muda mecky indah dengan sedikit
rambut namun panjang - panjang, aku basahin dan sibakkan bulu - bulu halus
dengan lidahku sambil sesekali menyentuh klitorisnya .</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
'Ahhh, mas ... ... ... ... ... .... ... ... ... .. Aku ingin,
kamu masukan sekarang '... ... ... ... ... ... .... Tangannya berusaha membuka
celanaku dan memegang penisku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Tapi aku gak nyaman di sini" Ucapku sambil
memandangi ruang - ruang disekitar ruang tamu ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Ya udah, yuk kita pindah ruangan di dalam", katanya
berdiri dan mengunci ruang tamu tempat kami melakukan pemanasan tadi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Siapa takut ... ..., Dia tersenyum dan berjalan sambil
membuka daster tipisnya, aku mengikuti dari belakang, tubuhnya begitu indah ...
... .. halus seperti marmer.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kami masuk ke sebuah kamar tidur berukuran 5 x 6 meter dan
cukup mewah. Yang lebih istimewa adalah adanya cermin besar ( mungkin ukurannya
3 x 2, 5 meter ) di depan tempat tidur. Hani memelukku di depan cermin dan
dengan cekatan membuka kemeja, celana dan CD ku. Begitu indah dan erotis,
gerakan - gerakan yang kami lakukan terlihat pada cermin itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Segera penisku mencuat keras seolah-olah sukacita karena
melihat kebebasan. Aku memenuhi semua haus akan hasrat ini, kami menggosok dan
saling berciuman. Setelah beberapa saat menyentuh dan disentuh, tubuh Hani yang
indah menggeliat di tempat tidur sedang menunggu untuk di eksekusi. Aku
melanjutkan kegiatanku yang ditangguhkan sebelumnya, berharap bahwa dia akan
Mengerti apa yang aku inginkan. Dia seperti mendengar apa yang sedang aku
pikirkan, Hani pun segera berbalik dan memposisikan diri pada posisi 69 ....
dia langsung mengulum penisku yang sedang menegang kencang, tanpa rasa ragu dan
takut Hani berperang melawan penis ukuran diameter 2,5 sampai 3,5 cm dan
panjang 15 - 18 cm.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ahhh ... Aku mendesah menikmati kuluman dan hisapan lembut
bibir Hani... ... ... "Kamu benar - benar sangat pintar memuskan lelaki
Han, aku memujinya, sementara dia masih tetap sibuk menghisap penisku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kemudian Hani membasahi meckynya sendiri dengan air liurnya,
Hani terlihat sangat antusiasme.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Ohh, mas ... ... ... ... ... ... ... .. ayo ... ... .... ia
bangkit dan jongkok di atas miniatur monasku ... ....</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Dicapai dan diarahkan penisku ke lubang senggamanya,
kemudian ia menggoyangnya naik dan turun dan menggigit dengan bibir meckynya.
Aku memegang payudara mungil dan meremasnya dengan perlahan, kemudian setelah 3
menit, Hani ingin aku mendekap erat tubuhnya ... Hani tampaknya telah mencapai
orgasme ketika ia menunggangiku ... ... ..</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku membalikkan tubuh dengan posisi penis masih tertanam.
Hani membantu membuka lebar - lebar gerbang surgawinya dengan diangkat kedua
pahanya ke atas. Aku mundur kemudian penisku ke depan, dengan irama kocokan 5X
dalam dan 1X ringan akhirnya berhasil ditembus lebih maksimal, "Mas .... ,
Mmmmhhh, Lebih ... ... ... .... Keras ... ...., Dia mengoceh gak karuan ... ...
....</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Ini sudah sampai aku berkata, '... .. Hani tertawa ...
.. sehingga otot - otot vaginanya berdenyut berpartisipasi ritme tertawanya ...
.... ,</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku mendorong tubuh Hani ke ujung tempat tidur, dan menekan
penisku semakin dalam. Hani berteriak histeris menikmati gaya permainanku,
tangannya menarik - narik pinggulku seakan menikmati penisku yang sedang
bergoyang mengganyang lubang kemaluannya ... ....</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Aku mau sampai Han... ... .... dia tidak sempat mengatakan
bahwa, aku jangan mengeluarkan sperma ke dalam rahimnya ... ... dan, AAaahhgghh
... ... aku kehilangan ingatanku, aku merasa melayang diatas awan untuk beberapa
saat... ... Hani juga tampaknya telah mencapai orgasme untuk kedua kalinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kami bercanda dan mengobrol di tempat tidur setelah
pertempuran melelahkan sebelumnya dapat diselesaikan dengan penuh gairah.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Kamu sudah kebangetan deh Han?".. "Maaf mas,
aku tidak bisa menahan tertawa ketika kamu mengatakan aku sudah mau
sampai"</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
"Hehehehe emangnya sudah sampai mana, sampai
pasar?", katanya. Udah ah, yok mandi bareng - bareng, katanya sambil
menciumku manja.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah peristiwa itu, kami semakin sering bertemu dan ML di
tempat - tempat dimanapun asal memungkinkan, sampai aku menyelesaikan tugas
belajar yang aku jalani.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-76425240340262935362012-12-27T05:14:00.001-08:002012-12-27T05:16:16.045-08:00SUSTERKU NAKAL <br />
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKIOfhVSSSPMAvWp-dc6XANigQdmYCqMblSJvCt445v0nAzftBqQ-cjpl5EqXMRkweoHlbc7oANE0oE0YhGiJamHWVACD9e63BMB0OTSitdpRvZvB2dE37x4lIXC0FAjWFf-QoUtvmuZ7u/s1600/mantab2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjKIOfhVSSSPMAvWp-dc6XANigQdmYCqMblSJvCt445v0nAzftBqQ-cjpl5EqXMRkweoHlbc7oANE0oE0YhGiJamHWVACD9e63BMB0OTSitdpRvZvB2dE37x4lIXC0FAjWFf-QoUtvmuZ7u/s320/mantab2.jpg" width="212" /></a></div>
Sebut saja nama wanita itu Ira, karena jujur saja saya tidak tahu siapa namanya. Ira adalah seorang suster rumah sakit dimana saya dirawat. Karena terjangkit gejala pengakit hepatitis, saya harus dirawat di Rumah sakit selama beberapa hari. Selama itu juga Ira setiap saat selalu melayani dan merawatku dengan baik. Orang tuaku terlalu sibuk dengan usaha pertokoan keluarga kami, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan. Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap. Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang sudah beberapa hari tidak mandi. Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Ira yang kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke kamarku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ada apa Dik?" tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari ini mbak?", tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Mbak musti tanya dulu sama Pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum", jelasnya ramah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar kalimatnya untuk "memandikan", saya merasa darahku seolah berdesir keatas otak semua. Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak Ira mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngga-ngga ya. hi hi hi".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mbak Ira ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi. Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok", elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket Mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban Mbak kerja disini. Tapi Mbak bener-bener ngga berani kalau Pak dokter belum mengijinkannya", lanjut Mbak Ira lagi seolah memancing gairahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu Mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusa" jawabku serius, saya tidak mau terlihat "nakal" dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suster Ira masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket", lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu. Mbak Ira kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali. Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat. Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Ira saat ini. fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada cairan bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa saat kemudian Mbak Ira menyuruhku membalikkan badan. Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat kontolku yang ereksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya Mbak..", jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan tubuhku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu. Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh, geli dan enak banget", pikirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Wah, kok jadi keras ya? he he he", saya kaget mendengar ucapannya ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku. Saya cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Ira semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh, geli Mbak. Jangan digituin", kataku menahan malu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini", lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan. Disatu sisi saya ingin terus di"kerjain" oleh Mbak Ira, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Dik Iwan sudah punya pacar?", tanya Mbak Ira kepadaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Belum Mbak", jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?", tanyanya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Belum mbak" jawabku lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih", lanjutnya centil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya "main" apaan yang saya pikirkan barusan. Pasti dia berpikir saya benar-benar "nakal" pikirku saat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Pantes deh, de Iwan dari tadi Mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Iwan mau main-main sama Mbak ya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wow, nafsuku langsung bergolak. Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat saya menjawab, Mbak Ira sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh, geli Mbak"m rintihku keenakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya. Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu. Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bisa gawat", katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang bulat. Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya, digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam. Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan wanita, namun Mbak Ira benar-benar pintar membimbingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman. Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih", desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya. Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Ira memainkan kontolku dengan tangannya. Dia jongkok mengahadap selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua tangannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh.. ahh..", desahku menahan agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita Dewasa Mbak Ira Suster Yang Manis Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok-gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri. Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali. Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku. Terasa basah dan sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget", desahnya keras.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar orang. Saya juga membalas desahannya dengan keras juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Mbak Ira, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin banget", pintaku karena memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film BF yang biasa kutonton.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ih.. kamu nakal yah", jawabnya sambil tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku yang sudah licin oleh cairan pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh.. ahh..", saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat. Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang kontolku. Kutahan kepalanya agar kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera "keluar", Mbak Ira menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"AHH.. AHH.. Ahh.. ahh", teriakku mendadak tersemprot cairan mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut Mbak Ira.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan. Kubiarkan beberapa saat kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku. Dia mebuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis Mbak Ira. Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas "panas" yang dilakukan Mbak Ira. Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak Ira tampak semakin terangsang juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat. Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..", canda Mbak Ira sambil mendekati diriku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah Mbak Ira, kini kembali basah. Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan jari-jari tanganku, tapi Mbak Ira menepisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ngga usah, biar cukup Mbak aja yang puasin kamu.. hehehe", agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik "bermain" di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat. Mbak Ira pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini. Mbak Ira sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memeknya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia merintih, "Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau keluar", teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sini mbak, saya mau menjilatnya", jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mbak Ira pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Nih.. cepet hisap Wan, hisap..", desahnya seolah memelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku. Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai hidungku tergencet diantara bulu-bulu jembutnya. Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh.. ahh..", desah Mbak Ira disaat terakhir berbarengan dengan cairan hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan. Dia duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi. Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mbak Ira, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Ira selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi. Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Ira masih kerja di Rumah sakit itu. Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa "horny" menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster. Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Ira. Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Ira, benar-benar fantastis menurutku.</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-29481955677092146582012-12-27T05:02:00.002-08:002012-12-27T05:02:55.935-08:00The Real Party of Seks<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhv3SWv8xAeFH53fz85xMLCiJII5xlPko4gYPEnSuNKrffWIyYLJWip4_v_E1-FgnLKtejlUB80r25ej4sGW6sh87k0YZow3X8wTmpLRWVFK2otW2sndqSolxHKq2XtTb0YYG2j-nxff1q/s1600/mantab.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhv3SWv8xAeFH53fz85xMLCiJII5xlPko4gYPEnSuNKrffWIyYLJWip4_v_E1-FgnLKtejlUB80r25ej4sGW6sh87k0YZow3X8wTmpLRWVFK2otW2sndqSolxHKq2XtTb0YYG2j-nxff1q/s320/mantab.jpg" width="272" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebut saja namaku Tasha. Agustus kemarin baru saja aku merayakan ulang tahunku yang ke 36. Sebuah perayaan ulang tahun yang sangat berkesan buatku.Sebagai ibu rumah tangga dengan suami yang luar biasa sibuk,aku sering merasa jenuh di rumah.Pergaulanku pun tidak terlalu luas. Aku bukan tipe wanita yang senang kumpul-kumpul,ke kafe,hura-hura dan sebagainya.Hiburanku paling hanya TV,telepon dan komputer.Aku sering chating untuk menghilangkan kejenuhanku.Dari chat itulah aku mulai mengenal yang namanya perselingkuhan.Kepulangan suamiku yang hanya empat-lima hari dalam sebulan jelas membuatku sepi akan kasih sayang.Dan tentunya sepi pelayanan.Tapi mungkin aku juga terpengaruh oleh teman-teman chatku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum kenal chating,aku tidak begitu perduli dengan kesepian.Namun setelah banyak bergaul di chat,aku mulai merasa bahwa selama ini hasrat birahiku tak pernah terpenuhi.Ronny adalah pria pertama yang berselingkuh denganku.Usianya lima tahun lebih muda dariku dan sudah menikah. Tubuhnya cukup ideal dan aku puas setiap berkencan dengannya. Namun kami tidak bisa sering-sering karena istri Ronny bukan tipe wanita yang bisa dibohongi. Setelah Ronny aku pun semakin membuka diri dengan menggunakan nick chat yang bikin penasaran. Beberapa pria mulai sering mengisi kekosongan birahiku. Ada Ferry, manager sebuah perusahaan kontraktor berusia 30 tahun yang lihai memancing birahiku. Lalu ada Dhani yang seumuran denganku yang tidak pernah puas dengan pelayanan istrinya. Dan masih ada beberapa lagi.Aku mulai mengenal daun muda ketika berkenalan dengan Chris, mahasiswa salah satu PTS di Jakarta yang usianya lebih muda 15 tahun dariku. Waktu itu aku agak segan berkenalan dengannya karena usianya yang terpaut jauh sekali denganku. Namun Chris memberiku pengalaman lain. Suatu ketika dia datang ke rumahku saat rumahku sedang sepi. Dan dengan gairah mudanya yang menggelegak, Chris memberikan sensasi tersendiri padaku. Apalagi dengan ‘Mr. Happy’ miliknya yang king size. That was great.Aku pun jadi tertarik dengan daun-daun muda yang bertebaran di chat room. Sampai akhirnya aku mengoleksi sekitar 20 daun muda dengan usia antara 17-25 tahun yang keep contact denganku. Memang baru 4 orang dari mereka yang sempat berkencan denganku, namun yang lainnya tetap aku kontak via telepon. Hingga akhirnya menjelang ulang tahunku Agustus kemarin aku punya rencana yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Aku mengontak 8 daun muda yang kupilih untuk merayakan ulang tahun bersamaku. Pilihan pertama jatuh pada Felix, siswa kelas 3 di salah satu SMU yang cukup terkenal di Jakarta Selatan.“Halo tante..”, sapanya ceria ketika aku menghubungi HP-nya.“Ya sayang, Sabtu ini ada acara nggak?”, tanyaku tanpa basa-basi.“Ya biasa tante, paginya sekolah dulu”, jawabnya sedikit manja.“Tapi sorenya free kan, tante ada acara nih..”, tanpa kesulitan Felix menyanggupi undanganku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya Arga, mahasiswa salah satu PTS di Depok. Tanpa kesulitan pula Arga menyanggupi undanganku.Kemudian Frans, salah seorang instruktur di pusat kebugaran milik seorang binaragawan ternama di negeri ini. Frans juga menyanggupi. Aku senyum-senyum sendiri membayangkan tubuh Frans yang tegap berotot dan ukuran Mr. Happynya yang.. wow! Aku pernah sekali berkencan dengannya dan aku takjub dengan Mr. Happy miliknya yang panjangnya 3 kali Nokia 8850 milikku. Selanjutnya Dodi, siswa SMU di salah satu sekolah swasta yang cukup elit di bilangan Jakarta Selatan. Lalu Stanley, mahasiswa PTS ternama di daerah Grogol dengan sepupunya Jonathan yang juga kuliah di tempat yang sama. Lantas Rhino, gitaris di salah satu kafe di daerah Selatan. Dan terakhir tentu saja Chris, daun muda pertamaku.Hari yang kunantikan pun tiba, tepatnya sehari sebelum ulang tahunku.Pagi-pagi sekali aku menitipkan Juliet, anakku yang duduk di bangku SMP, ke rumah kakakku. Aku beralasan ada reuni SMA weekend ini. Setelah itu aku mampir ke salah satu bakery di bilangan Hayam Wuruk untuk mengambil kue ulang tahun pesananku. Kemudian aku langsung check in di suite room salah satu hotel berbintang di daerah Thamrin. Di kamar aku segera re-check daun-daun mudaku untuk memastikan kehadiran mereka. Semua beres, mereka akan hadir sekitar jam 5 sore.Sekarang baru jam 11 siang. Cukup lama juga sampai jam 5 sore nanti. Sambil tiduran di ranjang aku membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Kok malah jadi horny. Aku mondar-mandir di kamar tak karuan. Untuk mengusir kejenuhan aku turun ke bawah, sekalian mencicipi makan siang di restoran hotel tersebut. Di salah satu meja, aku melihat 5 orang wanita seusiaku dan 1 orang pria yang wajahnya masih cute sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin masih kuliah atau sekolah. Mereka makan sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Sama sekali tak menyadari kehadiranku,sampai akhirnya salah seorang dari wanita-wanita itu beradu pandang denganku. Dia memberitahu yang lain, dan si cute melambai ke arahku. Aku tersenyum dan membalas lambaiannya.Selesai makan, aku mendapat selembar memo dari salah seorang pelayan. Aku membaca isi pesannya, “DANIEL, 0856885--- PLZ CALL ME”. Aku tersenyum. Sampai di kamar, aku menghubungi nomor tersebut.“Halo..” terdengar ribut sekali di ujung sana.“Halo, Daniel?” tanyaku.“Ya, siapa nih?” tanya si pemilik suara itu lagi.“Aku dapet memo dari kamu..”“Ohh.. iya, nama kamu siapa?” kami berkenalan, dan ternyata Daniel adalah si cute yang aku lihat di resto bersama 5 wanita tadi. Dan aku surprise sekali setelah mengetahui bahwa Daniel juga sedang merayakan ulang tahunnya hari ini. Dia juga surprise setelah kubilang bahwa aku juga akan merayakan ulang tahun di sini. Kemudian Daniel mengundangku untuk merayakan ulang tahun di kamar yang disewanya di bawah. Kebetulan! Sambil mengisi waktu nggak ada salahnya pemanasan dulu.Family room yang disewa Daniel penuh dengan balon aneka warna. Kelima wanita yang kulihat tadi ada di situ. Salah satunya adalah adik maminya Daniel, dan yang lain teman-temannya. Rupanya Daniel ‘dipelihara’ sebagai gigolo oleh kelima wanita tersebut.Candra, adik maminya Daniel adalah wanita pertama yang mengenalkan anak itu ke dalam dunia seks. Lalu ada Shinta dan Melly, teman kerja Candra, serta Yuni dan Liana, teman aerobik Candra.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan hari itu mereka berlima sepakat untuk merayakan ulang tahun Daniel di kamar tersebut sejak tadi malam. Tepat jam 12 tadi malam Daniel menirima suapan kue ulang tahun dari mulut wanita-wanita itu secara bergantian, dan jam 5 pagi tadi mereka baru selesai melepas birahi bersama.Acara kali ini semacam games, dimana Daniel dalam keadaan telanjang bulat diikat dengan mata tertutup atas ranjang dengan penis yang tegak. Kemudian secara acak kelima wanita itu memasukkan penis Daniel ke dalam vagina mereka, dan saat itu Daniel harus menebak, siapa yang sedang menindihnya. Kalau benar, Daniel diperbolehkan melepaskan ikatannya dan melepas birahinya dengan wanita yang tertebak. Tapi kalau salah, wanita tersebut akan menyodorkan vaginanya ke mulut Daniel, dan anak itu harus memuaskannya dengan lidahnya.Aku menyaksikan permainan yang seru itu di salah satu kursi di situ. Ramai sekali mereka bermain. Kadang aku senyum-senyum ketika Daniel salah menebak. Anak itu lihai sekali melakukan oral sex, sudah 3 wanita yang klimaks akibat permainan lidahnya. Aku menikmati permainan itu, yang ujung-ujungnya mereka kembali berpesta sex berenam. Candra mengajakku bergabung. Sebetulnya aku agak keberatan, karena aku belum pernah melakukan hubungan seks dengan melibatkan wanita lain. Namun aku ngiler juga melihat tubuh Daniel yang cukup oke itu, apalagi dengan penisnya yang wow!Lumayan juga buat pemanasan. Aku sempat dua kali klimaks di pesta mereka. Yang pertama dengan Daniel, dan yang kedua..ehm, saat oral sex dengan Liana. Jujur saja, awalnya aku agak jengah ketika merasakan kulit tubuhku bersentuhan dengan kulit wanita-wanita itu, apalagi saat menyentuh bagian-bagian sensitif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun gairah birahi yang menyala-nyala dapat membuatku melupakan semua rasa risau tersebut. Akhirnya aku sangat menikmati juga bermain dengan wanita-wanita itu.Sayangnya menjelang jam 5 aku harus selesai lebih awal, kerena sebentar lagi orang-orang yang akan merayakan ulang tahunku akan datang. Padahal aku baru saja menikmati permainan mereka. Aku pun pamit, namun sebelum kembali ke kamar aku mengundang mereka ke kamarku untuk bergabung dengan pesta ulang tahunku nanti malam. Mereka setuju, terutama kelima wanita tersebut karena mendengar ada 8 daun muda yang kuundang untuk memuaskan hasratku.Masih kurang lima menit, aku menunggu sendirian di kamar yang luas tersebut. Frans yang pertama kali datang. Pria bertubuh tegap itu langsung mencium bibirku sambil mengucap happy birthday. Dengan gaya jantannya Frans bermaksud menggendong tubuhku seperti biasa, namun aku menahannya.“Ntar Frans, tunggu yang lain..”, kataku.Wajah Frans terlihat bingung.Aku pun menjelaskan rencana ulang tahunku kepadanya. Pria itu tertawa terbahak-bahak“Gila.. tante maniak banget ya, emang kuat?”, goda Frans.Aku tersenyum. Tak lama kemudian Chris datang. Anak itu terkejut mendapati ada pria lain di kamar itu. Aku pun kembali menjelaskan rencanaku kepadanya. Chris sampai geleng-geleng. Lalu Felix dan Dodi datang secara bersamaan dengan raut wajah keduanya yang sama-sama bingung. Chris dan Frans tertawa-tawa melihat kebingungan mereka. Kemudian Stanley dan Jonathan juga datang bersamaan, namun mereka tidak terlalu kaget karena aku sering bermain bertiga dengan mereka. Lalu Arga, dan terakhir Rhino.Lengkaplah sudah. Aku mengajak mereka ke sauna untuk mandi bersama. Aku melihat beberapa dari mereka agak risih. Mungkin mereka tidak terbiasa berada dalam satu ruangan dengan sesama pria dalam keadaan telanjang. Hanya Stanley, Jonathan, Frans dan Chris yang bisa menguasai keadaan. Yang lain masih terlihat agak nervous.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selesai bersauna,aku mengeluarkan anggur yang kubawa dari rumah tadi. Anggur itu sudah kucampur dengan obat perangsang dan obat kuat konsentrasi tinggi. Aku jamin siapa pun yang meminumnya mudah sekali terangsang dan dapat bertahan lama. Aku memberikan mereka satu persatu. Kemudian kita ngobrol-ngobrol di atas ranjang sambil minum. Oya, semenjak dari sauna tadi, tak satu pun tubuh kami yang ditutupi pakaian. Kami sudah bertelanjang bulat.Kami terus ngobrol-ngobrol sambil aku menunggu reaksi obat tersebut. Sekitar setengah jam kemudian mereka mulai menunjukkan gejala-gejala terangsang. Beberapa bahkan penisnya mulai mengeras. Aku mencoba membakar gairah mereka dengan menjamahi tubuhku sendiri. Sambil minum kuusap-usapkan tanganku ke seluruh tubuh, kumainkan payudaraku, dan kuusapi permukaan vaginaku. Aku tertawa dalam hati. Dari tingkah laku dan ekspresinya, jelas sekali kalau birahi mereka sudah naik ke kepala. Namun tak ada yang berani memulai, sampai Chris yang duduk di dekat kakiku memberanikan diri menyentuhku.Frans ikut-ikutan menjamah tubuhku, disambung Felix, dan akhirnya semua bergumul menyentuhku. Ah great! The party has just begun.Aku asyik berciuman dengan Frans dengan panuh nafsu, sementara Arga dan Dodi menjilati kedua payudaraku. Tangan kiriku asyik mengocok penis Felix sedangkan yang kanan dengan lincah memuaskan Chris. Lidah Jonathan menari lincah di perutku, memberikan sensasi kenikmatan tersendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara Stanley dan Rhino melengkapi kenikmatan dengan menjelajahi daerah di bawah perut dengan lidah dan jari-jari mereka. Ahh.. baru kali ini aku merasakan gejolak yang luar biasa. Setiap jengkal tubuhku rasanya dimanja dengan sentuhan mereka. Kami pun bertukar-tukar posisi.Hampir dua jam kami melakukan fore-play tersebut. Chris yang pertama berhasrat menembus lubang vaginaku. Sambil bersandar di dada Frans yang bidang, sementara Stanley dan Felix asyik mencumbui tubuhku yang terawat, aku menerima kenikmatan yang diberikan Chris. Ahh.. anak itu hebat sekali memainkan temponya. Penisnya yang memang berukuran besar terasa memenuhi vaginaku. Setelah Chris, gantian Jonathan yang menghujamkan penisnya yang bertindik mutiara itu ke dalam vaginaku.“Ahh.. ahh.. terus Jo.. aaahhh..”, aku mulai mendesah merasakan bola mutiara itu memijit-mijit dinding vaginaku.Uhh.. nikmat sekali. Daun mudaku yang satu ini memang kreatif sekali mendandani penisnya. Suatu kali saat aku berkencan dengannya, Jonathan memasang sepuluh anting-anting kecil yang terbuat dari silikon di sekeliling leher penisnya.Hasilnya..wow, aku mengalami multi orgasme hingga 17 kali berturut-turut. Saat itu hampir aku kehabisan nafas.Seperti biasa saat aku main dengan Jonathan, Stanley kumat gilanya. Penis Jonathan yang berdiameter 5 cm itu sudah hampir memenuhi vaginaku, Stanley menambahnya dengan menghujamkan penisnya yang berukuran kurang lebih sama dengan Jonathan ke dalam vaginaku. Akkhhh.. nikmatnya! Aku sampai menggigit tangan Felix yang sedang memelukku.“Ahh.. ahh.. ooohhh..”, birahiku semakin memuncak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu Rhino langsung menyumpal mulutku dengan penisnya yang belum disunat itu. Mmm.. nikmat sekali.Aku mengulum dan memainkan ujung penis Rhino yang kenyal. I like this.. aku menggigitinya seperti permen karet. Anak itu mengerang keasyikan. Aku merasa birahiku semakin memuncak. Dan..ahhh, aku pun mencapai orgasmeku. Jonathan dan Stanley mencabut penis mereka pelan-pelan. Kemudian gantian Stanley yang memasukkan penisnya yang basah itu ke dalam mulutku.Di bawah, Frans kembali bergumul dengan vaginaku. Lidahnya lincah menari-nari membangkitkan kembali gairahku hingga birahiku kembali naik. Lantas dituntaskannya dengan penis supernya tersebut. Ahhh.. nikmatnya. Kami terus berpesta, bergumul dan berganti-ganti posisi. Tanpa terasa malam hampir mencapai pukul 12. Artinya sebentar lagi hari ulang tahunku akan tiba. Saat itu segenap kepuasan telah menyelimuti kami dari pesta sejak sore tadi. Tubuh-tubuh macho itu tergeletak melepas ketegangannya di tengah-tengah tubuhku, sambil kami bercumbu-cumbu kecil.Akhirnya alarm handphoneku yang sengaja kupasang, berbunyi. Now it's the time!Tepat jam 12 aku mengeluarkan kue ulang tahun yang kubeli tadi siang dari dalam lemari es,kuletakkan di atas meja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedelapan daun mudaku berdiri mengelilingi meja tersebut. Acara potong kue pun dimulai. Potongan pertama kuletakkan di atas cawan, kemudian kuberikan pada Chris yang berdiri di sebelahku. Kusuapkan sepotong ke mulutnya dengan mulutku. Kemudian potongan kedua kuberikan pada Frans dengan cara yang sama. Lalu berturut-turut Stanley, Jonathan, Arga, Dodi, Rhino dan terakhir Felix.Kami pun berpesta dengan kue itu dan tentunya beberapa botol anggur yang telah kuberi obat perangsang tadi. Selesai makan, atas ide Frans aku diminta berbaring di atas meja, kemudian tubuhku dibaluri sisa krim dari kue dan sedikit disirami anggur. Kemudian dengan buas, kedelapan daun mudaku melumat tubuhku dengan lidah mereka. Ahh.. nikmat sekali rasanya. Aku merasa seperti ratu yang dimanja gundik-gundiknya.Mereka tak hanya menjilati, tapi juga mencumbui seluruh permukaan kulitku. Sshh.. oohhh.. Felix memang pintar sekali menjelajahi payudaraku. Anak itu berduet dengan Arga melumat payudara dan puting susuku. Frans, Rhino dan Chris asyik berebutan mengeroyok vagina dan pantatku. Uhhh.. rasanya vaginaku ingin meleleh dibuatnya.Sudah 8 kali aku orgasme dengan permainan ini, namun mereka terus asyik melumat tubuhku tanpa henti. Gila, obat perangsang pemberian salah seorang temanku itu memang top banget.“Sshhh.. ooohhh..”, untuk yang ke-9 kalinya aku mencapai orgasme.Karena tak tahan aku pun bangkit. Tubuhku sudah basah oleh air liur mereka. Aku melirik ke jam di handphoneku. 00:57. Sebentar lagi Daniel dan tante-tantenya akan kemari.“Sebentar ya sayang..”, aku menyingkir sedikit dari daun-daun mudaku untuk mengirim SMS ke Daniel.Tak lama kemudian anak itu membalas. Yup, confirm! Mereka sedang di lift dan sebentar lagi akan tiba.“Ok sayang.. kalian semua betul-betul hebat. Tante senang sekali merayakan pesta ulang tahun seperti ini. Nah.. sebagai imbalan, tante punya surprise buat kalian semua..”, cetusku sambil senyum-senyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedelapan pria itu saling berpandangan dengan bingung.“Wah, surprise apalagi nih tante?”, tanya Chris.Aku mengecup bibir anak itu.“Liat aja bentar lagi”, jawabku.Baru saja aku meyelesaikan kalimatku, pintu kamar berbunyi. Aku segera memakai kimono dan menghampiri pintu.“Happy birthday Tasha..”Daniel dan tante-tantenya berteriak ribut mengejutkan semua pria yang ada di dalam kamarku. Aku mempersilakan masuk dan mengenalkan mereka. Melihat kedelapan daun mudaku yang tanpa busana, kelima wanita itu langsung menanggalkan pakaian mereka tanpa basa-basi.“Oke semua, this is the real party.. Enjoy it!”, seruku pada mereka.Bagai pasukan yang dikomando, mereka langsung mencari pasangan dan memilih tempat masing-masing untuk melepas birahinya. Aku menghampiri Daniel yang masih berpakaian lengkap.“Sayang.. sekarang saatnya kita berduaan. Biar saja mereka berpesta, tante ingin menikmati tubuh kamu sendirian.. mmm.. mmm..”, desahku seraya mencium bibir Daniel.Pria macho itu langsung menggendong tubuhku dan membawaku ke bathroom. Daniel mendudukkanku di atas meja wastafel, dan kami pun melanjutkan ciuman kami. Tanganku lincah melucuti kemeja yang membungkus tubuh Daniel. Anak itu juga melepas kimono yang kupakai. My God! Untuk kesekian kali aku mengagumi tubuh kekar Daniel yang putih itu. Aku mendekap tubuhnya hingga dadanya menempel ketat di payudaraku. Ssshh.. hangat sekali. Daniel menciumi leher dan bahuku habis-habisan. Gairahku kembali naik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan lembut Daniel mendorong tubuhku hingga setengah berbaring di atas wastafel tersebut. Kemudian dengan liar anak itu menjelajahi tubuhku dengan lidahnya. Ahhh.. dia pintar sekali mencumbui puting susuku. Sementara sebelah tangannya mengusap-usap permukaan kemaluanku. Kedua tanganku sampai meremas rambut Daniel untuk menahan kenikmatanku. Daniel membasahi jari-jarinya dengan lidahnya, kemudian dimasukannya jari tengahnya yang kekar itu ke dalam lubang vaginaku.“Sshhh.. ooohhh..”, aku mendesah merasakan kenikmatan itu.Daniel melirik ke wajahku yang sedang berekspresi seperti orang ketagihan. Bibir, lidah dan giginya tak henti-henti mencumbui puting susuku. Daniel memang lihai sekali memainkan tempo. Tak sampai lima belas menit, jari-jari Daniel berhasil membuatku klimaks. Aku memeluk dan mencium anak itu.Kemudian gantian aku yang turun ke bawah untuk menikmati penisnya yang aduhai itu. Gila, masih lemesnya aja segini, gimana udah tegang nanti. Penis Daniel yang tidak disunat itu terlihat lucu dengan daging lebih di ujungnya. Dengan lincah aku menjilati sekeliling penis anak itu. Daniel meremas rambutku dengan penuh nafsu. Lidahku mulai menjelajahi batang penisnya yang besar itu. Uhhh.. gila besar sekali. Sampai pegel lidahku menjilatinya. Sesekali Daniel menggesek-gesekkan batang penisnya itu ke mulutku dengan geMas. Aku semakin liar saja melumatnya. Pelan-pelan aku mulai melahap penis Daniel. Mmm.. mmm.. enak sekali. Aku mengulum ujung penis Daniel yang kenyal, dan menarik-nariknya seperti permen karet. Anak itu sempat bergidik menahan nikmat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil mengulum ujungnya, kedua tanganku memainkan batang penisnya yang sudah basah oleh air liurku itu. Lidahku semakin lincah dan liar.Akhirnya penis Daniel mencapai ukuran klimaksnya. Dan.. wow betul-betul fantastis. Aku mengukurnya dengan jariku. Gila, nyaris dua jengkal tanganku. Kayaknya tadi waktu party bareng tante-tantenya nggak segede ini. Makan apa sih ni anak. Penis Daniel sudah keras,kepalanya sudah menyembul dari balik kulitnya dan urat-urat yang perkasa mulai menghiasi sekeliling batang penisnya. Daniel mengusap-usapkan penisnya ke sekujur wajahku. Ahhh.. nikmat sekali. Sebentar lagi aku akan merasakan kejantanannya.Sambil berpegangan di wastafel, aku siap dengan posisi nungging. Perlahan-lahan Daniel menyelipkan batang penis jumbonya itu ke dalam liang vaginaku. Aahhh.. aku merasa seperti seorang perawan yang baru menikmati malam pertama. Penis Daniel terasa sulit menembus vaginaku. Pelan-pelan Daniel menusukkan semakin dalam, dan.. akhirnya penis Daniel amblas ke dalam vaginaku. Uhhh.. rasanya ketat sekali di dalam.“Shh.. tante.. lubangnya sempit banget sih.. enak banget nih..ahhh..”, Daniel mendesah ditelingaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pelan-pelan Daniel mulai memaju-mundurkan penisnya. Ohh..ohhh..ooohhh.. nikmat sekali. Sementara kedua tangannya yang kekar meremas payudaraku.“Aahhh.. ahh.. Daniel.. aahhh.. enak sekali sayang.. aahhh..”, Aku merasakan tubuhku akan meledak menahan rasa nikmat yang luar biasa.Baru kali ini aku merasa seperti ini. Dan tak lama kemudian aku pun mencapai klimaks. Ahhh.. Daniel mencabut batang penisnya dari vaginaku. Gila, anak itu masih cool aja. Masih dalam posisi berdiri, aku memeluk tubuh kekarnya, sambil menciumi dadanya yang bidang.“Gila, kamu hebat sayang.. mmmhhh..”, desahku seraya melumat bibirnya.Daniel lalu menggendong tubuhku dan dia mulai melumat payudara dan puting susuku. Ahhh.. asyik sekali.“Tante.. aku mau sambil berdiri ya..”, desahnya.Aku mengangguk. Tanpa kesulitan Daniel kembali meyelipkan batang penisnya yang masih keras ke dalam vaginaku yang sudah becek. Oohhh.. kami bermain dengan posisi berdiri. Berat badanku membuat penis Daniel menancap semakin dalam. Nikmat sekali rasanya.Entah berapa kali aku dan Daniel saling melepas nafsu di kamar mandi itu. Tubuhku sampai lemas karena terlalu sering orgasme. Daniel yang masih stay cool duduk di atas toilet, sementara aku duduk di pangkuannya sambil merebahkan tubuhku di dadanya yang bidang.“Hhh.. kamu gila sayang, hebat banget sih..”, cetusku sambil mencubit hidung Daniel.Anak itu tersenyum sambil mengusap rambutku.“Tante juga hebat.. gila tadi tante party sama cowo-cowo itu ya?”, tanya Daniel sedikit takjub.Aku mengangguk manja. Anak itu sampai geleng-geleng.“Kamu juga sering kan party bareng tante-tantemu itu? Hayo ngaku..”, celetukku dengan nada bercanda.Daniel tertawa. Sambil melepas lelah aku berbagi cerita dengan Daniel. Aku sampai geleng-geleng mendengar ceritanya. Di usianya yang masih semuda itu ternyata pengalaman seksualnya jauh lebih banyak dari padaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan segala kelebihan fisik yang dimilikinya, anak itu seringkali menyelesaikan persoalan dengan rayuan dan pesona bercintanya. Mulai dari teman sekelasnya yang rela membuatkan PR-nya dan Daniel membayarnya dengan memberi kenikmatan birahi pada si cewe itu. Kemudian tantenya yang kepergok berselingkuh di salah satu restoran, juga merelakan tubuhnya dipuaskan Daniel sebagai imbalan tutup mulut. Bahkan sampai wali kelasnya yang menurutnya memang cantik itu, rela membubuhkan nilai 9 di raport Daniel dengan imbalan pelayanan birahi yang memuaskan dari anak itu.“Tante, kita keluar yuk, kayaknya pada berisik banget deh..”, ajak Daniel tiba-tibaAku mengangguk setuju. Sejak tadi memang di luar kamar mandi tersebut berisik sekali. Suara lenguhan, desahan sampai jeritan manja sayup-sayup terdengar saat aku berpacu nafsu dengan Daniel di kamar mandi tadi.Betapa terkejutnya aku ketika keluar dari kamar mandi melihat pemandangan yang selama ini hanya dapat aku nikmati lewat blue film. Para daun mudaku tersebar di berbagai sudut asyik berbagi kenikmatan dengan tante-tantenya DanielJonathan dan Stanley yang selalu kompak asyik memuaskan Shinta di salah satu sofa. Arga, Rhino dan Dodi juga sibuk menggumuli Melly, yang paling cantik dan seksi di antara wanita-wanita itu. Sementara Candra bagai seorang ratu tergolek di atas ranjang, sementara Chris dan Felix dengan buas menggeluti tubuhnya yang memang mulus. Si macho-ku Frans rupanya yang jadi favorit sampai Yuni dan Liana berebut menikmati Mr. King-nya. Aku geleng-geleng melihatnya seraya memeluk tubuh Daniel yang ada di sebelahku. Inikah yang namanya orgy? Betul-betul gila. Aku tak menyangka kalau pesta ulang tahunku menjadi sefantastis ini.Aku dan Daniel pun bergabung dengan mereka. Entah berapa jam lamanya aku larut dalam pesta gila itu,kami berganti-ganti pasangan seenaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entah sudah berapa kali kami orgasme. Namun khasiat obat perangsang yang kubawa itu memang luar biasa. Stamina kami seperti tak ada habis-habisnya.Pesta gila itu akhirnya terhenti oleh Candra yang punya ide untuk bikin games. Wanita itu ingin membuat game seperti yang dilakukannya pada Daniel sore tadi sebagai hadiah ulang tahunku. Tentu saja aku setuju. Dengan posisi nungging, aku berlutut di atas ranjang. Kepalaku rebah di atas bantal,mataku tertutup, sementara kedua tanganku diikat. Kedua pahaku kubuka lebar-lebar. Permainan pun dimulai. Pria-pria yang ada di situ secara acak akan memasukkan batang penisnya ke dalam vaginaku. Jika aku bisa menebak siapa yang sedang beraksi,aku boleh melepas ikatanku dan melapas hasratku dengan pria tersebut. Namun jika aku salah menebak, aku harus mengulum penis pria tersebut sampai dia orgasme.Suasanya sunyi senyap. Penis pertama mulai menyusup perlahan ke dalam lubang vaginaku.Aku berharap penisnya Jonathan, karena mudah sekali mengenalinya. Perlahan penis itu terus masuk ke dalam liang vaginaku. Ups.. tidak ada aksesoris apa-apa. Berarti bukan Jonathan. Siapa ya? Aku jadi penasaran.Penis itu sudah amblas seluruhnya kedalam vaginaku. Ughh.. nikmatnya. Tapi siapa ya? Aku melakukan kegel untuk memancing desahan pria itu. Sial, nggak bersuara. Yang ada malah suara Shinta, Melly, Candra, Yuni dan Liana yang berah-uh-ah-uh mengacaukanku. Ah.. aku betul-betul bingung.“Stanley?” tebakku.Wanita-wanita itu cekikikan. Sang pria sama sekali tak bersuara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba tubuh pria tersebut menunduk hingga aku bisa merasakan dengusan nafasnya. Dibukanya tutup mataku.“Aww.. Chris!”, teriakku.Gimana aku nggak bisa ngenalin sih. Dasar. Mereka semua tertawa. Sebagai konsekuensi, aku harus mengulum penisnya sampai anak itu orgasme. Permainan terus berlanjut. Berkali-kali aku gagal. Mungkin ada sekitar 7 kali aku tidak bisa menebak. Padahal kadang salah seorang dari mereka beraksi lebih dari satu kali. Tapi aku tetap tidak mengenali. Sialnya Jonathan malah melepas aksesoris yang menjadi ciri khasnya. Huh.. Tapi aku senang. Bukan Tasha namaku kalau tidak mengenali penis si macho, Frans. Aku langsung menjerit keasyikan begitu tahu tebakanku tepat. Dengan cool Frans melepaskan ikatanku dan kami melepas birahi dengan ditonton oleh yang lain. Setelah orgasme, permainan dilanjutkan.Berikutnya ketebak lagi. Gimana nggak, siapa lagi yang penisnya bisa membuatku merasa seperti perawan. Ughhh.. nikmat sekali saat penis super besar itu amblas di dalam vaginaku. Aku yang memang sudah bisa menebak mencoba mengulur waktu sebentar. Nikmat sekali penis ini. Aku melakukan kegel berkali-kali, hingga tiba-tiba penis itu memuntahkan spermanya yang kental di dalam vaginaku. Si pemilik penis mengerang menahan nikmat. Aku bisa mendengar suara gumaman heran orang-orang yang ada di situ.“Gotcha Daniel!”, seruku sambil tersenyum penuh kemenangan.Yang lain berteriak heboh. Daniel pun langsung membuka tutup mata dan tali yang mengikatku.“Tante curang ih..”, rajuknya manja.Aku tertawa dan memeluk tubuh anak itu. Kami pun bercumbu sambil disaksikan yang lain. Tak butuh waktu lama untuk mengembalikan birahi Daniel setelah aku ‘mencuri’ spermanya tadi. Dengan gayanya yang buas, Daniel membuat kami orgasme bersama.Permainan itu berlangsung sampai menjelang pagi. Setelah semua selesai, Daniel dan tante-tantenya pamit untuk kembali ke kamarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara aku juga mau istirahat. Kami pun tertidur pulas sekali. Lewat jam dua belas kami baru bangun. Satu persatu daun mudaku pamit pulang, hingga akhirnya aku sendirian di kamar yang besar itu.Sambil berdiri di pintu, aku menyaksikan pemandangan kamar yang berantakan. Botol-botol minuman berserakan di mana-mana, begitu juga krim-krim bekas kue. Posisi kursi, meja dan sofa sudah nggak jelas, ranjang apalagi sudah mawut-mawutan. Tapi aku merasa puas sekali. Betul-betul pesta ulang tahun yang berkesan. Dan yang lebih berkesan lagi aku dapat daun muda baru, Daniel.Sejak kejadian itu, aku menjadi akrab dengan Daniel dan juga tante-tantenya. Aku jadi bersahabat karib dengan Candra. Dan dari mereka juga aku mulai mengenal kehidupan malam. Petualangan sex-ku pun makin beragam. Aku mulai sering ikut acara-acara gila yang diadakan Candra dan teman-temannya.Februari kemarin, aku bercerai dengan suamiku. Toh aku pikir ada atau nggak ada suami sama saja. Dia jarang sekali di rumah.Hak asuh Juliet pun kuserahkan dengan ikhlas pada suamiku. Dan kini aku semakin bebas tanpa adanya suami dan anak. Aku bisa keluar rumah sesukaku dan ikut acara-acara gilanya Candra. Bahkan tak jarang aku menjadi tuan rumah untuk acara-acara tersebut, karena rumah peninggalan suamiku ini memang besar sekali. Aku pun juga bebas mengundang daun-daun mudaku ke rumah untuk memuaskanku kapan saja aku mau</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-15585121831897553262012-12-27T04:45:00.001-08:002012-12-27T04:45:11.629-08:00LELAKI MANIAK SEKS<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidji6FcfoQzglpw8oKzNBtIvb_oSoqO8WFFjRgmfv9dZvvnXozKt_JbPQZXKr-YZ-2HviBDfR_tsr877_B6oYP9q-R_a_6uFxMl5DD5-eY6i6Ao-PMXOCOXBuFUwiF5Tc343C0YiKvleNi/s1600/gbr+seks+3.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" height="244" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidji6FcfoQzglpw8oKzNBtIvb_oSoqO8WFFjRgmfv9dZvvnXozKt_JbPQZXKr-YZ-2HviBDfR_tsr877_B6oYP9q-R_a_6uFxMl5DD5-eY6i6Ao-PMXOCOXBuFUwiF5Tc343C0YiKvleNi/s320/gbr+seks+3.jpg" title="wallpapers seks" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini adalah cerita pengalamanku ketika aku baru saja menjadi mahasiswi, aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta, disana aku berkenalan dengan Wenny. Mahasiswi seangkatanku juga, orangnya biasa-biasa saja. Dengan tinggi 165/50, rambut hitam sebahu, kulit putih, ceria, dan rada sedikit tomboy dalam penampilannya, karena Wenny berasal dari daerah, maka dia kost tidak jauh dari kampus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa kali Wenny mengajakku untuk main ketempat kostnya, tetapi aku menolaknya dengan halus karena memang aku tidak sempat. Hingga siang hari itu seusai kuliah. Wenny kembali mengajakku untuk bermain ketempat kostnya, dan entah kenapa. Hari itu aku mengiyakan ajakan Wenny itu, mungkin karena akupun sedang bete di rumah dan kebetulan juga aku tidak membawa mobil. Sehingga rada malas juga pakai taxi, kamipun berjalan dari kampus ke tempat kost Wenny. Tidak jauh sih. Tapi harus melewati gang-gang sempit.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya kami tiba ditempat kost Wenny, menurutku tempatnya tidak terlalu bagus karena hanya merupakan bangunan semi permanen. Terdiri dari beberapa kamar kost. Dan kamar Wenny terletak dilantai dua bersama 3 kamar lainnya, tidak terlalu besar kamar Wenny itu. Dan di dalam kamar hanya ada sebuah ranjang yang cukup untuk 2 orang. Sebuah lemari pakaian, meja belajar, TV 14 inch, dan ada dvd serta stereo kaset, dan sebuah kipas angin yang ketika dinyalakan. Cukup berisik suaranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setiba di dalam kamar Wenny, akupun langsung duduk di tepian ranjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sorry Mbak. Kamarku berantakan” seru Wenny sembari membuka lemari pakaiannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ah. Lumayan juga Wen. Cuman rada panas yaa” jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Memang. Panas banget.” sahut Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sorry.. Aku ganti baju dulu yaa” sambungnya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Wenny membelakangiku. Melepas t-shirtnya. Lalu celana jeansnya. Tampak bra dan CD Wenny yang berwarna hitam itu. Lalu Wenny melepas branya. Sehingga aku dapat melihat punggung Wenny yang mulus itu. Lalu ia mengenakan dasternya. Warna merah dengan motif bunga, tanpa lengan tapi cukup pendek menurutku. Karena ketika Wenny membungkuk untuk mengambil bra-nya yang terjatuh dilantai. Tampak celana dalam Wenny dari belakang, kemudian Wenny menarik kursi dan duduk dihadapanku. Dengan kedua kaki diangkat ketepian kursinya dan dalam posisi mengangkang, sehingga kelihatan jelas celana dalamnya itu, aku hanya tersenyum saja melihat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sorry yaa.. Aku duduk begini” seru Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kita kan sama-sama cewek.” sambungnya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Enggak apa-apa kok wen” sahutku, lalu mataku tertuju ke sebuah bingkai foto yang terletak diatas meja belajar Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Foto siapa tuh wen?” seruku, lalu Wenny mengambil bingkai foto itu dan menyerahkan padaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Cowokku” sahutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku memperhatikan foto cowok Wenny itu, tidak terlalu ganteng. Bahkan rada berumur, lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Namanya siapa wen?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mas Eko”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Berapa umurnya?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“30 tahun..” sahut Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kerja?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya. Pegawai negeri”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudah lama kamu jalan sama dia?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Baru satu tahun”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tinggal dimana.?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Enggak jauh kok”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sering dong dia main ke sini?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mhmm. Seringlah” sahut Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akupun tersenyum sembari mengembalikan foto itu pada Wenny, tiba-tiba.. tok.. tok.. tok.. ada yang mengetuk pintu kamar.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Wah umur panjang nih orang..” seru Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu ia bangkit berdiri dan membukakan pintu, tampak seorang pria berdiri di ambang pintu. Ternyata dia adalah cowok Wenny itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hai Mas..” sambut Wenny manja sembari memeluk dan mengecup bibir Mas Eko</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mas.. Kenalin temanku. Nia” seru Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akupun mengulurkan tanganku dan dijabat erat oleh Mas Eko, rada risih juga sih. Karena tampak tatapan mata Mas Eko yang tajam..</div>
<div style="text-align: justify;">
“Eko..” sahutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu kami pun mengobrol bertiga di dalam kamar itu, Eko dan Wenny duduk di tepian ranjang sementara aku duduk dikursi, dan ternyata Mas Eko itu enak diajak ngobrol. Orangnya humoris, cukup wibawa hanya saja matanya selalu mencuri-curi pandang ke arahku, cuman yang membuat aku merasa risih. Melihat tingkah laku mereka. Karena tidak jarang Mas Eko dalam candanya memegang paha dan mencolek buah dada Wenny, sementara Wenny hanya mengeliat saja tanpa usaha mencegahnya, bahkan ketika Wenny sedang membungkuk untuk mengambil handuk yang terjatuh dilantai. dengan seenaknya Mas Eko mengulurkan tangannya memegang selangkangan Wenny dari belakang.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Auuh..” jerit Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi dia membiarkan tangan Mas Eko itu meraba selangkangannya dari belakang, lalu Wenny membalikkan tubuhnya dan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nakal yaa Mas. enggak enak tuh dilihat Mbak Nia..” seru Wenny manja.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hehehe.” Mas Eko hanya cengegesan saja.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oh iya. Mau pada minum apa nih?” seru Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Seperti biasalah” sahut Mas Eko.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mbak Nia.. Mau minum apa?” tawar Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mhmm.. Teh botol aja deh” sahutku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Wenny keluar kamar. Mungkin mau memesan minum, kini tinggal aku dan Mas Eko dalam kamar itu. Mas Eko memandangiku terus. Dan aku merasa risih dipandangin demikian.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudah punya pacar belum?” tanyanya tiba-tiba.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Belum Mas..” sahutku polos.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kok cantik-cantik gini belum punya pacar” serunya lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Belum kepikiran Mas” sahutku diplomasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu Wenny masuk kembali ke dalam kamar, dia membawa minumanku, dan dua botol bir yang ternyata untuk Mas Eko, gilaa. siang-siang panas gini minum bir. pikirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu kami mengobrol lagi. Dan setelah kusadari 2 botol bir itu telah habis.. Bahkan Mas Eko memesan lagi. Hingga aku lihat sudah lima botol tergeletak dilantai, bukan itu aja. Aku pun melihat Wenny ikut-ikutan juga minum bir itu. Kini Mas Eko tambah berani. Ia tidak sungkan-sungkan menepuk pahaku atau bahuku jika sedang ngobrol, sementara Wenny cuek saja melihat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menjelang sore. suasana dalam kamar itu menjadi semakin gerah bagiku, selain udara yang memang panas. tingkah laku Mas Eko dan Wenny semakin di luar kontrol saja. Mereka tidak sungkan-sungkan berciuman di hadapanku. Bahkan dalam candanya beberapa kali Mas Eko meremas-remas buah dada Wenny sementara Wenny membiarkan itu semua. Bahkan dia semakin bersikap menantang.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Mentang-mentang ada Mbak Nia. Beraninya hanya begitu saja” seru Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
Merasa ditantang demikian. tiba-tiba Mas Eko menerkam tubuh Wenny sehingga tubuh Wenny berada dibawahnya. Lalu dengan ganas Mas Eko menciumi bibir dan leher Wenny, Wenny hanya cekikikan saja. Sementara aku. Aku merasa semakin gerah saja, apalagi ketika tangan Mas Eko dengan leluasanya meraba-raba paha Wenny hingga kepangkal pahanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooohh.. Mas.. Uuhh..” rintih Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akupun memalingkan wajahku. melihat ketempat lain. Risih.. Tapi aku penasaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aahh. Oohh” rintih Wenny lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akupun segera melirik dan yaa. ampunn.. Tampak Mas Eko telah melorotkan daster Wenny sehingga kelihatanlah kedua buah dada Wenny itu yang langsung diciumi dengan ganas oleh Mas Eko. Gilaa.. Apa yang mereka perbuat. Sementara aku hanya duduk menonton saja. Melihat keganasan Mas Eko dan mendengar rintihan-rintihan Wenny. Akupun mulai terangsang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba Mas Eko menghentikan ciumannya lalu ia melepas daster Wenny itu. Dan menarik lepas celana dalam Wenny. Kini Wenny sudah benar-benar telanjang bulat.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sabar Mas.. Sabar. Ada Mbak Nia loh” rintih Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Biarin” sahut Mas Eko sembari terus menciumi payudara Wenny, tampak Mas Eko mulai menciumi perut Wenny. Terus ke bawah dan akhirnya berhenti diantara kedua paha Wenny yang sudah terpentang lebar itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aahh. Oohh.” erang Wenny panjang sembari kedua tangannya meremas-remas kepala Mas Eko.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Merinding aku melihat adegan itu. Tapi diam-diam aku merasakan CD-ku mulai basah, beberapa kali aku menyedot teh botolku yang sebenarnya sudah habis itu, lalu tampak Mas Eko membuka kemejanya, singletnya, lalu celana panjangnya dan celana dalamnya. Sehingga tampak batang kemaluan Mas Eko yang sudah tegang mengeras itu. Lalu ia mengambil posisi diantara kedua paha Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ayo.. Mas.. Ayo.” desah Wenny dengan mata setengah terpejam.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aaakk. Ohh.” erang Wenny panjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tampak Mas Eko kembali menindih tubuh Wenny, kini aku menjadi benar-benar salah tingkah. Tidak terbayangkan di depan mata kepalaku sendiri ada adegan begini. Jujur saja akupun mulai terangsang. Apalagi ketika melihat gerakan erotis pinggul Mas Eko yang naik turun itu. Sementara Wenny hanya mengeliat-ngliat dengan suara rintihan nikmat keluar dari mulutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sepertinya dianggap tidak ada oleh mereka. Gila. Aku ingin keluar dari kamar itu, tapi penasaran. Lalu tampak Mas Eko menyuruh Wenny untuk menungging. Dan dengan posisi dog style.. kembali Mas Eko memasukkan batang kemaluannya ke dalam vagina Wenny. Dari posisi ini aku dapat melihat batang kemaluan Mas Eko yang keluar-masuk liang kemaluan Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooh. Terus.. Mas.. Teruss.. Ahh” erang Wenny, Mas Eko tampak bergerak seperti mesin saja enggak capek-capek. Sementara Wenny mengerang-ngerang keenakan. Ooohh. Pusing kepalaku melihat itu. Kemudian tampak Mas Eko menjilat jari telunjuknya sendiri dan. Ditusukkannya telunjuknya itu ke dalam lobang anus Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aaahh. Iyaa.. Iyaa.. Oohh” rintih Wenny lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa kali aku menelan air liurku. Dan akupun mulai gelisah. tiba-tiba..</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aaaghhkk.. Aku keluar.. Aku keluar maass” Wenny mengerang panjang. Tampak tubuh bergetar-getar.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Cepat sekali kau keluar Wen.” seru Mas Eko sembari mencabut batang kemaluannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ooh.. Enak.. Mass.. Enak..” desis Wenny.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dimasukin ke sini yaa.” seru Mas Eko sembari mencobloskan telunjuknya dalam-dalam ke dalam lobang anus Wenny. Tampak tubuh Wenny tersentak kedepan.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudah.. Mas.. sudah. jangan.” sahut Wenny sembari menjatuhkan tubuhnya telungkup, tampak batang kemaluan Mas Eko yang masih tegang menantang itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sama Mbak Nia aja Mass” seru Wenny lagi..</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa.. Aku terkejut mendengar itu, sudah gila.. kawanku ini. Seruku dalam hati. Dan benar saja. Mas Eko menoleh ke arahku. Aku jadi salah tingkah.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Hehehe. Ayo Nia. Ikutan”</div>
<div style="text-align: justify;">
Serunya sembari cengegesan. Aku hanya diam saja sembari berusaha menguasai diri. Lalu Mas Eko turun dari ranjang dan berjalan ke arahku. Berdegup keras jantungku.. Demi melihat batang kemaluan Mas Eko yang terayun-ayun.. Mendekat ke arahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tidak Mas. Terima kasih” sahutku sembari berusaha tersenyum.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aahh. Ayolah” seru Mas Eko.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bersambung . . .</div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-14902668536782720002012-12-27T00:26:00.004-08:002012-12-27T00:26:51.426-08:00GARA GARA TANTE PERJAKAKU ILANG<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpr3L08nM-QMHi8JsR3Sw7qNpa8N5oaOCi3jRZfohJrsQdjlhBj9wpvhr4BNiGvat8F-ngSJ9IgOWhj25bP2Zy80N4PCOcRkfG_yeHVBFGegOhYEX9yxr1afEd-KN5PRJTSQMYGw-N_RWG/s1600/gbr+seks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpr3L08nM-QMHi8JsR3Sw7qNpa8N5oaOCi3jRZfohJrsQdjlhBj9wpvhr4BNiGvat8F-ngSJ9IgOWhj25bP2Zy80N4PCOcRkfG_yeHVBFGegOhYEX9yxr1afEd-KN5PRJTSQMYGw-N_RWG/s320/gbr+seks+1.jpg" width="320" /></a></div>
Aku kini benar-benar terbangun setelah mendengar dengkuran Mas Har beberapa lamanya. Kuperhatikan dada dan perutnya yang padat lemak itu naik-turun seirama dengan suara dengkur yang makin menjengkelkanku. Aku turun dari ranjang dan berjalan menuju cermin besar di kamar tidur kami. Kupandangi dan kukagumi sendiri tubuh telanjangku yang masih langsing dan cukup kencang di usiaku yang tigapuluhan. Kulitku masih cukup mulus dan putih, payudaraku tetap bulat dan kenyal, pas benar dengan bra 37B warna pink favoritku saat kuliah. Dan wajahku masih halus, semua terawat oleh kosmetik yang aku dapatkan dari uang Mas Har.<br />
Ah, aku masih sangat menarik. Tentu saja, tanda-tanda ketuaan tak bisa dihindari, namun tubuhku belum pernah melar karena hamil, apalagi melahirkan. Aku masih ingin meniti karierku, aku ini wanita yang menikmati kekuasaan. Dan menikah dengan Mas Har membuka lebar-lebar kesempatan untuk meraih ambisi itu. Kualihkan pandangan pada sosok lelaki tambun di ranjangku. Mas Har yang dulu tampil sangat jantan, bisa sangat berubah dalam waktu 12 tahun. Rambut halus di dada dan perutnya dulu yang selalu membuatku bergairah bila dipeluknya, kini tumbuh makin lebat dan liar, sedangkan Mas Har tidak pernah mau mencukurnya. Perutnya yang kokoh dulu kini ditutupi oleh selimut lemak yang sangat tebal. Memang otot dada dan tangannya yang kekar masih bertahan. Namun kalau aku bercinta dengan Mas har sekarang, rasanya aku sedang ditiduri oleh seekor gorilla. Memuakkan.<br />
Mas Har memuaskan nafsuku<br />
Meski begitu, hasratku akhir-akhir ini makin tak tertahankan. Seringkali, akulah yang meminta duluan ke Mas Har untuk memuaskan nafsuku. Namun gara-gara stamina Mas Har yang loyo di usianya yang setengah abad lebih, aku hampir pasti tidak terpuaskan dan kebanyakan aku sendiri yang menyelesaikan “tugas” Mas Har. Sama seperti yang terjadi sore ini, tinggal sebentar lagi aku merasakan orgasme, tiba-tiba Mas Har keluar, dan dengan napas tersengal-sengal ia membelai-belai tubuhku kemudian tertidur lelap di sampingku. Lagi-lagi harus jari-jariku sendiri yang memuaskanku. Aku sudah tak tahan. Aku tidak peduli lagi pada nilai dan norma yang berlaku bagiku sebagai perempuan. Kubulatkan tekadku, kemudian aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dari bekas cumbuan suamiku yang memuakkan.<br />
Selesai sarapan Mas Har pamit padaku dan mengatakan betapa menyesalnya dia harus meninggalkanku akhir pekan ini ke Singapura, demi kepentingan lobby perusahaannya. Mas Har memang pernah menawarkan padaku untuk pergi bersamanya, tapi aku menolak dengan alasan aku lelah dengan pekerjaan kantorku dan sedang tidak ingin pergi begitu jauh hanya untuk berbelanja. Dan kesempatan ini akan aku gunakan sebaik-baiknya. Sore ini aku akan punya kegiatan yang lebih menarik dari sekedar berbelanja, di Singapura sekalipun. Supir kami mengantar Mas Har pergi dan 30 menit kemudian aku pergi menuju kantor membawa sedanku sendiri.<br />
Angga membawa sebotol minuman<br />
Setelah makan siang aku kembali ke kantor dan menyelesaikan sebagian pekerjaanku hari itu dan dua jam sebelum waktu pulang, aku menyerahkan sisa pekerjaan itu ke bawahanku. Mereka tidak terlalu senang dengan tugas mendadak itu, tapi nampaknya mereka sudah terbiasa dengan perangaiku. Mereka paham bahwa aku tidak ingin menjadi lelah, karena sepulang kerja nanti aku akan pergi bersama teman-temanku, eksekutif wanita muda yang lain. Hanya saja mereka tidak tahu kalau hari itu, aku sudah membatalkan acara jalan-jalan kami.<br />
Kukemudikan sedanku ke arah rumahku, namun kemudian berbelok menuju tempat lain. Sekitar 15 menit kemudian aku berhenti di samping sebuah lapangan basket di dalam suatu perumahan. Di sana sejumlah remaja SMU sedang bermain. Aku turun dari mobilku dan duduk di samping lapangan tempat tas-tas mereka diletakkan, lalu menyaksikan permainan mereka. Salah satu dari mereka, mengenakan kostum basket warna merah, yang kemudian melihatku, tersenyum dan melambaikan tangannya. Aku membalas dengan cara serupa. Dia adalah Angga, anak salah satu bawahanku yang sedang kutugaskan pergi ke luar kota selama beberapa hari. Hubunganku dengan keluarga mereka cukup akrab untuk mengetahui bahwa Angga mengikuti latihan basket dua kali seminggu di sana.<br />
Sepuluh menit kemudian permainan berakhir dan sejumlah remaja itu menuju ke tas mereka, yaitu ke arahku. Aku berjalan menuju Angga membawa sebotol minuman yang sudah kusiapkan pagi tadi.<br />
“Ang, minum dulu nih. Ternyata tadi di mobil Tante masih ada sebotol”, tawarku.<br />
“Oh iya, Tante, makasih!”, jawabnya tersengal.<br />
Nampaknya ia masih kelelahan. Angga mengambil botol dari tanganku dan segera menghabiskan isinya. Kami berjalan menuju tasnya. Dan ia mengeluarkan handuk untuk menyeka keringatnya. Aku mengintip sebentar ke dalam tasnya dan bersyukur aku memberikan botol minumanku kepada Angga sebelum ia sempat mengambil minuman bekalnya sendiri.<br />
Sebagai pemain basket, Angga cukup tinggi. Dari tinggi badanku yang 168 cm kuperkirakan kalau tinggi Angga sekitar 180-an cm. Bisa kuperhatikan tangan Angga cukup kekar untuk anak seusianya, sepertinya olahraga basket benar-benar melatih fisiknya. Figur badannya menunjukkan potensinya sebagai atlet basket. Aku beralih ke wajahnya yang masih nampak imut walau basah oleh keringat. Dengan kulit yang kuning, wajahnya benar-benar manis. Aku tersenyum.<br />
Setelah menyeka wajahnya, Angga memperhatikanku sebentar dan berkata, “Tante Nia dari kantor? Kok pake ke sini?”<br />
“Nggak, males aja mau ke rumah, enggak ada temannya sih. Om Harry lagi ke Singapura. Jadi tante jalan-jalan.. terus ternyata lewat deket-deket sini, sekalian aja mampir..” ujarku setengah merajuk.<br />
Ia beralih sebentar untuk ngobrol dan bercanda dengan temannya.<br />
“Sama dong Tante, Angga lagi males nih di rumah, nggak ada orang sih!”<br />
“Nggak ada orang? Ibu sama adik kamu ke mana?”<br />
“Nginep di rumah nenek, besok sore pulang. Aku disuruh jaga rumah sendirian”. Angga menaruh handuknya dan duduk di sampingku.<br />
“Oh, kebetulan banget ya..” kata-kata itu tiba-tiba terlepas dari mulutku.<br />
Yang dikatakan Angga benar-benar di luar dugaanku, tapi justru membuat keadaan jadi lebih baik. Aku tidak perlu bersusah payah untuk mencari tempat ber..<br />
“Kenapa, Tante? Kebetulan gimana?”<br />
“Iya, kebetulan aja kita sama-sama cari teman..” Angga tersenyum.<br />
“Sebenarnya.. Ehh.. Tante ada perlu sih ke rumahmu. Ada file laporan penting yang harus diambil segera, padahal papa kamu masih di luar kota. Kira-kira bisa nggak ya, tante ke rumahmu ngambil file itu? Tante sudah bilang kok sama Papa kamu, katanya tante disuruh ngambil aja di rumah..”<br />
“Oh, nggak apa-apa kok. Cuma mungkin agak lama ya, Tante. Soalnya aku musti cari-cari kunci cadangannya lemari papa. Biasanya selalu dikunci sih, kalau pergi-pergi. ”<br />
“Nggak masalah, Tante nggak buru-buru. Kita pergi sekarang?”.<br />
Angga mengangguk lalu kami berjalan menuju mobilku. Angga melambaikan tangan pada teman-temannya dan meneriakkan kata-kata perpisahan. Kuperhatikan teman-teman Angga saling berbisik dan tertawa-tawa kecil melihat kami pergi.<br />
“Di rumah benar-benar nggak ada orang yah, Ang?”<br />
“Cuma aku doang, Tante. Untungnya sih Mama ngasih uang lumayan buat cari makan.”<br />
“Aduh.. Kaciann..” kataku manja. “Tapi biasanya seumuran kamu pasti ada pacar yang nemenin kemana-mana kan..”<br />
Angga menoleh dan tersenyum padaku. “Wah, Angga nggak punya Tante. Belum ada yang mau!”<br />
“Ah, masa? Cowok keren kaya kamu gini loh!” Kutepuk pelan lengannya, mencoba merasakan sejenak kekokohannya. “Kalau Tante sih, sudah dari dulu Angga tante sabet!”<br />
Angga hanya tertawa ramah, ia sudah biasa dengan gaya bercandaku yang agak genit itu. Padahal sebenarnya, sosok Angga benar-benar sudah mempesonaku saat ia diperkenalkan padaku dan Mas Har setahun yang lalu.<br />
Dosis ekstra pada minuman Angga<br />
<br />
Perjalanan ke rumah Angga memakan waktu sekitar 30 menit karena jalanan sudah penuh oleh mobil-mobil orang lain yang menuju rumah masing-masing. Dalam perjalanan aku tetap memperhatikan Angga. Aku ingin tahu apakah minuman yang tadi Angga minum sudah menunjukkan reaksinya. Biasanya aku menggunakan obat itu untuk memancing nafsu Mas Har dan mempertahankan staminanya. Aku mungkin sudah gila.. Mencoba untuk tidur dengan bocah SMU anak pegawaiku sendiri.. Tapi biarlah.. Gelegak di diriku sudah tak mampu lagi aku bendung.<br />
Tadi pagi aku memberikan dosis ekstra pada minuman yang kuberikan pada Angga, dan sekarang aku penasaran akan efeknya pada tubuh muda Angga. Bisa kulihat sekarang napas Angga mulai naik-turun lagi setelah sempat tenang duduk dalam mobil. Duduknya juga nampak sedikit gelisah. Aku menepi. Kami sudah sampai.<br />
Ia membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk. Aku duduk nyaman di sofa ruang tamu dan ia menuju dapur untuk menyiapkan segelas minuman buatku. Rumah Angga tidak besar, sekedar cukup untuk tinggal empat orang. Sekali lagi aku menanyakan pada diriku sendiri, apakah aku ingin melakukan hal ini.. Dan sedetik kemudian aku menjawab: aku memang benar-benar menginginkannya..<br />
Kutanggalkan jas dan blazerku, menyisakan sebuah tank-top putih untuk melekat di bagian atas tubuhku. Tadi pagi aku sudah mematut diri di kaca dengan tank-top ini. Sebenarnya ukurannya sedikit lebih kecil dari ukuranku, hingga cukup ketat untuk memperlihatkan dengan jelas bentuk payudaraku, bahkan puting susuku. Aku tersenyum geli ketika meihat diriku di cermin pagi itu. Rok miniku kutarik sedikit lebih tinggi, dan kusilangkan kakiku sedemikian rupa hingga Angga yang nanti kembali dari dapur akan memperhatikan pahaku yang mulus.<br />
Angga keluar beberapa menit kemudian membawakan segelas sirup dengan batu es. Ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan langkahnya menuju meja di depanku.<br />
“Panas banget, Ang. Makanya Tante copot blazernya”, kataku setengah mengeluh.<br />
“Iya, memang di sini nggak ada AC seperti di rumah Tante”.<br />
Suara Angga sedikit terbata, nafasnya naik-turun, dan mencoba tersenyum. Kulihat Angga juga berkeringat, tapi aku tahu hal itu bukan hanya karena panas yang ada di ruang tamu ini. Aku mengambil gelas yang dingin itu dan menggosokkannya pada bagian bawah leherku yang berkeringat. Segar sekali..<br />
“Ahh.. Seger baget Ang. ”<br />
Angga menelan ludahnya. Kuminum sedikit sirup itu.<br />
“Uhh.. Top banget. Enak, Ang”, ujarku setengah mendesah.<br />
“Hmm.. Tante.. Angga.. Angga cari kunci lemarinya papa dulu ya..” kata Angga. Anak ini pemalu juga, kataku dalam hati. “Oh, iya deh, Tante tunggu. ” Angga kemudian bergegas menuju satu lemari besar di samping sofa dan mulai membuka laci-lacinya.<br />
Aku bersabar sedikit lebih lama. Aku tahu dari tingkah laku Angga yang makin gelisah, kalau obat itu sebentar lagi akan benar-benar memberi efek. Setelah 10 menit mencari dan belum menemukan kuci itu. Aku berjalan ke arah Angga yang masih membungkuk, mencari kunci itu di salah satu laci.<br />
“Ang.. Apa nggak lebih baik..”<br />
Angga lalu berdiri dan membalikkan badannya menghadapku. Aku tahu dia sempat mencuri pandang ke arah dadaku sebelum melihat wajahku. Ia menelan ludahnya. Aku mendekat padanya hingga jika aku melangkah sekali lagi tubuhku akan langsung bersentuhan dengannya. Angga mencoba mundur, tapi lemari besar itu menghalanginya.<br />
“Kenapa..? Tante..?”, nafasnya terasa menyentuh dahiku.<br />
Aku mendongak sedikit, menatap wajahnya.<br />
“Lebih baik kamu..”<br />
Tanganku meraba otot bisepnya, padat..<br />
“Mandi dulu..”<br />
Tanganku yang satu menyentuh tepi bawah kostum basketnya..<br />
“Terus ganti baju..”<br />
Kedua tanganku mulai mengangkat kausnya..<br />
“Kan, kamu keringetan gini..”<br />
Tanganku setengah meraba otot-otot perutnya yang keras sambil terus membawa kausnya ke atas..<br />
“Nanti.. Kuncinya.. Dicari lagi..”<br />
Dadanya cukup kokoh, dan terasa sekali paru-parunya mengembang dan mengempis semakin cepat, jantungnya berdegup kencang.. Wajahku terasa panas, jantungku ikut berdetak cepat. Angga mengangkat lengannya dan berkata, “Ya Tante..”<br />
Tapi suara Angga lebih mirip desahan berat. Kuangkat lagi kausnya ke atas dan Angga dengan cepat meneruskan pekerjaanku dan kemudian melemparkan kausnya ke samping. Angga sekarang bertelanjang dada, dengan celana selutut masih dikenakannya. Aku merapatkan badanku padanya namun tiba-tiba aku berhenti setelah merasakan sesuatu mengenai perutku. Aku mundur sedikit dan melihat ke arah dari mana sentuhan di perutku berasal.<br />
“Oh..!”, bisikku sedikit terkejut.<br />
Dari dalam celananya terlihat tonjolan yang cukup panjang dan besar. Penis Angga.. Siluetnya terlihat jelas dari celana basketnya yang longgar. Aku melihat wajah Angga. Ia juga melihat tonjolan di celananya itu, sedikit terkejut, kemudian melihatku. Napasnya menderu.<br />
“Eh, maaf tante.. aku.. Nggak pernah.. Pake..”<br />
“Celana dalam? Nggak.. Pernah..?” potongku.<br />
Ia hanya menggeleng dan kembali menatapku.<br />
Aku tersenyum. “Nggak apa-apa.. Lebih baik gitu..”<br />
Wajah imutnya memperlihatkan keterkejutan. Tapi aku segera kembali merapatkan tubuhku dan maju lebih berani. Kucengkram batang kemaluannya dari luar celananya. Angga napak semakin terkejut dan badannya berguncang sedikit. Kemudian semua berjalan menuruti nafsu kami yang bergelora.<br />
Angga memelukku, membawa bibirku rapat ke bibirnya dan melakukan ciuman paling bernafsu yang pernah aku terima dalam satu dekade ini. Lidahnya bergelut liar dengan lidahku, bibirku digigitnya pelan.. Kupegang kepalanya dan kurapatkan terus dengan wajahku. Kuacak-acak rambutnya seakan aku ingin seluruh tubuhnya masuk ke dalam ragaku.<br />
Angga mencoba menyudahi ciuman itu. Aku khawatir ia akan menolak untuk bertindak lebih jauh, hingga aku tidak membiarkannya. Tapi aku sudah sulit mengatur napasku, dan akhirnya kulepaskan wajahnya. Aku tersengal, mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ternyata Angga sama sekali tidak berhenti. Saat aku ditaklukkan nafsu saat berciuman tadi, Angga sudah berhasil melepaskan tank-topku tanpa sedikitpun aku menyadarinya. Tank-top itu kini berada di bawah kakiku. Dan kini Angga mulai menghisap dan menjilati leherku dengan buas.<br />
“Ohh.. Anngghh..” ini dia yang selama ini kudambakan, gairah dan energi yang begitu meluap..<br />
Lidah Angga bergerak lagi ke bawah.. Membasahi belahan dadaku.. Berputar sebentar di sekitar puting kiriku, memberikan sensasi geli yang nikmat.. Kemudian Angga melahap payudaraku.<br />
“Ouuhh.. Kamu.. Ahh.. Kurang ajar yahh.. Hmmpphh.. Terusin Anngg.. Ahh.. Mmmhh..”<br />
Bocah ini.. Benar-benar bernafsu.. Ia lalu melakukan hal sama pada payudaraku yang sebelah kanan dan segera membawaku ke ambang orgasme.. Aku merasakannya.. Sedikit lagi.. Tapi ia tiba-tiba berhenti, membuatku melihat ke bawah, ingin tahu apa yang terjadi. Ia berlutut, dan mencoba melepaskan rok miniku. Tanganku bergerak cepat membantu Angga dan dua detik kemudian rok itu sudah jatuh ke lantai. Aku mencoba melepaskan pula celana dalamku, namun Angga lebih cepat.. Ia merobeknya.. Sejurus kemudian lidahnya beraksi lagi.. Dalam liang kewanitaanku..<br />
“Anggahh.. Kamuhh.. Nggak sopann..”<br />
Kumajukan pinggulku, rasanya aku ingin membenamkan seluruh wajah Angga ke dalam vaginaku.. Lidah Angga yang tak terlatih, membuatku harus membantunya menyentuh daerah yang tepat dengan menggerakkan kepala bocah itu.<br />
“Uuuhh.. Di sini Anngghh.. Ohh.. Yeeaahh..!!”<br />
Angga terus bergerilya dalam gua-ku hingga aku merasakan gelombang kenikmatan yang hebat.<br />
“Angghh.. Tante.. Mau.. Aaahh!!”<br />
Tubuhku menggeliat seiring dengan orgasme yang melandaku. Angga dengan liar menjilati cairan-ku sampai tetes yang terakhir. Kakiku terasa lemas.. Pelan-pelan aku terduduk.. Dan kemudian berbaring di lantai.. Merasakan sisa-sisa kenikmatan yang telah Angga berikan sambil terengah-engah..<br />
Aku melihat ke arah Angga. Ia juga sedang terengah-engah. Badannya berdiri kokoh di hadapanku. Badan kekarnya yang berkeringat, berkilat oleh pantulan matahari sore yang menerobos jendela kamar. Dan.. Tak ada lagi celana basket yang melekat di badan itu. Pistolnya.. Mengacung tegak ke arahku. Batangnya begitu besar.. Pasti lebih dari 20 cm, dan tebal. Rambut tipis dari kemaluannya berlanjut ke atas menuju pusarnya. Oh.. Begitu muda dan gagah..<br />
“Tante.. Aku..”<br />
“Giliran Tante, Ang!”<br />
Aku berdiri, menghimpit tubuhnya dan menjilati badan remaja itu. Tangannya yang kuat mengelus mendekapku sambil mengusap punggungku. Saat kugigit-gigit putingnya, Angga mendesah perlahan dan rambutku diacaknya. Tanganku dengan mudah mendapati penisnya, kemudian kukocok pelan. Sementara itu lidahku mengembara di otot-otot perut Angga.<br />
Penis Angga terlalu besar<br />
<br />
Kini aku sampai pada pusarnya. Lidahku terus bergerak turun dan kulahap pucuk batang kejantanan Angga. Angga menggeram. Kukulum batangnya dan aku puas mendengar Angga terus mendesah.<br />
“Ooohh.. Tante.. Ahh..”<br />
Kucoba untuk menelan lebih dalam, tapi ukuran penis Angga terlalu besar. Sudah saatnya..<br />
“Ayo Ang, biar tante ajarin caranya jadi lelaki..”<br />
Kuajak dia berbaring di lantai, lalu pelan-pelan aku duduk di perutnya sambil memasukkan pistol Angga ke ’sarung’-nya, memastikan agar aku mendapatkan kenikmatan yang aku mau.<br />
“Aaahh.. Angga.. Punya kamuhh.. Besaarr.. Uuhh..”<br />
Aku membelai dadanya, dan mulai bergerak naik-turun. Angga melenguh dan memejamkan mata, meresapi setiap gerakan yang kubuat.<br />
“Uuuhh.. Eegghh.. Aduhh.. Nggak pernah.. Angga.. Ngerasain.. Enak kaya ginihh..”<br />
Setelah mulai terbiasa dengan ritmeku, Angga membuka matanya. Tangannya memegang kedua payudaraku yang naik turun.<br />
“Tante Nia.. Oohh.. Seksi banget.. Ahh..”<br />
Ia memerasnya.. Dan terasa sangat nikmat.. Kini aku yang menghayati permainan Angga. Tapi aku segera tersadar, kali ini AKU yang akan memuaskan Angga.<br />
Aku mempercepat gerakanku, sambil sesekali memutar-mutar pinggulku.<br />
“Ohh.. Tante.. Terusiinn.. Enaakk.. Aahh.. Mmmhh..”<br />
Tangannya beralih ke pantatku, mencoba ikut mengatur ritmeku. Kuberikan apa yang Angga minta, kujepit batangnya dan aku semakin bergoyang menggila.<br />
“Gini kan.. Mau kamu, Angghh.. Ehh..”<br />
“Uhh.. Yaa.. Ohh.. Aaagghh.. Kenceng bangett.. Ayo tante..”<br />
Aku bagai lupa daratan, kenikmatan yang kurasa benar-benar membius, dan sebentar lagi.. Tinggal sebentar..<br />
“Tantee.. Oooaagghh!! Oh, yeaahh!!”<br />
“Annggaa.. Aaagghh.. Ohh.. Ohh..”<br />
Aku merasakan kenikmatan paling dahsyat dalam hidupku, bersamaan dengan ejakulasi Angga. Kami berpelukan, berguling sementara Angga masih meneruskan tikaman penisnya dalam vaginaku, membawaku semakin jauh dari dunia ini..<br />
“Ohh.. Anggaa.. Ohh.. Kamu.. Udahh.. Bukan perjaka.. Lagi.. Ahh..”<br />
Ia menciumiku, memanjakan payudaraku, membelai-belai rambutku..<br />
Dengan napas yang tersengal-sengal Angga berbisik di telingaku,<br />
“Duhh.. Nggak nyangkah.. Tante.. Nakal banget.. Ahh.. Tapi Angga.. Suka.. Dinakalin.. Tante.. Ehh.. Kontol Angga masih ngaceng nihh.. ehh.. Mau Tante apain lagi..?”<br />
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-33494307955778467872012-12-27T00:19:00.002-08:002012-12-27T00:19:43.926-08:00Kuprawani Anak SMP<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYrbO53TOsMt83a6LFyqPw1XzTmiDBXtG5VpVwmUPIZGGN4_HZE2KrZi6XlHKf17TyZSeWWgwELNs_wUIwMZXvTQBwfx9uZ8-dzHyDQ8OtoJzECm6ZLPR6yif372qBFTXmxzwftyMfFUb-/s1600/gbr+seks+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYrbO53TOsMt83a6LFyqPw1XzTmiDBXtG5VpVwmUPIZGGN4_HZE2KrZi6XlHKf17TyZSeWWgwELNs_wUIwMZXvTQBwfx9uZ8-dzHyDQ8OtoJzECm6ZLPR6yif372qBFTXmxzwftyMfFUb-/s1600/gbr+seks+2.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Anna, Indah dan Devi memandangi terus ke bagian bawah tubuhku, apalagi kalau bukan batang kemaluanku yang sangat kubanggakan, hitam, panjang, besar, berotot, dan berdenyut-denyut. Lia sendiri sudah melepaskan seluruh pakaiannya. Puting susu Lia sudah membenjol cukup besar karena sering kali kuhisap, dan oleh Lia sendiri sering ditarik-tarik saat menjelang tidur. Payudaranya masih belum nampak mulai menumbuh. Untuk bagian bawah, vagina Lia sudah sedikit berubah. Dulunya hanya seperti garis membujur, sekarang dari kemaluan Lia sudah mencuat bibir bibir berdaging, hal ini dikarenakan sudah sering kumasuki dengan batang kemaluanku tentunya, tetapi itu semua tidak mengurangi keindahan dan kemampuan empotnya (hisapan dan pijatan vagina).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita sex Aku main tembak langsung saja kepada Lia, sebab aku tahu Lia sudah sangat berpengalaman sekali untuk hal beginian. Kupagut bibir Lia, tanganku memainkan puting susu dan liang nikmatnya, Lia sudah cepat sekali terangsang, kulepaskan pagutanku, lalu kuciumi puting susunya. Kuhisap bergantian, kiri dan kanan. Anna, Indah dan Devi melihat caraku memainkan tubuh telanjang Lia, napas mereka bertiga mulai memburu, rupanya nafsu ingin ikut merasakan telah menghinggapi mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekian lama kuciumi dan hisap puting susu mungil yang sudah lumayan membenjol besar itu, aku memang sangat suka sekali menetek dan menghisap puting susu, terlebih bila melihat ibu muda sedang menyusui bayinya, ouw, pasti aku langsung terangsang hebat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah puas kuberkutat di puting susu Lia dengan ciuman dan hisapan mulutku, kualihkan ke liang senggama Lia, kalau dahulu Lia tidak bisa menahan puncak orgasmenya, sekarang sudah sedikit ada kemajuan. Kuhisap dan kuciumi liangnya, Lia masih bisa menahan agar tidak jebol, tidak lama aku merasakan Lia sudah bergetar, kupikir jika aku terlalu lama menghisap lubang senggamanya, Lia pasti tidak akan kuat lagi menahan cairan maninya keluar, maka langsung saja kumasukkan batang kemaluanku yang sudah sangat tegang itu ke lubang kenikmatan Lia. Aku tidak merasa kesulitan lagi untuk memasuki lubang vagina Lia, sudah begitu hapal, maka semua batang kemaluanku amblas ke dalam lubang senggama Lia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anna, Indah dan Devi melihat dengan sedikit melotot seolah tidak percaya batang kejantananku yang hitam, panjang dan sedemikian besarnya bisa masuk ke lubang senggama teman mereka, yaitu Lia. Mereka bertiga mendesah-desah aku merasa mereka sudah ingin sekali merasakan lubang kenikmatan mereka juga diterobos batang kejantananku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menggerakan maju mundur, mulai dari perlahan lalu bertambah cepat, kemudian berganti posisi, berulang kali sekitar 15 menit. Aku sudah merasakan Lia akan mencapai puncak orgasmenya. Betul saja, tidak lama kemudian, Lia memelukku erat dan dari dalam lubang surganya aku merasakan ada semprotan yang keras menerpa kepala kejantananku yang berada di dalam lubang vaginanya. Banyak sekali Lia mengeluarkan cairan mani, Lia terkulai lemas, batang kejantananku masih gagah dan kokoh, memang aku sengaja untuk tidak menguras tenagaku berlebihan, target tiga vagina perawan yang menanti harus tercapai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lia kusuruh istirahat, Lia langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badan sekaligus beristirahat, selanjutnya kutawarkan ke Anna, Indah, dan Devi, siapa yang mau duluan. Sejenak mereka bertiga sepertinya ragu, lalu akhirnya Anna yang mengajukan diri untuk mencoba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Bagus Anna, kamu berani deh." pujiku kepada Anna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa berlama-lama, kusuruh Anna untuk membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, langsung saja Anna melakukan apa yang kusuruh, aku memandangi Anna yang mulai melepas pakaiannya satu persatu, sampai akhirnya telanjang bulat. Tubuh Anna putih bersih, apa yang tadi membuatku penasaran sudah terobati, puting susu Anna kunilai aneh, payudaranya memang belum tumbuh, akan tetapi puting susunya itu membenjol lumayan besar. Bentuknya unik dan baru kali ini aku melihatnya, bentuknya mengerucut tumpul, puting susu dan lingkaran hitam kecoklatannya menyatu dan meninggi. Kata kamus ilmiah, puting susu berbentuk seperti ini langka sekali dan kualitas sensitifnya sangat tinggi, bisa dikatakan sangat perasa sekali. Sedangkan vaginanya masih berupa garis, dengan bagian sisinya sedikit membukit. Sepertinya vagina ini kenyal sekali dan super enak. Tidak sabar rasanya kuingin segera merasakannnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku langsung menciumi bibir Anna yang sensual itu, kupagut dengan mesra. Tanganku bergerak mengusap puting susu unik milik Anna. Benar saja, begitu telapak tanganku mengusap puting susunya, Anna merasa sangat terangsang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ouwww... Oommm... enak sekali Oom.." Anna mengomentari apa yang dirasakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku merasakan puting susu Anna mulai menegang. Segera saja kulepaskan pagutanku di bibir Anna, aku merasa senang, rupanya Anna telah tanggap dengan apa yang kumau, dengan tangannya sendiri menjepit puting susunya dan menyodorkan kepadaku. Maka dengan rakusnya, mulailah kuciumi dan kuhisap, Anna berkali-kali menjerit kecil. Rupanya puting susu Anna sangat perasa, tanganku tanpa sadar menyentuh kemaluan Anna, ternyata vagina Anna sudah basah dan banyak juga cairan maninya yang merembes keluar. Aku terus saja menyusu dan mengempot puting susu Anna, kiri dan kanan bergantian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oomm... Anna kok seperti mau pipis nih... Ada sesuatu yang mau keluar dari memek Anna nih..." Anna mengungkapkan apa yang akan terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tahan dikit dong..." jawabku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mendengar hal ini, kulepaskan hisapanku dari puting susu Anna, lalu mulutku beralih ke liang senggama Anna. Secara otomatis, Anna sudah mengangkangkan kedua kakinya, aku mencium aroma dahsyat dari liangnya Anna. Sungguh legit. Vagina Anna merah sekali dan sudah mengkilap, kujilati kemaluan yang basah itu, selanjutnya kuhisap dalam-dalam. Anna rupanya mengelinjang liar karena merasa nikmat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oomm... Anna udah ngga kuat lagi nihhh... aahhh..." jerit Anna seiring dengan tubunnya yang menegang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Cerita sex Saat itu, mulutku masih menghisap lubang kemaluan Anna, aku merasakan ada sesuatu yang menyemprot, rasanya asih dan gurih. Inikah cairan mani Anna karena sudah mencapai orgame pertamanya, tanpa pikir panjang kutelan saja cairan mani itu, kujilati dengan rakus. Kulihat juga buah klitoris Anna yang kecil mencuat berdenyut-denyut. Aku sendiri merasakan sudah akan mencapai puncak orgasmeku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Anna.. Oom mau masukin titit Oom ke lubang memek Anna nih.." aku meminta ijin kepada Anna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya Oom, masukin saja, ayo dong cepat..." Anna rupanya sudah tidak sabar lagi ingin merasakan batang kejantananku memasuki lubang surganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kuarahkan kepala senjataku ke lubang senggamanya Anna, Anna tanpa diminta memegang batang kemaluanku dan membimbingnya memasuki lubang kemaluannya. Surprise, insting Anna hebat juga nih pikirku, tanpa kesulitan, lubang vagina yang sudah banjir dengan cairan mani itu menerima kepala kemaluan dan batang kemaluanku. Lumayan sempit juga, untungnya tertolong oleh cairan mani dan pengertian Anna membimbing masuk batang kemaluanku sehingga aku tidak kerepotan saat memasukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Blusss..." kutekan sepenuhnya, aku maju mundurkan dengan segera, perlahan, lalu cepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku merasa akan mencapai klimaksku, hisapan vagina Anna sungguh dahsyat. Ini yang membuatku tidak kuat menahan cairan maniku untuk lama keluar. Anna memang kuat sekali, aku merasakan Anna berkali-kali menyemprotkan cairan maninya, mungkin ada lima kali lebih, akan tetapi Anna masih mampu mengimbangi gerakanku, hebatnya lagi, goyangan pantatnya. Oh edan, akhirnya aku merasa tidak kuat menahan lagi, kulihat Anna pun sudah akan mencapai orgasme puncaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Anna.. kita sama-sama keluarkan yaaa.. please sayang.." pintaku sambil sekuat tenaga menahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Iiiiyaaa.. Oommm.. sekarang yaaa..." Anna berkata dengan bergetar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mengeram, tubuhku menegang, tubuh kecil Anna yang kutindih, kupeluk erat sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Crottt... crrruttt... aaahhh.. seerrr..." kukeluarkan cairan mani puncak orgasmeku di dalam lubang kemaluan Anna yang sempit itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena banyaknya cairan mani di dalam lubang senggama Anna, lubang kelamin itu tidak bisa menampung semua, maka merembes dengan derasnya cairan mani itu keluar dari lubang senggama, cairan maniku yang bercampur dengan cairan mani Anna. Kucabut batang kemaluanku yang masih cukup tegang dari lubang kemaluan Anna, batang kejantananku sangat mengkilap, seperti habis di pernis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Indah dan Devi, tanpa sepengetahuanku ternyata telah telanjang bulat, rupanya mereka berdua tidak tahan melihat pergulatanku yang cukup lama dengan Anna. Memang kuakui Anna sangat kuat, cewek tomboy ternyata benar-benar hebat permainan senggamanya. Apa yang dikatakan orang memang bukan isapan jempol, aku sudah membuktikannya hari ini lewat gadis kecil bernama Anna. Kupikir jika gadis tomboy yang sudah matang pasti akan lebih kuat lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kulihat juga Lia sudah selesai membersihkan badan dan sekarang dengan penuh pengertian sibuk di dapur untuk membuat makanan. Anna yang masih terkulai lemas, kusuruh untuk mandi dulu dan istirahat, lalu setelah itu kusuruh juga untuk membantu Lia di dapur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Indah dan Devi dengan telanjang bulat telah menghampiriku, dari pandangan mata mereka seolah meminta giliran. Aku sebenarnya merasa kasihan, aku masih cukup lelah untuk memulainya lagi. Kupikir kalau kubiarkan mereka terlalu lama menanti, pastilah akan membuat mereka kehilangan gairah nantinya, akhirnya kuminum obat yang kubeli tadi di apotik. Kuminum 6 pil sekaligus, reaksi obat ini sangat cepat, badanku merasa panas. Melihat tubuh-tubuh kecil telanjang bulat milik Indah dan Devi, batang kemaluanku yang tadinya loyo sekarang tegang dan mengacung-ngacung, gairahku lebih membara lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Indah seingatku tadi masih menggunakan pakaian lengkapnya, sekarang sudah telanjang bulat, sungguh aku mengagumi tubuhnya, payudaranya sedikit menumbuh dan membukit, puting susunya kecil, mungil, coklat kehitaman telah menegang sehingga meruncing, lubang kemaluannya pun kulihat sudah basah menunggu penantian. Lalu Devi, yang juga tadi masih kulihat berpakaian lengkap, sekarang telah telanjang bulat pula. Devi memang lain sendiri dibandingkan Anna, Lia dan Indah, mungkin karena masih keturunan India, akan tetapi Devi juga yang paling muda sendiri. Usianya selisih satu tahun lebih muda dibandingkan Anna, Indah maupun Lia. Jelas sekali dengan kurun usia relatif sangat muda, pertumbuhan payudaranya belum ada sama sekali, puting susunya juga belum menampakkan benjolan yang berarti, masih rata dengan dada. Tetapi karena terangsang, rupanya menjadi sedikit meruncing. Lalu vaginanya pun masih biasa saja, kesimpulanku Devi masih imut sekali. Mungkin satu tahun ke depan baru ada perubahan, aku sebenarnya tidak tega untuk menerobos keperawanannya sekarang, tetapi apa komentarnya nanti, pastilah dikatakan olehnya tidak adil, bahkan yang kukuatirkan adalah Devi nantinya akan marah dan cerita tentang hal ini kepada orang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam waktu yang bersamaan, kurengkuh dua gadis kecil itu sekaligus. Kupagut bibir Devi, kuciumi leher dahi dan tengkuknya. Devi merasa enak dan geli, sedangkan Indah, puting susu dan payudaranya kuusap-usap dengan tanganku, payudaranya yang sudah cukup membukit menjadikan tanganku bisa meremasnya. Indah mendesah keenakan. Aku minta ke Indah untuk memijat-mijat batang kemaluanku, ternyata Indah pandai juga memijat. Batang kejantananku semakin menegang. Pijatan Indah sungguh enak sekali, apalagi remasan tangganya di buah kejantananku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya, kulepaskan pagutanku di bibir Devi, kulanjutkan dengan menghisap puting susu Devi yang meruncing kecil. Devi menggelinjang keenakan, kujilati dan kubuat cupang banyak sekali di dada Devi, sampai akhirnya aku beralih ke liangnya Devi yang sangat imut, kemaluan ini sama seperti kepunyaan anak-anak kecil yang sering kulihat mandi di sungai. Tetapi, ah masa bodo. Devi kegelian ketika kumulai menciumi, menjilat dan menghisap vaginanya itu. Kukangkangkan kedua kaki Devi, maka terkuaklah belahan kemaluan dengan lubang yang sangat sempit. Jika kuukur, lubang kemaluan itu hanya seukuran pulpen kecil. Aku sempat gundah, apakah batang kejantananku bisa masuk? Tetapi akan kucoba, kuyakin lubang surga itu kan elastis, jadi bisa menampung batang kemaluan sebesar apapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Devi merasa sangat keenakan ketika kumainkan kemaluannya, berkali-kali Devi orgasme. Cairan maninya sungguh wangi. Setelah puas memainkan vagina Devi, kuminta Devi bersiap, sedangkan Indah kusuruh berhenti memainkan buah zakar dan batang kemaluanku. Lalu kupagut bibir Indah sebentar, kemudian kuciumi leher dan tengkuknya. Indah mendesah, tidak berapa lama, kuberalih ke payudara dan puting susu Indah. Kuciumi dan hisap dengan penuh nafsu, payudara yang baru membukit itu kuremas-remas dengan gemas.</div>
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-76339268299785164392012-12-20T05:21:00.002-08:002012-12-20T05:23:35.365-08:00TRAGEDI SI GADIS DESA<br />
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx4y-rgHAf1-88j0gHVKSEgzZBzsua1iY9YAXBLDa3-plTsHUL9myqXGTtOa750yLEqM9kyAEJS2Q6YPfuodmrXP5ZGu33mghBBKW5EKcBnNZgFYOd9Rz0wCalc8Uwp9qH_F9B-H_GwSN4/s1600/gambar+seks4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhx4y-rgHAf1-88j0gHVKSEgzZBzsua1iY9YAXBLDa3-plTsHUL9myqXGTtOa750yLEqM9kyAEJS2Q6YPfuodmrXP5ZGu33mghBBKW5EKcBnNZgFYOd9Rz0wCalc8Uwp9qH_F9B-H_GwSN4/s320/gambar+seks4.jpg" width="320" /></a></div>
Wulan Si Gadis Desa, Cerita ini adalah dramatisasi dari kisah nyata, dan merupakan satu dari beberapa cerita lepas dengan tokoh utama yang sama. Antara satu dan lainnya tidak harus dibaca berurutan. Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Cerita berikut ini bukan pengalamanku sendiri, melainkan pengalaman seorang rekanku, sebut saja dia Ta. Kami memang punya “hobi” yang sama, namun Ta punya trik tersendiri untuk menyalurkan hobinya.Berikut adalah caranya mendapatkan kembang desa, meski sudah beristri tiga orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wulan terbangun dengan kepala yang pusing. Namun entah mengapa kedua tangannya tidak dapat digerakkan. Seluruh tubuhnya terasa hangat. Sambil mengerjapkan matanya, gadis itu memandang sekelilingnya. Ternyata ia berada dalam sebuah kamar yang belum pernah dilihatnya, terbaring di atas ranjang empuk dan besar yang berwarna merah jambu. Dari jendela yang tertutup terbayang hari sudah gelap. Dalam kamar itu sendiri hanya ada sebuah lampu kecil yang menyala remang-remang. Wulan hanya ingat Sabtu sore tadi setelah bertanding bola volley melawan sekolah dari kecamatan tetangga, ia harus berlari-lari dalam gerimis hujan menuju rumah neneknya untuk menginap malam ini, karena rumahnya terlalu jauh dari lapangan volley. Seperti umumnya gadis desa lainnya, meskipun tidak terlalu tinggi, namun Wulan memiliki tubuh yang montok dan padat. Buah dadanya yang membusung kencang seolah tidak muat dalam bra bekas kakaknya yang kekecilan. Ditunjang dengan kulitnya yang kuning langsat mulus dan rambut sebahu, wajahnya yang manis sering membuat pemuda desa terpaku dan menelan ludah saat gadis itu lewat dengan goyangan pinggulnya. Pantatnya yang montok selalu menonjol di balik rok seragam sekolahnya, yang biarpun di bawah lutut, ketatnya memperlihatkan garis celana dalam gadis itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan hanya para pemuda, beberapa orang yang telah beristri pun berangan-angan menjadikan gadis kelas 1 SMU itu istri mudanya. Menurut katuranggan, gadis macam Wulan rasanya peret dan legit, pasti akan memberikan kenikmatan sepanjang malam, membuat suaminya betah di rumah. Tidak heran, tiap kali ada pertandingan volley, selalu banyak penontonnya, meski kebanyakan hanya menonton paha Wulan yang bercelana pendek dan guncangan buah dadanya saat gadis itu memukul bola.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ah, sudah bangun Nduk..?” sebuah suara dan lampu yang menyala terang mengagetkan gadis itu. Tampak seorang pria kekar memasuki ruangan. Wulan mengenalinya sebagai Ta, seorang terpandang di desanya. Meski bukan penduduk desa itu, namun suka kawin-cerai dengan gadis-gadis di sini. Dalam sebulan paling ia hanya di rumah satu-dua hari saja, selebihnya “kerja di kota”. Sekarang ini istrinya di sini sudah ada tiga orang, semuanya masih belasan tahun dan cantik-cantik, namun masih suka menggoda Wulan tiap kali bertemu. Bahkan baru saja ia pernah berusaha melamar gadis itu namun tidak berhasil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wulan berusaha bangun, namun tangan dan kakinya tetap lemas tidak dapat bergerak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tenang saja Nduk, nggak usah banyak gerak. Malam ini kamu di sini dulu.” kata Ta. Tidak sengaja Wulan melihat ke dinding kamar, dan dari cermin besar yang terpasang di sana, ia menyadari kedua tangannya terikat menjadi satu di atas kepalanya, demikian juga kedua kakinya yang terentang ke sudut-sudut ranjang, seperti huruf Y terbalik. Seluruh tubuhnya tertutup selimut, namun ujung selimut yang tersingkap memperlihatkan sebagian paha gadis itu. Di sudut ranjang tampak terserak baju seragam dan rok yang tadi dipakainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pak Ta, Wulan dimana? Kenapa Wulan begini?” tanya gadis itu dengan panik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ia mulai teringat saat berlari ke rumah neneknya tadi seseorang menariknya dari belakang dan menempelkan sesuatu yang berbau menyengat ke wajahnya, kemudian semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya ia kemudian tersadar di situ. “Tenang Wulan, kamu baik-baik saja. Malam ini kita akan kawin. Minggu lalu saya sudah melamarmu pada bapakmu. Sekarang kita akan nikmati malam pertama kita.” kata Ta sambil menyeringai. “Enggak! Enggak! Kemarin Bapak bilang ditolak! Wulan nggak mau!” gadis itu berusaha meronta, namun ikatan tangan dan kakinya terlalu kuat baginya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil tertawa terkekeh, Ta perlahan menarik selimut yang menutupi tubuh gadis itu, membuat Wulan terpekik karena penutup tubuhnya perlahan terbuka, sedangkan ternyata di balik selimut itu ia sudah telanjang bulat. “Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak Ta, jangan Pak! Tolong..!” Dengan sigap Ta mengambil pakaian dalam Wulan yang terserak di atas ranjang, lalu menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalamnya sendiri, dan mengikatnya ke belakang dengan bra gadis itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Pak? Kamu panggil aku Pak? Aku ini suamimu, tahu! Panggil aku Kangmas!” seru Ta sambil menampar pipi Wulan sampai gadis itu memekik kesakitan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ta semakin beringas melihat tubuh Wulan yang montok telanjang bulat. Kedua paha gadis manis itu terentang lebar mempertontonkan bibir kemaluannya yang jarang-jarang rambutnya. “Diam Sayang! Ini malam kita bedah kelambu! Kalau bapakmu yang tolol itu tidak mau anaknya dilamar baik-baik, kita lihat saja besok! Karena besok anak perawannya sudah tidak perawan lagi!” Tanpa basa basi Ta segera membuka pakaiannya sendiri, lalu melompat ke atas ranjang. Wulan dengan sia-sia meronta dan menjerit saat Ta menindih tubuhnya yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Gadis itu bahkan tidak bisa untuk sekedar merapatkan pahanya yang terkangkang lebar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pekikan Wulan tertahan sumpalan celana dalam saat Ta meremas buah dada gadis itu dengan kerasnya. Rontaan dan pekikan gadis cantik itu sama sekali tidak digubris. Ta kemudian menempatkan kejantanannya tepat di depan bibir kemaluan Wulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok! Nanti pasti kamu ketagihan. Sekarang biar Kangmas ambil perawanmu…” sambil berkata begitu Ta menghujamkan kejantanannya memasuki hangatnya keperawanan Wulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan bagi keperkasaan kejantanan Ta yang terus menerobos masuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Haanggkk..! Aahhkk..!” Napas gadis itu terputus-putus dan matanya yang bulat indah terbeliak lebar saat Wulan merasakan perih tiba-tiba menyengat selangkangannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tubuh montok gadis itu tergeliat-geliat merangsang dengan napas tersengal-sengal sambil terpekik tertahan-tahan ketika Ta dengan perkasa menggenjotkan kejantanannya menikmati hangatnya kemaluan perawan Wulan yang terasa begitu peret. “Aahh… enak sekali tempikmu… aahh… Wulaaanh… enak kan Nduk..? Terus ya Nduk..?” Ta mendesah merasakan nikmatnya mengambil kegadisan si kembang desa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wulan sambil merintih tidak jelas menggelengkan kepala dan meronta berusaha menolak, namun semua usahanya sia-sia, dan gadis itu kembali terpekik dan tersentak karena Ta kini dengan kuat meremasi kedua payudaranya yang kencang menantang. Memang benar kata orang, gadis seperti Wulan memang sangat memuaskan, wajahnya yang cantik, buah dadanya yang tegak menantang bergerak naik turun seirama napasnya yang tersengal-sengal, tubuhnya yang montok telanjang</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
bersimbah keringat, kedua pahanya yang mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang, bibir kemaluannya tampak megap-megap dijejali kejantanan Ta yang begitu besar. Sementara dinding kemaluannya terasa seperti mencucup-cucup tiap kali gadis itu terpekik tertahan. Wulan dengan airmata berlinang merintih memohon ampun, namun tusukan demi tusukan terus menghajar selangkangannya yang semakin perih. Payudaranya yang biasanya tersenggol pun terasa sakit kini diremas-remas tanpa ampun. Belum lagi rasa malu diikat dan ditelanjangi di depan orang yang tidak dikenalnya, lalu diperkosa tanpa dapat berkutik. Rasanya bagai bertahun-tahun Wulan disetubuhi tanpa mampu melawan sedikitpun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hhh..! Wulanh..! Wulaann..! Sekarang Mas bikin kamu hamil, sayangghh..! Aah… ambil Nduk! Nih! Nih! Niih..!” Tanpa dapat ditahan lagi Ta menyemburkan spermanya dalam hangatnya kemaluan Wulan sambil sekuat tenaga meremas kedua payudara gadis itu, membuat Wulan tergeliat-geliat dan terpekik-pekik tertahan sumpalan celana dalam di mulutnya. Kepala gadis itu terasa berputar menyadari ia akan hamil. Perlahan pandangan gadis itu menjadi gelap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wulan kembali tersadar oleh dengusan napas di depan wajahnya. Sebelum sadar sepenuhnya, sengatan perih di selangkangannya membuat gadis itu terpekik dan meronta. Namun tangan dan kakinya tidak mau bergerak, dan pekikan-pekikannya tidak dapat keluar. Dengan gemas Ta kembali menggenjotkan kejantanannya menikmati keperawanan Wulan. Ta tidak tahan lagi untuk tidak kembali menggagahi gadis itu, memandanginya tergolek telanjang bugil tanpa daya di atas ranjang. Pahanya yang putih mulus terkangkang seolah mengundang, bibir kemaluannya yang berambut jarang terlihat berbercak merah, tanda Wulan memang betul-betul masih perawan, tadinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua payudara gadis itu berdiri tegak menjulang, dengan puting susu yang kemerahan menggemaskan. Sementara wajahnya yang manis dan bau tubuhnya yang harum alami sungguh membuat Ta lupa diri. Dengan istri muda seperti Wulan, ia tidak akan mau tidur sekejap pun, tidak perduli gadis itu suka atau tidak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Aah..! Ahk! Angkung (ampun)..! Aguh (aduh).. hakik (sakit).. angkung (ampun)..!” Wulan merintih-rintih tidak jelas dengan mulut tersumpal celana dalam di sela-sela jeritan tertahan. Tanpa mampu merapatkan pahanya yang terkangkang, gadis itu merasakan kemaluannya semakin perih tiap kali Ta menggerakkan kejantanannya. Tiap detik, tiap genjotan terasa begitu menyakitkan, Wulan berharap kembali pingsan saja agar perkosaan ini segera berlalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun gadis itu tanpa daya merasakan bagian bawah tubuhnya terus ditusuk-tusuk benda yang begitu besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ta semakin giat menggenjotkan kejantanannya dalam hangatnya kemaluan Wulan yang peret dan mencucup-cucup menggiurkan. Istri barunya ini memang pintar memuaskan suami di atas ranjang. Apalagi kalau nanti diajak tidur beramai-ramai bersama satu atau dua istrinya yang lain. Membayangkan meniduri dua atau tiga gadis sekaligus membuat Ta semakin bersemangat menyodok kemaluan Wulan, semakin cepat, semakin dalam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ta merasakan kejantanannya menyentuh dasar kemaluan gadis itu bila disodokkan dalam-dalam. Wulan sendiri hanya merintih tampak pasrah mempersembahkan kesuciannya pada Ta. Airmata gadis itu tampak berlinang membasahi pipinya yang kemerahan. Tubuh montok gadis itu tergelinjang-gelinjang kesakitan tiap kali kejantanan Ta menyodok masuk dalam kemaluannya yang begitu sempit. Dengan menggeram seperti macan menerkam mangsa, Ta dengan nikmat menyemburkan sperma dalam kehangatan tubuh Wulan yang terpekik tertahan-tahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Semalam suntuk Ta dengan gagahnya memperkosa Wulan, setidaknya lima kali gadis itu disetubuhi tanpa daya. Entah berapa kali Wulan pingsan ketika Ta mencapai puncak, hanya untuk tersadar ketika tubuhnya kembali dinikmati dengan buasnya. Selangkangan gadis itu terasa perih dan panas, seperti ditusuk-tusuk besi yang merah membara. Payudaranya serasa lecet diremas habis-habisan, terkena semilir angin pun perih. Punggung gadis itu perih tergores kuku Ta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun siksaan tanpa belas kasihan itu tidak kunjung usai, bagai tidak mengenal lelah kejantanan Ta terus bertubi-tubi menusuk dalam-dalam, kedua tangannya seperti capit kepiting terus mencengkeram buah dada Wulan. Sementara gadis itu dengan tangan dan kaki terikat erat tidak mampu berkutik, apalagi menghindar atau mencegah. Bahkan menjerit pun Wulan tidak mampu, tenaganya sudah habis dan sumpalan celana dalamnya sendiri membuat pekikannya hanya seperti erangan. Bagai berabad-abad Wulan dibuat bulan-bulanan tanpa daya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sela-sela jendela yang tertutup, sinar matahari pagi menerobos masuk. Dengan lemas Ta berbaring di sisi Wulan yang terisak-isak. Sungguh luar biasa istri barunya ini, semalam suntuk gadis ini mampu melayani suaminya. Dari jam tujuh malam sampai jam enam pagi, dalam sebelas jam gadis itu mampu lima-enam kali memuaskan suaminya, meskipun harus sedikit dipaksa. Kalau saja kemarin tidak minum obat kuat, mungkin saja pagi ini Ta tidak dapat bangun. Sambil tersenyum lebar, Ta bangkit dan mengenakan pakaian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perlahan Ta membuka sumpalan mulut Wulan. Gadis itu sendiri masih telanjang bulat dengan tangan dan kaki terikat terentang lebar. “Nduk, kalau jadi istriku, kamu minta apa saja pasti aku beri. Mau kalung? Gelang? Rumah? Sepeda motor? Jangan takut, sebagai istri orang kaya, semua keinginanmu akan terkabul.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Nggak mau… lepasin Wulan… Wulan mau pulang..!” isak gadis itu menghiba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Rumah kita sekarang di sini Nduk, kamu sudah jadi istriku.” bujuk Ta. “Enggak… enggak mau. Wulan mau pulang!” gadis itu berusaha meronta tanpa hasil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan buat suamimu ini marah, Nduk! Kamu sudah jadi istriku, aku bebas berbuat apa saja dengan kamu! Jangan keras kepala!” seru Ta jengkel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wulan sambil terisak terus menggelengkan kepala. Berulangkali bujukan dan ancaman Ta tidak dihiraukan Wulan, membuat Ta naik pitam. “Baik, jadi kamu tidak ingin jadi istriku. Baik, kamu sendiri yang minta, Nduk! Jangan salahkan aku kalau aku bertindak tegas!” kata Ta sambil membuka ikatan kaki Wulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ta kemudian membuka ikatan tangan gadis itu dari besi ranjang, namun kedua pergelangan tangannya tetap terikat erat. Lalu dengan menarik ujung tali yang mengikat tangan Wulan, Ta menyeret gadis yang masih telanjang bulat itu keluar kamar. Karena tubuhnya masih lemas, Wulan tidak kuasa menolak dirinya yang masih bugil diseret sampai ke jalan desa yang terang benderang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Hei, lihat! Lihat ini! Sungguh memalukan!” seru Ta sambil menyeret gadis yang mati-matian berusaha menutupi ketelanjangannya. “Ada apa Pak Ta? Apa yang terjadi?” tanya orang-orang desa yang segera saja mengerumuni keduanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lihat ini! Perempuan ini sudah membuat desa kita tercemar! Dia berzinah dengan laki-laki! Saya pergoki mereka di rumah kosong di tepi desa! Sayang laki-lakinya kabur, tapi saya tahu orangnya! Pasti nanti akan kita tangkap!” seru Ta berapi-api. “Tidak! Tidak.. tolong..!” sia-sia Wulan berusaha membantah, suaranya tertelan ramainya suasana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Lihat! Ini bukti perempuan ini sudah berzinah!” Ta menunjuk ke arah selangkangan gadis itu yang berbercak darah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kerumunan orang bergumam dan mengangguk-anggukkan kepala. “Tidak! Saya tidak ber…” perkataan Wulan terputus oleh teriakan salah seorang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bawa ke balai desa! Biar dihukum adat di sana!” serunya. Seseorang lain menarik tali yang mengikat tangan Wulan dan menyeret gadis telanjang bulat itu menuju ke balai desa. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak, membuat semakin banyak orang keluar rumah melihat</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Wulan yang bugil diseret. Anak-anak kecil berlari-lari mengikuti sambil tertawa-tawa mengejek.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di balai desa, tepat di tengah pendopo, tali pengikat tangan Wulan ditarik ke atas dan diikatkan dengan tiang di atasnya. Kini gadis telanjang bulat itu berdiri tegak dengan tangan terikat ke atas. Wulan tahu bahwa hukuman bagi orang yang berzinah biasanya keduanya ditelanjangi, kemudian diikat seharian di balai desa. Seperti dirinya sekarang, namun ia hanya sendirian dan ia sama sekali tidak berzinah. Gadis itu diperkosa berkali-kali, lalu difitnah berzinah oleh pemerkosanya sendiri. Namun siasia gadis itu berusaha membantah, suaranya yang kecil hilang ditelan ramainya orang di sekitarnya. Dan kini ia berdiri telanjang bulat sendirian dikelilingi belasan warga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Isakan tangis Wulan semakin keras mendengar tawa orang-orang yang mengelilinginya, berkomentar mencemooh tentang kemulusan tubuhnya, buah dadanya yang ranum kemerah-merahan bekas diremas, pantatnya yang bulat, pahanya yang mulus. Isakan gadis itu terhenti ketika sebuah truk berhenti di depan balai desa. Beberapa ibu-ibu yang turun dari truk terheran-heran melihat ke arah Wulan. Beberapa orang kemudian menurunkan barang-barang dari truk. Wulan tersadar, hari ini hari pasar, dan ratusan orang akan berkumpul hanya beberapa meter darinya. Ratusan orang akan melihat dirinya telanjang bulat tanpa tertutup sehelai benang pun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kepala gadis itu terasa berputar, saat Ta berbisik di telinganya, “Rasakan akibatnya kalau kamu tidak mau jadi istriku! Sekarang semua orang tahu kamu sudah tidak perawan, dan semua orang juga sudah pernah melihat kamu tanpa pakaian!” Perlahan gadis itu kembali terisak dan berpikir seandainya saja ia menerima menjadi istri Ta.</div>
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-62950863693151127392012-12-20T04:57:00.002-08:002012-12-20T04:57:43.265-08:00GARA GARA BAD MOOD ... !!!<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGZKIVMrfLBdiOaFr3_GqmLO1uavXwqlMuFtMyQRk-uJJFY9IBTJrmurng_IkLCn7dxO2CgAaAEu0jpDNES37mrelyqvX6s7etX8_id26bUOGnJ6NOTLu22xt8nmM9AeeqUyWTV3y7By5f/s1600/gambar+seks5.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGZKIVMrfLBdiOaFr3_GqmLO1uavXwqlMuFtMyQRk-uJJFY9IBTJrmurng_IkLCn7dxO2CgAaAEu0jpDNES37mrelyqvX6s7etX8_id26bUOGnJ6NOTLu22xt8nmM9AeeqUyWTV3y7By5f/s400/gambar+seks5.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku sudah dua bulan putus dengan pacarku, selama itu pulalah aku tidak dijamah pria. Malam mimggu ini aku sendiri lagi. Kuputuskan untuk main ke sekretariat Mapala di kampusku yang biasanya ada yang menunggu 24 jam. Aku bukan anggota, tapi kenal beberapa orang. Disana sepi, hanya ada Mas Putra yang tengah asyik nonton TV. Setelah saling menyapa, kami menonton sambil mengobrol.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Kok nggak ngapelin Mbak Rosa, Mas..?” tanyaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nggak, lagi boring ketemu dia terus.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lo kok..? Kan pacar..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Iya sih, tapi lagi pengen ganti suasana aja.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dia nggak marah nih, nggak ngapel..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Nggak, kita lagi berantem kok!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Napa..?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Rahasia dong.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Paling urusan sex.” kataku asal tebak.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lo, kok tau..?” tanyanya heran.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tau dong..,” jawabku, padahal aku hanya iseng saja asal tebak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan heran, kalau mengobrol soal sex dengan anak-anak Mapala ini sudah biasa, pada ‘bocor’ dan ‘kocak’ semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Emang napa sih, dia nggak bisa muasin yah..?” tanyaku sambil tertawa terbahak-bahak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mas Putra melotot. “Nggak juga, dia malah nggak bisa ngapa-ngapain, kalo dicium diem aja, kalo udah mo ngebuka bajunya, dia langsung berontak.” kulihat sorot mata kesal.</div>
<div style="text-align: justify;">
“O, gitu..”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lagian, payudaranya kecil banget..!” katanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tertawa lagi. “Impas kan, punya Mas juga kecil,”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Enak aja, mau liat..?!” tantangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku tertawa, walaupun ingin juga. Sebenarnya aku naksir tubuhnya saja, atletis, kulit coklat, dada bidang. Dia paling suka panjat tebing, dan aku sudah pernah melihat dia mandi di pantai. Cool.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Boleh..,” tantangku balik.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oke, tapi kamu juga tunjukin payudara kamu, gimana..? Kan impas.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku terdiam sejenak. Tapi aku berpikir, why not, tidak ada ruginya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oke,” jawabku, “Mas duluan ok..!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia menatapku tajam sambil berlutut, membuka reslueting celana jeans-nya pelan hingga terlihat CD yang membalut penisnya yang sudah menegang.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sekarang kamu..!” perintahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Lo kok..?” kataku bingung.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Satu persatu, biar fair..,”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Oke.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku membuka sweater cardiganku yang melapisi tank top yang kupakai. Tanpa kata-kata dia menurunkan jeans-nya sebatas lutut. Aku membalas dengan menaikkan tank top-ku sebatas leher hingga memperlihatkan payudaraku yang dibalut bra. Mas Putra tidak langsung membuka CD-nya, tapi malah mengelus-elus penisnya yang menegang. Aku benar-benar terangsang dan membalas mengelus-elus payudaraku. Pelan dia menurunkan CD-nya, memperlihatkan kepala penisnya yang coklat, kemudian batangnya yang lumayan besar untuk ukuran orang Indonesia. Aku tidak kuasa menahan dengusan nafasku, begitu juga dengan Mas Putra. Aku menaikkan bra-ku pelan yang memperlihatkan payudaraku berputing merah dan kenyal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejenak kami berpandangan, masing-masing tangan memegang payudara dan penis. Tanpa dikomando, Mas Putra perlahan mendekat, aku diam saja. Kepalanya dicondongkan ke arah payudaraku. Tangannya memegang bahuku pelan. Kemudian dia mengecup payudaraku pelan, mengulum. Aku menggelinjang pelan. Tanganku meremas kepalanya. Tangan dan bibirnya makin binal, mengecup dan mengulum payudaraku, meremas sebelahnya. Mendadak aku sadar kalau ini di sekretariat, banyak orang bisa berdatangan kapan saja. Aku melepaskan cumbuannya, dia memandangku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Jangan disini..!” bisikku. Dia mengerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Kamu naik ke lantai 5 perpustakaan, nanti aku menyusul..” perintahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku membenahi baju dan beranjak menuju perpustakaan yang tidak jauh dari situ. Di atas aku menunggu 5 menit sampai Mas Putra menyusul dengan membawa sleeping bag 3 buah. Hmm, mungkin biar empuk, pikirku. Dia langsung menggelar sleeping bag jadi tumpuk 3. Aku tetap berdiri sampai dia mendekat. Kami berangkulan pelan. Saling mengulum bibir. Tangan saling menggerayangi. Kutatap matanya tajam sambil tanganku membuka kancing kemejanya satu persatu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kuelus dadanya yang bidang sambil membuka kemeja lepas dari tubuhnya. Kuciumi dadanya, putingnya kukulum pelan, dia menggelinjang, mendesah. Kuciumi leher dan beralih ke bibirnya. Kemudian gantian dia yang menarik tank top-ku lepas dari tubuhku, dielusnya payudaraku yang dibalut bra sebelum meraih pengaitnya di belakang. Begitu terlepas, dia langsung mencumbu payudaraku, tangannya yang satu meremas payudaraku yang sebelah, yang satu lagi merogoh celana jeans yang kupakai, membuka kancing dan reslueting, kemudian mengelus-elus vaginaku yang dibalut CD. Aku mendesah pelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Cumbuannya makin turun, tangannya kemudian membuka jeans-ku, aku membantu dengan menaikkan kaki. Sambil berdiri, dia mencoba membuka celananya sendiri, aku langsung beranjak mundur dan memandang Mas Putra membuka jeans-nya. Mata kami saling bertatapan. Aku melihat dia membuka jeans-nya, menunduk, dan waktu berdiri aku benar-benar kagum dengan kejantanan tubuhnya yang macho.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami saling berangkulan lagi. Kali ini dia mengangkat tubuhku sambil menciumi bibirku. Aku memeluk bahunya. Direbahkannya tubuhku di sleeping bag yang digelar. Kemudian dia merangkulku pelan, saling berpagutan. Dia mencumbu leherku, terus turun ke payudara, meninggalkan cupangan disana. Tangannya aktif di vaginaku, kali ini tidak lagi di luar CD tapi sudah berada di dalam. Aku benar-benar menikmati elusannya. Klirotisku dimainkan dengan lembut, payudaraku dikulum pelan. Akhirnya dia menarik CD-ku, aku membantu dengan mengangkat pantat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pelan dia memainkan lidahnya di vaginaku, menjilat, mengulum, aku mendesah tidak karuan. Dia memelukku dan menarik tubuhku. Kami duduk berhadapan, kaki saling menyilang, saling memeluk, mengulum bibir, meremas payudara. Aku meraih penisnya dan mengelus-elus pelan, sambil dia mencumbu leher dan bibirku. Kutidurkan badannya, dan aku di atas. Kubuka CD-nya sedikit hingga penisnya kelihatan, aku mengarahkan vaginaku dan menggesek-gesekkannya disana, tanpa penetrasi, payudaraku diraihnya dan diremas-remas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku duduk di atas pahanya, mengarahkan vaginaku di penisnya, kuraih penisnya dan menggosok-gosokkan kepalanya di vaginaku, memainkan klirotisku dengan penisnya. Aku takut untuk penetrasi karena masih perawan. Dengan begini saja aku sudah menikmati. Kupeluk tubuhnya dan terus menggesekkan vaginaku di penisnya. Kuciumi leher terus turun ke dada, pantatku terus bergoyang, sampai aku merasa tubuhku menegang dan akan mencapai klimaks. Mas Putra meraih payudaraku dan mendekapku sambil membalas goyanganku, aku menjerit tertahan waktu klimaks. Kupeluk Mas Putra dengan tubuh berkeringat dan lemas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia bangun dan mendekapku sambil merebahkan tubuhku lagi. Pelan dia membuka CD-nya, kulihat penisya coklat menegang hebat. Dia memelukku pelan sambil mencumbu dan meremas. Tapi aku mencoba bangun dan menolak cumbuan MAs Putra. Dia mengalah, aku segera memunguti pakaianku dan memakainya segera. Aku memang egois. Tanpa basa basi aku langsung turun dan pulang ke kost.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Besoknya dia mengajakku jalan, kami pergi naik motor. Tanpa tujuan yang jelas, habis makan di KFC, Mas Putra mengarahkan motornya keluar kota, ke arah jalan Kaliurang, masuk ke daerah pakem yang lumayan jauh dari Yogya, aku baru kali ini ke daerah ini. Daerah ini lumayan dingin karena daerah dataran tinggi lereng merapi. Aku tidak membawa jaket. Karena kedinginan, aku memeluk Mas Putra agar mendapatkan kehangatan. Kurasakan payudaraku menempel di punggungnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Magrib kami sampai di kawasan wisata Mbebeng. Indah sekali dapat melihat siluet merapi dari sini, walaupun dingin menggigit. Sepi.., hanya ada kami berdua di bibir jurang. Tanpa segan aku memeluk Mas Putra untuk mencari kehangatan. Dia membalas merangkulku. Kemudian kami naik agak ke atas, tempat panggung yang sudah rusak karena tidak terawat sambil berangkulan. Pelan-pelan Mas Putra mulai mencium ubun-ubunku. Aku mendongak, dia langsung menyambar bibirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari sudah gelap, sehingga aman melakukannya di alam terbuka begini. Kami berciuman dengan panas, tangannya berkeliaran di payudaraku. Tanganku memeluk punggungnya. Begitu tiba di belakang panggung, Mas Putra memepetkan tubuhku di dinding dan mencumbuku habis-habisan, sepertinya dia ingin membalas perlakuanku kemarin. Baju kaosku direnggut dari kepala, begitu juga dengan bra. Pelan dicumbunya leher, turun ke payudara dan menaikkan rok yang kupakai. Tangannya meraba-raba vaginaku yang mulai basah. Tanpa komando, dia membuka sendiri kemejanya di depanku pelan-pelan, seolah mau merangsangku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan menatap mataku, dia melepas satu persatu kancing kemejanya sambil mengelus sendiri puting susunya. Perlahan tangannya turun ke pusar, terus membuka reslueting jeans pelan, merogoh ke dalam CD tanpa mengeluarkan penis. Jujur, aku benar-benar terangsang. Tapi aku masih ingin menikmati permainannya. Pelan dia menurunkan jeans-nya, tinggal CD yang menempel dengan siluet penis menyamping. Perlahan dia mendekat dan mencumbuku lagi, kali ini santai tidak menggebu-gebu lagi seperti tadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menikmati setiap sentuhan, dan aku mengerang tanpa malu-malu. CD-ku dilepaskannya dengan mulut tanpa membuka rok yang hanya dinaikkan. Dia membuka CD-nya juga, penisnya tegak menjulang merangsang. Kembali kami saling berangkulan. Terasa denyutan penisnya di perutku. Perlahan dia menaikkan tubuhku ke atas batu, dan membuat tubuh kami sejajar. Terasa penisnya kini menempel di vaginaku sekarang. Hangat. Kali ini aku pasrah kalau dia mau penetrasi. Penisnya hanya digesek-gesekkan di vaginaku sambil mengulum bibirku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian dia meraba vaginaku yang sudah basah. Ditatapnya mataku sambil memegang bahu. Kami saling bertatapan lama. Perlahan tangannya mengarahkan penis ke vagianku. Aku memeluk punggungnya sambil terus bertatapan. Kubantu penisnya mencari lubang vaginaku, dia memeluk bahuku, mencium pelan bibirku, dan begitu merasa sudah pas, dia menekan pelan penisnya ke vaginaku. Pelan kepala penisnya terasa menyeruak masuk, aku meremas punggungnya. Terasa nyeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia menghentikan gerakannya sejenak. Mencumbu bibirku lagi, mengelus punggung dan mencium kupingku. Aku agak tenang, kemudian pelan dia kembali menekan penisnya lebih dalam, aku menggigit bibir, dia menatapku waktu memasukkan lagi penisnya pelan-pelan. Aku mendongak dan menjerit tertahan. Dia berhenti setelah semua penisnya masuk dan mencumbu leherku yang mendongak, aku masih merasa nyeri. Mas Putra mendiamkan penisnya di vaginaku, sementara kami mulai bercumbu lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah aku tenang lagi, pelan dia mulai menggoyangkan pantatnya. Pelan-pelan penisnya keluar masuk di vaginaku. Aku mulai menerima rasa sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Gerakan pelan mulai berubah menjadi gerakan liar, kocokan penisnya di vaginaku semakin kencang, aku semakin bergairah, mengerang, menggigit. Kakiku yang kanan mengait di pinggang Mas Putra dibantu tangannya, sementara tanganku memeluk punggungya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu aku mau klimaks, aku menghentikan goyangan, dan Mas Putra mengerti dan menghentikan kocokannya juga. Kami bercumbu sebentar, menenangkan diri dengan penis tetap menancap di vagina. Aku menawarkan untuk ganti posisi dan Mas Putra menyetujui. Kami sepakat mencoba doggie style. Aku langsung menungging di atas rumput, dan Mas Putra berlutut segera memasukkan penisnya dan mulai mengocok, terasa sensai yang lain lagi. Aku mengerang bebas dan Mas Putra merangkulku dari belakang meremas payudara sambil terus mengocok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agak lama aku klimaks, malah gantian Mas Putra yang mau klimaks, tubuhnya menegang dan meracau. Aktifitas langsung berhenti. Kali ini aku aktif mencumbunya, kami duduk berhadapan, kakinya menjulur lurus, aku duduk di atasnya memasukkan vagina ke penis, mengoyang-goyang pelan, akhirnya di merebahkan dirinya di atas rumput. Aku makin leluasa mengocok penisnya di vaginaku. Terasa penetrasi lebih dalam dan dinding vaginaku terasa geli dan nikmat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum klimaks, lagi-lagi kami ganti posisi, Mas Putra gantian menindihku dengan gaya konvensional. Kocokannya benar-benar bernafsu dan cepat, aku menggelinjang geli dan membalas setiap gerakan Mas Putra. Kami saling mengerang, menjerit tertahan dengan nafas mendengus sampai tubuhku menegang akan mencapai klimaks. Mas Putra tidak perduli, terus mengocok penisnya, aku menjerit pelan begitu klimaks, memeluk Mas Putra lemas yang terus menggenjot sampai dia pun klimaks. Kami saling berangkulan di atas rumput, tersenyum dengan peluh membanjiri tubuh. Setelah berpakaian kami segera pulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-58281426507979020372012-12-20T04:49:00.001-08:002012-12-20T08:50:19.489-08:00Penjaga Vila Ku<br />
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEedrMIDIdQbtywCx2IbepUeKxka_r_RPzAEMAKgtybZpGu_Ym57O0xxbTYqxJ76VUnWwPlCRrXYrzHRGyW6hfC1htra3h1fTY_FZfMyeBLFKCXNgpFe4AoAPSLcHqOj8Xl4rJ9s1joX0H/s1600/gambar+seks8.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEedrMIDIdQbtywCx2IbepUeKxka_r_RPzAEMAKgtybZpGu_Ym57O0xxbTYqxJ76VUnWwPlCRrXYrzHRGyW6hfC1htra3h1fTY_FZfMyeBLFKCXNgpFe4AoAPSLcHqOj8Xl4rJ9s1joX0H/s1600/gambar+seks8.jpg" /></a></div>
Hari itu, sekitar jam 12 siang, aku baru saja tiba di vilaku di puncak. Pak Joko, penjaga vilaku membukakan pintu garasi agar aku bisa memarkirkan mobilku. Pheew.. akhirnya aku bisa melepaskan kepenatan setelah seminggu lebih menempuh UAS. Aku ingin mengambil saat tenang sejenak, tanpa ditemani siapapun, aku ingin menikmatinya sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota. Agar aku lebih menikmati privacy-ku maka kusuruh Pak Joko pulang ke rumahnya yang memang di desa sekitar sini. Pak Joko sudah bekerja di tempat ini sejak papaku membeli vila ini sekitar 7 tahun yang lalu, dengan keberadaannya, vila kami terawat baik dan belum pernah kemalingan. Usianya hampir seperti ayahku, 50-an lebih, tubuhnya tinggi kurus dengan kulit hitam terbakar matahari.<br />
Aku dari dulu sebenarnya berniat mengerjainya, tapi mengingat dia cukup loyal pada ayahku dan terlalu jujur, maka kuurungkan niatku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Punten Neng, kalau misalnya ada perlu, Bapak pasti ada di rumah kok, tinggal dateng aja" pamitnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Pak Joko meninggalkanku, aku membereskan semua bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi-sepoi sehingga membuat suasana rileks ini lebih terasa. Aku jadi ingin berenang rasanya, apalagi setelah kulihat kolam renang di belakang airnya bersih sekali, Pak Joko memang telaten merawat vila ini. Segera kuambil perlengkapan renangku dan menuju ke kolam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya disana kurasakan suasanya enak sekali, begitu tenang, yang terdengar hanya kicauan burung dan desiran air ditiup angin. Tiba-tiba muncul kegilaanku, mumpung sepi-sepi begini, bagimana kalau aku berenang tanpa busana saja, toh tidak ada siapa-siapa lagi disini selain aku lagipula aku senang orang mengagumi keindahan tubuhku. Maka tanpa pikir panjang lagi, aku pun melepas satu-persatu semua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan segala perhiasan sampai benar-benar bugil seperti waktu baru dilahirkan. Setelah melepas anting yang terakhir menempel di tubuhku, aku langsung terjun ke kolam. Aahh.. enak sekali rasanya berenang bugil seperti ini, tubuh serasa lebih ringan. Beberapa kali aku bolak-balik dengan beberapa gaya kecuali gaya kupu-kupu (karena aku tidak bisa, hehe..)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
20 menit lamanya aku berada di kolam, akupun merasa haus dan ingin istirahat sebentar dengan berjemur di pinggir kolam. Aku lalu naik dan mengeringkan tubuhku dengan handuk, setelah kuambil sekaleng coca-cola dari kulkas, aku kembali lagi ke kolam. Kurebahkan tubuhku pada kursi santai disana dan kupakai kacamata hitamku sambil menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini tidak terbakar matahari, kuambil suntan oilku dan kuoleskan di sekujur tubuhku hingga nampak berkilauan. Saking enaknya cuaca di sini membuatku mengantuk, hingga tak terasa aku pun pelan-pelan tertidur. Di tepi kolam itu aku berbaring tanpa sesuatu apapun yang melekat di tubuhku, kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja saat itu ada maling masuk dan melihat keadaanku seperti itu, tentu aku sudah diperkosanya habis-habisan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ditengah tidurku aku merasakan ada sesuatu yang meraba-raba tubuhku, tangan itu mengelus pahaku lalu merambat ke dadaku. Ketika tangan itu menyentuh bibir kemaluanku tiba-tiba mataku terbuka dan aku langsung terkejut karena yang kurasakan barusan ternyata bukan sekedar mimpi. Aku melihat seseorang sedang menggerayangi tubuhku dan begitu aku bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram bahuku dan membekap mulutku dengan tangannya, mencegah agar aku tidak menjerit. Aku mulai dapat mengenali orang itu, dia adalah Taryo, si penjaga vila tetangga, usianya sekitar 30-an, wajahnya jelek sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung dan matanya yang lebar itu tepat di depan wajahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jangan macam-macam!" ancamnya</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, lalu dia pelan-pelan melepaskan bekapannya pada mulutku</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hehehe.. udah lama saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!" katanya sambil matanya menatapi dadaku</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!" kataku sewot.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata tanpa kusadari sejak berenang dia sudah memperhatikanku dari loteng vila majikannya dan itu sering dia lakukan daridulu kalau ada wanita berenang di sini. Mengetahui Pak Joko sedang tidak di sini dan aku tertidur, dia nekad memanjat tembok untuk masuk ke sini. Sebenarnya aku sedang tidak mood untuk ngeseks karena masih ingin istirahat, namun elusannya pada daerah sensitifku membuatku BT (birahi tinggi).</div>
<div style="text-align: justify;">
"Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang doang beraninya!" tantangku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, montok banget sampe lupa deh" jawabnya seraya melepas baju lusuhnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Badannya lumayan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Wahyu, tukang air yang pernah main denganku</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia duduk di pinggir kursi santai dan mulai menyedot payudaraku yang paling dikaguminya, sementara aku meraih penisnya dengan tanganku serta kukocok hingga kurasakan penis itu makin mengeras. Aku mendesis nikmat waktu tangannya membelai vaginaku dan menggosok-gosok bibirnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Eenghh.. terus Tar.. oohh!" desahku sambil meremasi rambut Taryo yang sedang mengisap payudaraku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kepalanya lalu pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku sampai meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek aku menjambak rambut si Taryo yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Taryo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalahnya nafasnya agak bau, entah bau rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit baru aku bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia juga menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah oleh liurnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Gua ga tahan lagi Tar, sini gua emut yang punya lu" kataku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Si Taryo langsung bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih dalam posisi berbaring di kursi santai, kugenggam benda itu, kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu pun tidak menampung seluruhnya paling cuma masuk 3/4nya saja. Aku memainkan lidahku mengitari kepala penisnya yang mirip helm itu, terkadang juga aku menjilati lubang kencingnya sehingga tubuh pemiliknya bergetar dan mendesah-desah keenakan. Satu tangannya memegangi kepalaku dan dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga aku gelagapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Eemmpp.. emmphh.. nngg..!" aku mendesah tertahan karena nyaris kehabisan nafas, namun tidak dipedulikannya. Kepala pen|s itu berkali-kali menyentuh dinding kerongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menelan cairan itu, tapi karena banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum habis semburannya, dia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga basah kecipratan maninya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kulepaskan kacamata hitam itu, lalu kuseka wajahku dengan tanganku. Sisa-sisa sperma yang menempel di jariku kujilati sampai habis. Saat itu mendadak pintu terbuka dan Pak Joko muncul dari sana, dia melongo melihat kami berdua yang sedang bugil. Aku sendiri sempat kaget dengan kehadirannya, aku takut dia membocorkan semua ini pada ortuku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma mau ngambil uang Bapak di kamar, ga tau kalo Neng lagi gituan" katanya terbata-bata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena sudah tanggung, akupun nekad menawarkan diriku dan berjalan ke arahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ah.. ga apa-apa Pak, mending Bapak ikutan aja yuk!" godaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jkunnya turun naik melihat kepolosan tubuhku, meskipun agak gugup matanya terus tertuju ke payudaraku. Aku mengelus-elus batangnya dari luar membuatnya terangsang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya dia mulai berani memegang payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri membantu melepas kancing bajunya dan meraba-raba dadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Neng, tetek Neng gede juga yah.. enak yah diginiin sama Bapak?" Sambil tangannya terus meremasi payudaraku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana panjangnya, setelah itu saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung, jari-jariku pun mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan benda itu bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga pemiliknya mengerang keenakan</div>
<div style="text-align: justify;">
"Wah, Pak Joko sama majikan sendiri aja malu-malu!" seru si Taryo yang memperhatikan Pak Joko agak grogi menikmati oral seks-ku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Taryo lalu mendekati kami dan meraih tanganku untuk mengocok kemaluannya. Secara bergantian mulut dan tanganku melayani kedua pen|s yang sudah menegang itu. Tidak puas hanya menikmati tanganku, sesaat kemudian Taryo pindah ke belakangku, tubuhku dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai merasakan ada benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku. Seperti biasa, mulutku menganga mengeluarkan desahan meresapi inci demi inci penisnya memasuki vaginaku. Aku disetubuhinya dari belakang, sambil menyodok, kepalanya merayap ke balik ketiak hingga mulutnya hinggap pada payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan gemas, kocokanku pada pen|s Pak Joko makin bersemangat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rupanya aku telah membuat Pak Joko ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat sampai kesempatan untuk menghirup udara segar pun aku tidak ada. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan pen|s yang lain makin menghujam ke tubuhku. Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan, ketika pen|s si Taryo menyentuh bagian terdalam dari rahimku dan ketika pen|s Pak Joko menyentuh kerongkonganku, belum lagi mereka terkadang memainkan payudara atau meremasi pantatku. Aku serasa terbang melayang-layang dibuatnya hingga akhirnya tubuhku mengejang dan mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh pen|s Pak Joko. Bersamaan dengan itu pula genjotan si Taryo terasa makin bertenaga. Kami pun mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat, mereka agaknya mengerti keadaanku dan menghentikan kegiatannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?" tanya Pak Joko lembut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya cuma mengangguk, lalu dia bilang lagi, "Tapi Neng istirahat aja dulu, kayanya Neng masih cape sih".</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk menyegarkan diriku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Taryo duduk di sebelah kiriku dan Pak Joko di kananku. Kami mengobrol sambil memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja meremas atau mengelus dada, paha, dan bagian sensitif lainnya. Yang satu ditepis yang lain hinggap di bagian lainnya, lama-lama ya aku biarkan saja, lagipula aku menikmatinya kok.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Neng, Bapak masukin sekarang aja yah, udah ga tahan dari tadi belum rasain itunya Neng" kata Pak Joko mengambil posisi berlutut di depanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala merestuinya, dia arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi dia tidak langsung menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga aku berkelejotan kegelian dan meremas pen|s Taryo yang sedang menjilati leher di bawah telingaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!" desahku tak tertahankan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku meringis saat dia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Wah.. seret banget memeknya Neng, kalo tau gini udah dari dulu Bapak entotin" ceracaunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim" kataku dalam hati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah 15 menit dia genjot aku dalam posisi itu, dia melepas penisnya lalu duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggenggam pen|s itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu amblas ke dalamku. Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan tubuh kami. Desahan kami bercampur baur dengan bunyi kecipak air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mulut mereka. Pak Joko memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vag|na seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda yang pasti sudah lama tidak dirasakannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Goyangan kami terhenti sejenak ketika Taryo tiba-tiba mendorong punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Joko. Taryo membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aduuh.. pelan-pelan Tar, sakit tau.. aww!" rintihku waktu dia mendorong masuk penisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang pen|s besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Taryo menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Taryo malah makin buas menggenjotku. Pak Joko melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya sampai aku merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Joko erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan Pak Joko. Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Joko, dan Taryo menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan hangat menyembur di dalam vag|na dan anusku, di air nampak sedikit cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan pen|s masih tertancap.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka naik ke atas. Sambil mengelap tubuhku yang basah kuyup, aku berjalan menuju kamar mandi. Eh.. ternyata mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang. Disana aku cuma duduk, merekalah yang menyiram, menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan payudaraku paling lama mereka sabuni sampai aku menyindir</div>
<div style="text-align: justify;">
"Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, dingin nih" disambut gelak tawa kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu aku dikerjai terus-menerus oleh mereka sampai mereka menginap dan tidur denganku di ranjang spring bed-ku. Sejak itu kalau ada sex party di vila ini, mereka berdua selalu diajak dengan syarat jangan sampai rahasia ini bocor. Aku senang karena ada alat pemuas hasratku, mereka pun senang karena bisa merasakan tubuhku dan teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik. Jadi ada variasi dalam kehidupan seks kami, tidak selalu main sama teman-teman cowok di kampus.</div>
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-35315789113701089632012-12-20T04:28:00.004-08:002012-12-20T04:28:58.525-08:00Seks Ala TUKAR GULING<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDq16AnDca1MSVmfdN2tpQ0PAZM6Go2pOVZp2XI_4xa9pzx12_KyRcRzN1_UUKMn9hc_E540TzCf2IVORMyOjFzv8IqVoMXlslgAf3In79TyBalI-Lfgj-vSD9TZDb_XKuPdYn5Kgzv7gQ/s1600/gambar+seks9.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDq16AnDca1MSVmfdN2tpQ0PAZM6Go2pOVZp2XI_4xa9pzx12_KyRcRzN1_UUKMn9hc_E540TzCf2IVORMyOjFzv8IqVoMXlslgAf3In79TyBalI-Lfgj-vSD9TZDb_XKuPdYn5Kgzv7gQ/s1600/gambar+seks9.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di rumah setelah terbang sana terbang sini di beberapa kota masih di Pulau Jawa maupun di Pulau Kalimantan dan Sulawesi selama 7 minggu ini untuk urusan bisnis kayu dan hasil-hasil bumi lainnya, tubuhku mulai dilanda letih dan penat luar biasa. Namun secara psikologis justru sebaliknya, aku mulai dapat merasakan suasana rileks dan tentram. Merasa at home dan ingin selekasnya menemui mantan kekasihku, sang isteri tercinta. Hal ini cukup membantu keseimbangan diriku sehingga tidak membuatku dilanda senewen.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena penerbangan yang kuambil adalah sore jam 6 dari Surabaya, maka masih sore pula sekitar jam 7.30 aku sudah mendarat dan lalu setengah jam kemudian dengan menggunakan jasa taksi aku sudah menginjakkan kaki di halaman rumahku di bilangan Slipi. Lalu lintas tidak macet karena ini hari Minggu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari luar ruang tamu nampak terang disinari lampu, berarti isteriku ada di rumah. Di rumah kami tinggal 4 orang saja. Aku yang berusia 38, isteriku 31, pembantu laki-laki 52, dan pembantu wanita 44. Oh ya, setelah 9 tahun menikah kami belum dikarunia anak. Jadi semakin menjadi-jadilah diriku menghabiskan waktu mengurus bisnis karena belum ada urusan lain yang memerlukan perhatianku. Syukurlah selama ini bisnisku lancar-lancar saja demikian pula perkawinan kami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika hendak kupencet bel kuurungkan siapa tahu pintu tidak dikunci. Tadi gerbang depan dibukakan oleh pembantu wanitaku karena kebetulan dia pas lagi mau keluar untuk membuang sampah. Setelahnya dia kembali ke kamarnya yang terletak di samping kiri bangunan utama. Pembantu-pembantuku kubuatkan kamar di luar. Ukuran rumahku cukup besar dengan masih ditambah tanah yang lumayan luas yang kubuat menjadi taman hampir mengelilingi bangunan rumah kecuali sisi kiri karena kepotong kamar-kamar pembantu dan jalan samping. Dari gerbang depan ke pintu kira-kira mencapai 25 meter.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Benar, pintu tidak dikunci dan aku masuk dengan senyap demi membikin isteriku kaget. Aku suka sekali dengan permainan kaget-kagetan begini. Biasanya isteriku suka terpekik lalu menghambur ke pelukanku dan dibarengi dengan ciuman bertubi-tubi. Itulah santapan rohaniku. Dan itu sering terjadi karena aku sering bepergian dalam waktu lama pula, rekorku pernah sampai 3 bulan baru pulang. Pada awal perkawinan kami tidaklah demikian, namun 5 tahun belakangan ini yah begitulah. Dampaknya adalah kehidupan seks kami mulai menurun drastis frekuensinya maupun kualitasnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini aku menangkap suasana lain. Memang biasanya sebelum pulang aku memberitahukan isteriku bahwa dalam 2 sampai 5 hari bakal pulang. Sengaja kali ini aku tidak memberitahu agar lebih dahsyat pekikan-pekikan kangen isteriku itu. Di ruang tamu TV menyala agak keras. Lalu aku menuju dapur mengendap-endap siapa tahu isteriku di sana dan sekalian mau mengambil air putih. Tidak ada. Ah mungkin lagi tidur barangkali di kamar pikirku. Kuletakkan tas koperku di atas meja makan lalu aku mengambil sebotol air dingin di kulkas. Kuletakkan pantatku di atas kursi sambil minum. Kuambil sebatang rokok lalu kunyalakan. Ada sekitar 5 menit kunikmati asap-asap racun itu sebelum akhirnya kuputuskan untuk naik ke lantai 2 di mana kamar tidur kami berada.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pelan-pelan kunaiki tangga. Pelan sekali kubuka pintu, namun hanya seukuran setengah kepala. Aku ingin mengintip kegiatan isteriku di kamar spesial kami. Apakah lagi lelap dengan pose yang aduhai. Ataukah lagi mematut diri di cermin. Ataukah lagi.. Upss!! Berdebar jantungku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam keremangan lampu kamar (kamar lampuku bisa disetel tingkat keterangannya sedemikian rupa) kulihat ada 2 manusia. Jelas salah satu sosoknya adalah isteriku, mana mungkin aku pangling. Dia lagi mengangkangi seseorang. Posisi kepalanya nampak seperti di sekitar kemaluan lawannya. Perasaanku mulai dilanda kekacauan. Sulit kudefinisikan. Marah. Kaget. Bingung. Bahkan penasaran. Apa yang sedang berlangsung di depan mataku ini? Kepala isteriku nampak naik turun dengan teratur dengan ditingkahi suara-suara lenguhan tertahan seorang pria yang menjemput kenikmatan seksual. Mungkin saking asiknya mereka berolah asmara terkuaknya pintu tidak mereka sadari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba perasaan aneh menjalari diriku. Darahku berdesir pelan dan makin kencang. Rasa penasaranku sudah mulai dicampuraduki dengan gairah kelelakianku yang membangkit. Ini lebih dahsyat ketimbang menonton film-film bokep terpanas sekalipun. Kesadaran diriku juga lenyap entah kemana bahwa yang di depan mataku adalah isteriku dengan pria yang pasti bukan diriku. Sekarang aku lebih ingin menyaksikan adegan ini sampai tuntas. Kontolku mulai mengejang. Posisi mereka mulai berbalik. Isteriku mengambil posisi di bawah sementara lawannya ganti di atasnya. Persis sama seperti tadi hanya saja sekarang kelihatannya memek isteriku yang dijadikan sasaran. Aku semakin ngaceng.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ohh.. Sshh..." suara desisan isteriku berulang-ulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Telaten sekali si pria (aku sudah menangkap sosok lawannya dengan jelas adalah pria) sehingga isteriku mulai bergerak meliuk-liuk dan menengadahkan kepalanya berkali-kali.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Uuhh.. Eehhss.. Teruss jilatthh.. Pak Minnh.. Ahh.. Uffh..".</div>
<div style="text-align: justify;">
Plong rasa dadaku demi akhirnya menemukan identitas sang pelaku pria. Mr. Karmin pembantu priaku yang tua itu. Wah.. Wah.. Pantesan tadi aku agak mengenali sosoknya. Belum sempat aku banyak berpikir kesadaranku disedot kembali oleh suara-suara kesetanan isteriku dari hasil kerja persetubuhan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yyaahh.. Teruss.. Teruss.. Aahh.. Tusukk.. Tuussuukkhin liidaahhmu Pak.. Yaahh beegittu.. Oohh.."</div>
<div style="text-align: justify;">
Semakin binal kepala isteriku tergolek sana sini. Nampaknya dia sudah berada di awang-awang kenikmatan. Aku juga semakin dilanda gairah sehingga tanpa sadar tanganku mulai meremas-remas burungku sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh..."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah isteriku akhirnya jebol juga. Aku tahu itu. Tapi nampaknya Pak Karmin masih meneruskan aktivitasnya. Sebentar kemudian kaki isteriku diangkatnya ke kedua bahunya yang bidang dan kekar itu (meskipun sudah tua tapi tubuh pembantuku masih gagah akibat pekerjaannya yang secara fisik membutuhkan kekuatan). Dimainkan jari-jarinya di liang memek isteriku. Lenguhan-lenguhan isteriku kembali terdengar. Semakin kencang kocokan jari Pak Karmin pada memek isteriku. Dengan menggelinjang mengangkat-ngangkat paha isteriku kembali dibuat mabuk kepayang. Akhirnya kulihat batang kemaluan Mr. Karmin sudah diarahkan ke lobang kemaluan isteriku. Busseett gede juga nih punya si tua bangka. Semakin menggelegak gairahku ketika membayangkan bagaimana memek isteriku akan dihujami oleh benda sebesar itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bless. Masuk. Gleg ludahku tertelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oohh.. Eyaahh.. Eenaakk.. Paakk..".</div>
<div style="text-align: justify;">
Pelan-pelan dipompanya memek isteriku dengan godam si Mr. Karmin. Mulai menggila kembali goyangan pantat isteriku melayani rangsekan-rangsekan si batang besar itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Geennjoott.. Yaahh.. Genjoott.. Oohh.. Ennakk Banngeett.. Oohh.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku menyaksikkan tubuh isteriku terhentak-hentak naik turun akibat sodokan-sodokan yang bertenaga itu. Tangan Mr. Karmin tak tinggal diam menyenggamai buah dada isteriku yang telah menjulang tegak. Wuuhh gila, dahsyat sekali pemandangan yang kusaksikan ini. Setelah hampir 10 menit diangkatlah tubuh isteriku dan dibalikkannya menjadi posisi menungging.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gaya anjing rupanya dikenal juga oleh Si Tua ini. Kembali liang memek isteriku dihunjam dari arah belakang. Konsistensi gerakan kontol yang maju mundur itu beserta lenguhan-lenguhan isteriku semakin mengobarkan hasratku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ahh.. Aahh.. Ssooddooghh.. Kuaatt.. Kuat.. Paakkhh, oohh.. Giillaa.."</div>
<div style="text-align: justify;">
Pompaan Mr. Karmin semakin lama dibuat semakin bertenaga dan semakin cepat.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oo hh.. Yaa.. Beggiittuu.. Teruss.. Paakkhh.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kupikir bakalan selesai eh ternyata isteriku sekarang disuruh berdiri, Mr. Karmin menyetubuhinya sambil berdiri. Tanpa sadar aku menoleh ke lantai bawah ternyata si Pembantu Wanita memergokiku sedang mengintip. Karena jengah atau bagaimana Mrs. Karmin merona mukanya lalu menyingkir ke belakang dengan tergesa. Pembantuku adalah suami isteri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yaahh.. Terruuss.. Mauuhh.. Keelluaarr.. Nihh Paakkh.."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku sebentar laggii.. Juuggaa.. Ibbuu.."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Baarrenng.. Yaahh.. Paakkh.. Ohh.. Ohh.. Yaahh.. Uuddaahh"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil mengejang-ngejang keduanya melepas energi terakhir dan terbesar yang disertai ledakan kenikmatan luar biasa. Mr. Karmin akhirnya jebol juga pertahanannya. Begitu adegan selesai aku dengan perlahan sekali menutup pintunya. Kuturuni perlahan tangga menuju dapur kembali. Celanaku masih padat mnggembung tak terkira. Aku senewen ingin menuntaskan hasratku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika sampai dapur kulihat Mrs. Karmin sedang duduk termangu. Kami saling menatap dalam keadaan bingung dan resah. Kudekati dia ketika mulai terisak-isak meneteskan air mata, ingin kutenangkan hatinya. Mungkin kejadian tadi telah berulang kali berlangsung selama aku tidak di rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Sudah sering kejadianya Mbok?" tanyaku. Dia mengangguk.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Maafkan isteriku yah"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Entah kenapa tiba-tiba mata kami bertatapan kembali. Selama ini dia tidak berani menatapku. Kali ini mungkin dia sedang kesepian dan masygul hatinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayo ke kamarmu Mbok."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hasratku masih tinggi dan harus dituntaskan. Kami saat ini sedang masuk dalam situasi kejiwaan yang membutuhkan pertolongan satu sama lain. Plus gairah buatku. Ketika sampai kamarnya yang agak sempit itu, kusuruh dia duduk di ranjang. Kupegang tangannya dan kuelus. Sosok wanita ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Kulit terang meskipun tidak semulus isteriku tapi lumayan bersih. Tinggi sedang dan hebatnya perut tidak terlalu melambung. Tetek cukup besar setelah kusadari saat ini. Dia selalu memakai kebaya dan kain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kepalanya ditimpakan di dadaku. Meskipun dia lebih tua dari aku namun dalam kondisi begini dia memerlukan kekuatan dari dada laki-laki. Kubiarkan meskipun dibarengi aroma bumbu dapur. Tapi tidak terlalu menyengat. Rambutnya otomatis megenai hidungku. Bau minyak rambut Pomade menyergap hidungku. Kucium-kucium dan kuendus-kuendus. Kujalari menuju ke telinga. Diam saja. Ke lehernya. Malah terdengar ketawa kegelian. Mulai kuusap lengannya. Semakin erat dia mendesakkan tubuhnya ke diriku. Sambil mengusap lengan kanannya naik turun sengaja kurenggangkan jariku sehingga menyentuh tipis teteknya. Terus kuulang sampai akhirnya kepalanya mulai bergoyang. Lalu kuelus langsung teteknya. Gemas aku. Dia mulai mendesah. Kuremas-remas lembut. Mulai melenguh. Kubaringkan. Menurut saja. Kubuka bagian dada dari kebayanya. Memang besar miliknya. Kuning agak pucat warnanya. Kuhisap-hisap. Menegak-negak kepalanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ehhmm.. Eehhf.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kusingkap kainnya dan kuelus pahanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ehh.. Ehhshs.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kuselusupkan tanganku jauh menuju pangkal pahanya. Kuusap-usap gundukannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Ehhss.. Ehhss.. Oohh..." tergolek kanan kiri kepalanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kutindih dia dengan mengangkangkan kakinya. Mulai kuselusuri dari tetek sampai leher kanan kiri dengan lidahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oohh.. Paakk.. Oohh.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kurenggut bibirnya yang tebal dengan bibirku. Kumasukkan lidahku menjangkau lidahnya. Pada mulanya pasif. Lalu dia mulai mengerti dan kami saling beradu lidah dan ludah. Berkecipak suara kuluman kami. Kutekan-tekan bagian bawah diriku sehingga tonjolan burungku menggesek wilayah memeknya. Mengerinjal pantatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Esshh.. Ehhss.. Oohh..." desahnya berulang-ulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami berdiri untuk melepas baju masing-masing setelah kubisikkan keinginanku. Kuamati dari ujung rambut sampai kaki. Keteknya dibiarkan berbulu, ah sensasional sekali. Baru kali ini kulihat wanita membiarkan keteknya berbulu. Isteriku licin sekali. Jembut mememknya lebat sekali dan cenderung tidak rapi. Luar biasa. Karena hasratku yang sudah tinggi sejak tadi langsung kugumul</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia dan menjatuhkannya di ranjang. Kujilati kembali mulai dari kening, leher, pipi, tetek, ketek (di sini aku berlama-lama karena penasaran sekali dengan rasa bulunya), perut dan memeknya. Kumainkan lidahku memutari labia mayoranya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Oohh.. Paakk.. Ohh.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dipegangi kepalaku dan ditekan-tekannya sesuai keinginannya. Kumasuki klitorisnya dengan lidahku. Aku tidak jijik kali ini. Hasratku yang menggila telah mengalahkan kebiasaanku selama ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Esshh.. Ahhss.. Esshh.. Oohh.. Mmass.."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia memanggilku Mas berarti kesadarannya mulai kaca balau. Kuremas pantatnya sebelum akhirnya kujebloskan kontolku ke memeknya yang telah banjir bandang itu. Kupompa maju mundur tanpa tergesa. Yang penting bertenaga dan merangsek ke dalam. Menggeliat-geliat kayak cacing kepanasan si Mrs. Karmin ini. Semakin dikangkangkan pahanya. Kupegang ujung telapak kakinya sambil aku terus menyodokinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yaahh.. Teruss.. Yangg dalaam .. Masshh.. Ohh.. Ennaakk banngeetts.. Shh."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kubaringkin miring lalu kulipat kaki kanannya ke depan dan kuhujami memeknya dari belakang. Kami bersetubuh dalam posisi berbaring miring (kebayangkan?). Kuubah posisi menjadi dog-style. Namun dia telungkup sehingga tingkat penetrasinya lebih maksimal. Benturan-benturan dengan pantatnya yang bulat membuatku gemas. Kugenjot sedalam-dalamnya memeknya yang rimbun itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Yaahhss.. Ehhssh.. Oohhs..." begitu terus erangnya sambil membeliak-beliak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya setelah 23 menit kami menegang bersama dan mencurahkan cairan masing-masing berleleran di dalam memeknya. Cairan miliknya sampai tumpah ruang merembes keluar memeknya, punyaku juga demikian saking tidak tertampungya semprotan maniku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kubiarkan kontolku masih terbenam sambil aku tetap menindihnya. Aku jilatin lagi leher dan pipinya sampai kontolku sudah lemas tak berdaya. Tanganku masih aktif bergerilya mengusapi buah kembarnya yang masih mengencang. Kujilat-jilat dan kuhisap-hisap. Keringat kami campur aduk membanjiri spreinya yang sudah agak kusam itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak saat itu bila aku pulang dari bepergian maka aku mengunjungi Mrs. Karmin terlebih dahulu untuk bersetubuh di kamarnya baru masuk rumah setelah maniku terhambur ke memeknya yang mudah basah itu. Malah boleh dikata sudah tidak pernah lagi menggauli isteriku sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu kali Mr. Karmin memergokinya ketika mau ambil rokok, namun aku cuek saja kepalang lagi hot, tapi dia mafhum saja. Toh ibaratnya kami seperti tukar pasangan. Pernah terbersit di kepalaku untuk melakukan sex party berempat. Tapi gagasan itu belum terlaksana, karena aku masih merasa risih kalau rame-rame begitu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-13213815835626094872012-11-10T21:09:00.003-08:002012-11-10T21:09:59.075-08:00NGESEK BERSAMA ABG<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0VE38FW7EdsGZbe-uzqkY2mu5-XKSiaHRncatxzmwGxosUtVhLQ7TqiY6MLiWj0cV90pbNFqMmiKxuuhyphenhyphenLWyoBPcSuVNIWl1eCDNLoX6aErlxcT7a4CwOw3Z40fD70P8TJn7SUt9paY9A/s1600/gambar+seks7.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0VE38FW7EdsGZbe-uzqkY2mu5-XKSiaHRncatxzmwGxosUtVhLQ7TqiY6MLiWj0cV90pbNFqMmiKxuuhyphenhyphenLWyoBPcSuVNIWl1eCDNLoX6aErlxcT7a4CwOw3Z40fD70P8TJn7SUt9paY9A/s320/gambar+seks7.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota DKI, nama aku Iwan. Aku berumur 30 tahun dengan tinggi badan 170 cm serta berat badan 65 kg dan kata cewek-cewek sih, aku memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan lima hari kerja yaitu setiap hari senin sampai Jumat, sehingga setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah yang merupakan salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu aku selalu mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah porno, dan menonton film porno yang aku sewa di salah satu rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu berlangsung selama berbulan-bulan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah aku melihat Riska anak tetangga aku yang masih duduk di kelas 1 SMP yang kira-kira berumur 12 tahun dan aku sangat terpesona dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang ia kenakan, dan yang pasti memiawnya belum ditumbuhi bulu-bulu halus.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku sering melihat riska kesekolah setiap hari dengan sengaja berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat kerja atau pada sore hari sepulang kerja di saat ia sedang jalan-jalan sore di sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya dan sampai suatu hari riska mulai menyadarinya dan mulai membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan kemolekan riska setiap usai bekerja namun bukannya aku jatuh cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini setiap akan berjalan-jalan disekitar kompleks bersama kakak dan sepupunya (Yani yang sedang kuliah smst 2 dan Neni yang duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap sore.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu menunggu riska untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu aku heran karena riska hanya sendiri saja berjalan dengan sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat. Dengan sangat nafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideket didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh riska dan yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja. Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh riska dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya “Duduk sendirian nih boleh aku temanin,” dengan terkejut riska mambalikan wajahnya dan berkata “eh…… boooboleh.” Aku langsung duduk tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada riska “Biasanya bertiga, temennya mana..?”, dengan terbata-bata riska berkata “Gi.. gini om, mereka i.. itu bukan temen aku tetapi kakak dan sepupu aku.” aku langsung malu sekali dan kerkata “Sorry.” kemudia riska menjelaskan bahwa kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska ditambah lagi dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila dia salah posisi. Diam-diam aku mencuri pandang untuk melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan riskapun tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku dekatkan ketelingannya yang membuat riska kegelian karena semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik tank topnya. Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH yang dikenakan riska yang membuat tangan aku semakin leluasa ber gerilya dipunggunya dan perlahan-lahan menyusup kebukit kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia berkata “Terusss.. nikmattttt.. Ommmm……….. ahh.. ahhhh….” Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya, kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata riska memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD. Lima menit berlalu terdengar suara riska “Ahh.. terusss Om… terusss.. nikmattttt.. ahh.. ahhhh…” hanya kalimat itu yang keluar dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan jari tengan aku ke dalam memiawnya yang belum ditumbuhi bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin menggencagkan seranganku dengan mengocok memiawnya dengan cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut Riska.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ouuhhh.. Ommmm.. terus.. ahhh.. ahhhhhhhhh.. ahhhhhhhhhhhhhh..” riska mengalami orgasme untuk yang pertama kali.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku dan membisikan kata-kata ketelinga riska “Udah dulu ya..” dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku menyuruhnya pulang sambil berkata “Kapan-kapan kita lanjutkan lagi,” ia langsut menyahut “Ya om sekarang aja tanggung nih, lihat memiaw aku udah basah..” sambil ia memegang memiawnya yang membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya. Setelah aku sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa, yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan riska namun kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada saat itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang dulu mulai aku lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan dengan kaset tersebut. Hujanpun turun dengan derasnya dan untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal dan ternyata benar anak tersebut adalah Riska, dan aku berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On, maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang membuat riska terkejut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia “Lo riska ngak kesekolah nih?” dengan malu-malu riska menjawab “Ujan om..” aku langsung bertannya lagi “Ngak apa-apa terlambat.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi.” riska menjawab dan aku langsung bertannya “Jadi ngak apa-apa ya ngak kesekolah?”. “Ia om”, riska menjawab dan dalam hati aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah kesempatan yang aku tunggu-tunggu dan aku langsung menawarinya untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang samar-samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat riska menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang, karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi akan berhenti untuk menonton film tersebut. Setelah beberapa lama aku menunggu ternyata riska tidak kembali juga dan akupun menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok memiawnya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh aktivits memegang dan mengocok memiaw dan bukit kembarnya yang ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati riska dari belakang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget dan buru-buru melepaskan tangannya dari memiaw dan bukit kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi “Teruskan saja, aku akan membantumu.” kemudian aku duduk dibelakang riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa riska menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku kenakan. Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher putih riska, tangan kananku membuka kancing baju riska satu demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu. Riska sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang digunakan riska kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan. Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH yang membuat riska makin terangsang dan tanpa dia sadari dari mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhhh terussssssss Omm…….. terusssssss…. nikmattttttt….. ahh…. ahhhhhhhhhhh……. isap terus Om.. Ahhhh…….. mhhhhhhhh. Omm…”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda, perlahan-lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata dan sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahh ugggh…. uuhh…. agh…. uhh…. aahh”, Mendengar desahan riska aku makin tambah bernafsu untuk mencium memiawnya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai dan aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memiawnya terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam memiaw riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan ukuran memiawnya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga memiaw anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari barulah dapat masuk kedalam memiawnya, itupun dengan susah payah karena sempitnya memiaw riska. Dengan perlahan-lahan kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat riska mendesah. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Auuuuuggggkkkk…” jerit Riska.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ah… tekan Omm.. enaaaakkkkk…terusssss Ommm…” Sampai beberapa menit kemudia riska mendesah dengan panjang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahh ugggh…, uuhh…, agh…, uhh…, aahh”, yang membuat riska terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska baru saja merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku dari memiawnya dan aku meletakan tangan aku tersebut dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan cintannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan. Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang ia kenakan dan tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun menurutinya dan dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya. Dengan melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan memiawnya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya, dan akupun mengisap memiawnya dari balik G string nya dan perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga G string yang riska kenakan berada di ke dua paha mulusnya, sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat, meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aduh, Ommm…! Pelan-pelan dong..!” katanya sambil mendesis kesakitan Riska menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus menjilati bibir memiawnya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memiawnya dengan cepat yang membuat riska mendesah dengan panjang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hmm…, aumm…, aah…, uhh…, ooohh…, ehh”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Oooom…, uuhh…” Riska menggeliat-geliat liar sambil memegangi pinggir sofa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhh… mhhh… Omm…” demikian desahannya. Aku terus beroperasi dimemiawnya. Lidahku semakin intensif menjilati liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam memiawnya, membuat Riska tersentak dan memiawik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memiawnya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan menggeliat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya aku pun membuka BH yang dikenakan riska begitupun dengan G string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku gunakan, tetapi riska masih malu untuk melakukannya, sehingga aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang telah menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang membuat penis aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20 cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata riska melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk sedalam 8 cm dimulut riska dan akupun memaksakan untuk masik lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya dengan pelan-pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil mengocok-ngocoknya, dihisap-hisapnya sembari matanya menatap ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang tiada tara itu. Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku yang telah menegang semakin menegang lagi. Kemudian aku menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit kembarnya yang masih berukuran sedang itu yang membuat bukit kembar riska semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan warna yang semakin merah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong riska (gaya konvensional) dan aku buka kedua selangkangan riska yang membuat memiawnya yang telah membesar dan belum ditumbuhi bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ini dia saatnya… lo bakal habis,riska..!” mulai pelan-pelan aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah, namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku, dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian permukaan memiaw riska.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aduhhhhhh Omm.. aughhhhghhhhh… ghhh… sakit Omm…” jerit Riska dan terlihat riska menggigit bibir bawahnya dan matanya terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih rapatnya memiaw riska walaupun telah basah oleh lendirnya. Dan setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar telah menembus “gawang” keperawanan riska sambil teriring suara jeritan kecil.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Oooooohhhhgfg….. sa… kiiiit…. Sekkkallliii…. Ommmmm….”, dan aku maju mundurkan penis aku kedalam memiaw riska “Bless, jeb..!”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">jeb! jeb! “Uuh…, uh…, uh…, uuuh…”, ia mengerang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Auuuuuggggkkkk…” jerit Riska.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ommm Ahh…, matt.., maatt.., .ii… aku…”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan memiaw riska terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh memiaw riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir mungilnya dan membisikan “Tenang sayang nanti juga hilang sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan kembali penisku ke dalam memiaw riska dengan cepat namun karena masih sempit dan dangkalnya nya memiaw riska maka penisku hanya dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Uhh…, aahh…, ugghh…, ooohh”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hmm…, aumm…, aah…, uhh…, ooohh…, ehh”. “Ooommm…,sakkkitt…… uuhh…, Ommm…,sakitttt……….. ahh”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sakit sekali………… Ommm…, auhh…, ohh…”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Riska tahan ya sayang”. Untuk menambah daya nikmat aku meminta riska menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku sehingga jepitan memiawnya terhadap penisku semakin kuat.. Nyaman dan hangat sekali memiawnya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat riska merasakan sakit pada memiawnya. Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga riska menjerit setinggi langit. Akupun langsung melumat bibir riska membut tubuh riska semakin menegang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Oooom…., ooohh…, aahh…, ugghh…, aku…, au…, mau…, ah…, ahh…, ah…, ah…, uh…, uhh”, tubuh riska menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat. Riska telah mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aaww…, ooww…, sshh…, aahh”, desahnya lagi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aawwuuww…, aahh…, sshh…, terus Ommm, terruuss…, oohh”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Oohh…, ooww…, ooww…, uuhh…, aahh… “, rintihnya lemas menahan nikmat ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam memiawnya dan menyentuh rahimmnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahh…, ahh…, Oohh…” dan, “Crrtt…, crtr.., crt…, crtt”, air maninya keluar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Uuhh… uuh… aduh.. aduh… aduhh.. uhh… terus.. terus.. cepat… cepat aduhhh..!”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sementara nafas saya seolah memburunya, “Ehh… ehhh… ehh..”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Uhhh… uhhh…. aduh… aduh… cepat.. cepat Ommm… aduh..!”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hehh.. eh… eh… ehhh..”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aachh… aku mau keluar… oohh… yes,” dan… “Creeet… creeet… creeet…”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aaaoooww… sakit… ooohhh… yeeaah… terus… aaahhh… masukkin yang dalam Ommm ooohhh… aku mau keluar… terus… aahhh… enak benar, aku… nggak tahaaan… aaakkhhh…”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku kedalam memiawnya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Riska pun semakin lemas dan hanya pasrah memiawnya aku sodok. Sementara itu … aku dengarkan lirih … suara riska menahan sakit karena tekanan penisku kedalam liang memiawnya yang semakin dalam menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10 menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam lagi, dan..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Terus.., Omm.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan… sedikit lagi.., ayo..!” kudengar pintanya dengan suara yang kecil sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu.., “Seerr..!” terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memiaw riska, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di badan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku langsung memeluk riska dan membisikan “Kamu hebat sayang, apa kamu puas..?” diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik penis aku dari memiawnya sehingga sebagian cairan sperma yang aku tumpahkan di dalam memiawnya keluar bersama darah keperawanannya, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun memompa memiaw riska kembali dan ini aku lakukan sampai sore hari dan memiaw riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya “Kok anak SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi” riska pun menjelaskannya “bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya” bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan). Mendengar cerita riska aku langsung berfikir adiknya saja udah hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga. Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi, meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah dengan berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska sekarang telah berumur 14 tahun dan masih suka dateng mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani empat sekaligus temen-temen aku yang membuat riska tidak sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, dan itu membuat aku senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-temen aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak dan sepupunya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-62400498303540296862012-11-10T20:58:00.001-08:002012-11-10T21:04:09.783-08:00PELAJARAN SEK DISEKOLAHKU<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFIyYgwY6B8PSzShHhGZoXK9PHPuyjc16nkA1oUqLFx4Zxi-qtb54v7um3mtxCqdSM6Buk2L0wOF6ZO64AORvpv1LEg4MBG72QwNxX9hpooZguHxu7slL68jeNSOUS1ENSZKIAw-b89_Hv/s1600/gambar+seks2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFIyYgwY6B8PSzShHhGZoXK9PHPuyjc16nkA1oUqLFx4Zxi-qtb54v7um3mtxCqdSM6Buk2L0wOF6ZO64AORvpv1LEg4MBG72QwNxX9hpooZguHxu7slL68jeNSOUS1ENSZKIAw-b89_Hv/s320/gambar+seks2.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ya…Masukkkk….!! ” Pak Dion tersenyum – senyum ketika pintu kantornya diketuk pada siang hari dimana para murid sudah berhamburan pulang, senyumannya tambah lebar mirip senyuman srigala buas yang kelaparan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dua orang muridnya yang cantik datang menyerahkan diri, cukup lama Pak Dion mengintai mangsanya dan akhirnya kerja kerasnya berhasil dengan gemilang, bayangkan betapa berat ia mencurahkan seluruh pikiran dan tenaganya siang dan malam demi dapat menikmati santapannya yang lezat dan nikmat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion tidak pernah merasa memaksa mereka, ia memberikan dua pilihan sebagai bentuk “demokrasi” ciptaannya, serahkan keperawanan kalian atau rekaman kalian akan segera beredar luas. Pak Dion mengunci pintu kantornya, kemudian segera menarik pergelangan tangan kedua gadis itu, dengan santai ia menyuruh keduanya agar duduk di atas meja, sedangkan ia sendiri duduk di atas kursi empuknya tepat di hadapan mereka. Anita dan Veily saling memandang kemudian tertunduk lesu tanpa daya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kalian kenapa sichhh….??? Koq lemas gitu, padahalkan kalian ini biasanya hot banget……, sampe ngecrot barengan..He he he” Pak Dion terkekeh-kekeh, tangannya menyibakkan rok seragam Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ehhhh….!! ” Pak Dion merasa tersinggung ketika Veily menepiskan tangannya, senyuman mesum mendadak hilang dari wajahnya, sambil menggeram ia bangkit dari kursinya dan</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">”Plakkkkkk!!! “</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dengar baik-baik, bapak bisa melakukannya dengan kasar kalau kalian terus seperti ini, dasar murid tidak tahu diuntung, disuruh belajar yang enak-enak malah ngak mau, jarang bapak memberikan kesempatan seperti ini…!!”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Jangan pakkk, jangan, tolong….jangan” Anita menahan tangan pak Dion yang melayang hendak kembali menampar wajah Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hmmmmmhhh…….” Pak Dion mencoba meredakan emosinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Baiklah, nama kamu Anita ya ??” Pak Dion membelai kepala gadis itu, Anita mengangguk kecil.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sekarang coba kamu ciuman dengan Veily, Bapak pengen lihat langsung, pengen nonton lesbian live show, hehehe….”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anita menekan perasaannya, kemudian bibirnya mengejar bibir Veily, nafas Veily memburu antara marah dan nafsu yang perlahan-lahan mulai menggoyahkan, menghancurkan rasa marah dan kebencian dihatinya. Sang nafsu mengupas kemudian membasuh rasa marah di hati Veily, perlahan-lahan sang nafsu melemparkan jauh-jauh rasa risih yang mengganjal di dalam hati kedua pasangan lesbi itu, Pak Dion tersenyum kemudian duduk kembali di atas kursinya, berkali-kali kepala sekolah bejat itu menelan ludah ketika menyaksikan Anita dan Veily saling melumat dengan mesra</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ckkk Ckkkk.. Ckkkkk…..” suara bibir kedua muridnya yang cantik terdengar saling berdecakan ketika mereka saling melumat dan mengulum.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Veily merapatkan kedua kakinya ketika merasakan rok seragamnya disibakkan ke atas oleh Pak Dion, pria itu tersenyum sambil menyibakkan rok seragam Anita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ha Ha Ha.., wahh,!!, Ck ck Ck ” Pak Dion berdecak kagum sambil menatap tajam dua pasang paha kedua muridnya yang putih dan mulus, tangan kirinya bermain dipermukaan paha Anita sedangkan tangan kanannya bermain di permukaan paha Veily. Posisi kedua kaki yang merapat itulah yang sengaja dimanfaatkan oleh Pak Dion untuk meloloskan celana dalam kedua muridnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tangan Pak Dion memaksa kedua paha Veily untuk mengangkang, ia menatap wajah Veily dengan tatapan sinisnya, kepala sekolah bejat itu merasa di atas angin karena Veily hanya terdiam pasrah tanpa daya, menatapnya dengan tatapan putus asa.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Awwww…..!! ” Veily memiawik kaget ketika jari tangan Pak Dion mengusap selangkangannya yang mengangkang, tubuhnya tersentak seperti tersengat listrik merasakan usapan kurang ajar itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wajah Veily merah padam, baru pertama kali ini selangkangannya dielus oleh jari tangan laki-laki, bahkan kini jari-jari itu mulai menghampiri selangkangannya kembali, nafas Veily semakin berat, berkali-kali Veily merasakan tubuhnya menggigil , dan merinding hebat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nah Veily, coba sekarang kamu buka bajunya Anita…” Pak Dion memerintahkan Veily, perlahan-lahan ia melaksanakan perintah Pak Dion, tangannya mulai melepaskan kancing baju seragam Anita kemudian menarik lepas baju seragam temannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sekarang buka BH-nya….” Pak Dion memberikan instruksi lebih lanjut dan Veily melaksanakan instruksi Pak Dion, Anita merapatkan kedua kakinya sambil menyilangkan tangankirinya di depan dada berusaha menyembunyikan buah dadanya yang terekspose dengan bebas, sedangkan telapak tangannya yang satunya lagi berusaha menutupi wilayah intimnya.”bagus.., bagus.. Ha Ha Ha” Pak Dion tertawa senang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nah, Sekarang giliran Anita….., Buka baju ama BH-nya Veily…” Pak Dion meleletkan lidahnya ketika Anita mulai melaksanakan instruksinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Luar biasa….!!” mata Pak Dion berbinar-binar menatap keindahan tubuh Veily dan Anita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tangan Pak Dion mencekal pergelangan tangan Veily dan Anita kemudian menyuruh mereka untuk berlutut di sisi kanan dan kirinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Oke.., sekarang biar bapak ajarkan, mata pelajaran pertama yang sangat penting bagi kalian berdua, yaitu belajar menservice penis laki-laki, ” Pak Dion cengengesan dengan wajahnya yang menyebalkan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Seperti biasa dan pada umumnya sebelum belajar kita harus membuka buku terlebih dahulu, sebab bagaimana kita mau belajar kalau bukunya tidak kita buka, iya tohh…, nah, karena ini tentang penis, maka bapak sarankan kalian mulai membuka celana bapak… ayooo tunggu apa lagi sih!!! “Pak Dion membentak karena Anita dan Veily tidak menyimak pelajaran darinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mereka saling berpandangan kemudian perlahan-lahan mereka mulai membagi tugas, Veily membuka ikat pinggang Pak Dion sedangkan Anita menarik resleting celananya “Srerrtttt…..!! ” , bersamaan mereka menarik celana panjang Pak Dion sampai terlepas, kini hanya celana dalam itu sajalah yang menutupi selangkangan Pak Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Veily dan Anita memalingkan wajah mereka ketika Pak Dion meraih sesuatu dari balik celana dalamnya. “Sekarang kita mulai pelajaran kedua dengan topik, tanpa keberanian maka semuanya sia-sia, oleh karena itu dalam pelajaran kedua ini kalian harus berani mempergunakan mata kalian, coba lihat benda Bapak yang hebat ini HE HE HE”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ayo Anita jangan malu gitu dong ahh, harus berani kaya Veily…” Pak Dion membujuk Anita agar mau menatap batang kemaluannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ihhhh…gede amat….” Anita tanpa sadar mengungkapkan isihatinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nah sekarang , selain sebagai alat perasa lidah juga mempunyai fungsi lain, demikian pula dengan fungsi mulut kalian selain untuk makan tentu ada gunanya….juga dalam pelajaran yang satu ini,, julurkan lidah kalian…” Pak Dion tersenyum sambil menekankan kepala Veily dan Anita kearah batang kemaluannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nahhh…, Ayo belajar baik-baik, dijilat, dihisap…, diciumin….” Pak Dion menyandarkan punggunya bersandar pada kursi empuknya. Sesekali terdengar suara Anita dan Veily yang terbatuk-batuk, mereka belum terbiasa menghirup aroma kemaluan pria yang menyengat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Bagus, cukup pandai.., ” Pak Dion mengelus-ngelus kepala Veily dan Anita, bergantian mereka mengecup-ngecupi buah zakar Pak Dion, lidah mereka terjulur-julur keluar menjilati permukaan batang kemaluan Pak Dion yang berwarna hitam kecoklatan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nahh, ini juga dicobain.., kamu pasti suka…” Pak Dion menekan kepala Anita sambil menjejalkan kepala kemaluannya, sementara Veily menatap Anita yang sedang menghisap-hisap kepala kemaluan Pak Dion, mulut Anita bedecakan ketika melumat-lumat puncak kepala kemaluan Pak Dion, sementara kedua tangan Anita menggenggam penis Pak Dion yang besar.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Anitaaaaa, jangan serakah gitu dong, ayo biar sekarang Veily yang nyicipin ****** Bapak…..”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anita melepaskan kemaluan Pak dion kemudian menyodorkannya pada Veily, sebentar Veily menatap kepala kemaluan Pak Dion sebentar kemudian menolehkan wajahnya menatap Anita seolah-olah bertanya seperti apa rasanya. Anita menganggukkan kepalanya seolah meyakinkan Veily kalau mainan baru yang satu ini ternyata sangat mengasikkan. Perlahan lidah Veily terjulur keluar dan memijati kepala kemaluan Pak Dion sebelum memasukkannya ke mulut, Hmmmmm ternyata seperti inilah rasanya kepala penis laki-laki, asin, kenyal,dan gurih. Bergantian Anita dan Veily menservice kemaluan Pak Dion, mulai dari buah zakar, batang kemaluan dan juga kepala kemaluan Pak Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion menarik tubuh Anita kemudian membaringkannya kembali di atas meja, tangannya mendekap pinggul Anita dan menggusup pinggul gadis itu sampai posisi vagina gadis itu pas untuk disodok oleh batang kemaluannya, kepala sekolah bejat itu kemudian sibuk berusaha melakukan penetrasi pada lubang vagina Anita yang masih rapat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aaaakkhhh……!! ” Anita membeliakkan matanya ketika merasakan batang kemaluan Pak Dion mulai terbenam, membelah jepitan vaginanya dengan perlahan-lahan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Arhhhhh………, Owwwww….. Hkk Hkkkk” Anita menolehkan kepalanya kesamping ketika merasakan seseorang menggenggam lembut tangannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Veilyyyyy….,Ahhhh.., “Anita memiawik sambil menggenggam erat tangan Veily ketika merasakan kepala kemaluan Pak Dion merobek-robek selaput perawannya, Veily membelai-belai kepala Anita, berusaha menenangkan Anita yang sedang diperawani oleh Pak Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion terkekeh-kekeh sambil semakin dalam membenamkan batang kemaluannya sampai mentok kemudian ditariknya perlahan-lahan kemudian disodokkannya masuk sekaligus kedalam jepitan vagina Anita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Pelan-pelan Pakkk, ” Veily memohon memelas pada Pak Dion, agar Pak Dion menyetubuhi Anita dengan lebih lembut.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Boleh, tentu boleh…!! Tapi… syaratnya kamu juga harus ikut ngegarap Anita…., kalo nggak Bapak sodok dia kayak gini !! Hihhhhh…..!! ” Pak Dion menggenjot vagina Anita dengan kasar sampai Anita memiawik – mekik kesakitan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Jangan…!!, Jangannnn Pakkkk!!, Saya lakukan…..” Tangan Veily menahan gerakan pinggul Pak Dion yang sedang menggenjot-genjot vagina Anita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion tersenyum-senyum ketika Veily mulai duduk di pinggiran meja menghadap ke Anita yang terlentang pasrah, tangan Veily mengelus-ngelus payudara Anita, diusapnya payudara Anita sampai gadis itu menggeliatkan tubuhnya karena kegelian.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Veil…” gadis itu merintih lirih ketika merasakan remasan-remasan lembut pada gundukan buah dadanya,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">”Ahhhh…………… ” Anita mendesah ketika merasakan tangan Veily mencubit putting susunya kemudian mulai menarik-nariknya dengan lembut, sementara Pak Dion mulai mengayunkan batang kemaluannya dengan lembut. Ditekankannya batang kemaluannya yang besar dan panjang itu dalam dalam kemudian perlahan-lahan kembali ditariknya sampai sebatas leher penis kemudian ia kembali menekankan batang kemaluannya dalam-dalam sampai mentok.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhh…, Ahhhhhhh, Veily” Anita merintih sambil mendekap kepala Veily yang sedang mencumbui puncak payudaranya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mulut Veily mengecupi buntalan payudara Anita yang padat dan kenyal, lidahnya terjulur keluar menjalari permukaan payudaranya kemudian menjilati puttingnya sebelum melumat dan mengenyot-ngenyot puncak payudara Anita dengan kuat. Serangan Veily di buah dadanya dan juga genjotan-genjotan lembut Pak Dion akhirnya meruntuhkan dinding pertahanan Anita, dinding itu jebol ketika denyutan-denyutan kenikmatan menerjang tanpa ampun.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhh… Crrr Crrrrr.. Crrrr…..” Anita memejamkan matanya, Veily agak tercekat ketika menatap Anita, bibirnya agak terbuka sambil mendesis pelan “Ohhhhhhh, nikmatnya……….”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anita tidak lagi merintih kesakitan ketika Pak Dion mulai melakukan genjotan-genjotan yang agak kuat dan kencang, “Crepppp… Crepppp… Creppppp…” Benda besar dan panjang itu keluar masuk membelah vagina Anita</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhh Ahhhh Ahhhhh Awwwww….” Anita memiawik – mekik kecil keenakan, tusukan-tusukan pak Dion terasa semakin nikmat, terkadang ia menjerit keras dengan liarnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Anitaa ??!! ” Veily tercengang , Anita yang ia kenal tidak seperti ini, Ohh, kenapa ? apakah tusukan-tusukan batang kemaluan Pak Dion yang membuat Anita berubah menjadi liar seperti ini ???</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ennnhh Ennnnh Ennnhh… Aaaaaaa” Anita semakin keras merengek ketika Pak Dion semakin kuat menggenjot-genjotkan penisnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Arhhhhh….!! “Anita mengerang keras ketika penis Pak Dion mengaduk-ngaduk vaginanya, pria itu tampak semakin bernafsu menyodok-nyodokkan batang kemaluannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Oahhhhhhh…., Hshhhhhhhh……Hshhhhhh” Anita mendesis-desis, sungguh sulit menahan nikmatnya sodokan-sodokan penis Pak Dion yang membuat Anita berkali-kali terperanjat seperti terkena sengatan listrik tegangan tinggi, dan pada sentakan terakhir ia memiawik kecil</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhhh…, Pak Dionnnn, Crrr Crrrrr…….” tubuh Anita mengejang beberapa detik sebelum akhirnya terkulai dengan lemas, Pak Dion menghela nafas panjang sambil meremas-remas buah dadanya, kepala sekolah bejat itu menarik batang kemaluannya dari dalam jepitan vagina Anita. “Plophhhh”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Veily.., sekarang giliran kamu he he he” Pak Dion memerintahkan Veily agar duduk di atas kursi empuknya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ayooo…, ngak apa-apa koqq…” Pak Dion membimbing Veily dengan paksaan, dibukanya kedua lutut Veily agar mengangkang ke samping, gadis itu berusaha mengumpulkan keberaniannya ketika kepala Pak Dion menunduk dan mendekati wilayah intimnya, Veily merasa risih ketika merasakan hembusan-hembusan nafas pak Dion yang memburu menerpa permukaan vaginanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“AHHHHH…!! ” Veily tersentak ketika merasakan sebuah jilatan dibibir vaginanya, tubuhnya menggigil hebat ketika merasakan ulasan-ulasan lidah Pak Dion menjilati dan mengorek-ngorek belahan vaginanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Slllcckkkk….Sllllcccckkkkk… Slllccckkkkk!! “</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ennnhhhhhh……” Tubuh Veily kelojotan ketika mulut Pak Dion tiba-tiba mengenyot-ngenyot bibir vaginanya “Uhhhhh!! Crrrr Crrrr Crrrrr” Cairan kenikmatan itu berdenyut berkali-kali dan semuanya habis dikenyot dan ditelan oleh Pak Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“He he he…, Nyamm, Gurih…, Ehmmm” Pak Dion mengangkat kepalanya ,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Veily terdiam dengan wajah merah padam, ketika si kepala sekolah bejat itu berhasil membuatnya mencapai puncak klimaks.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Veily menolehkan kepalanya ke kiri ketika Pak Dion mulai mengarahkan batang kemaluannya pada bibir vaginanya, Veily merintih ketika merasakan gesekan-gesekan kepala kemaluan Pak Dion yang menggeseki belahan vaginanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“AHHHHH………!! ” gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat ketika merasakan belahan vaginanya dipaksa melar pada saat kepala kemaluan Pak Dion mulai melakukan penetrasi, tubuhnya melenting kemudian terhempas begitu saja.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hsssshhhhh…… Awwww…..!! “Veily menatap Wajah Pak Dion sambil berusaha menahan gerakan pinggul Pak Dion, Pak Dion tertawa senang sambil menikmati jepitan vagina Veily pada leher penisnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Uuuuhhhh……” bibir Veily meruncing ketika merasakan penis Pak Dion mulai menekan untuk masuk lebih dalam, Veily menggeliat-geliat resah, bibirnya terus mendesis-desis tanpa henti.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Awwww…., Aduhhhhh……” Veily mengernyit kesakitan ketika kepala kemaluan Pak Dion bersuka ria merobek-robek selaput daranya,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sambil meremas induk payudara Veily, Pak Dion menyentakkan batang kemaluan kuat-kuat.”Owwwww……!! “Veily terkulai lemas di atas kursi empuk dengan sebatang penis Pak Dion yang besar dan panjang tertancap dalam-dalam di lubang vaginanya. Air mata meleleh dari sudut matanya, gadis itu terisak menangis sambil menatap wajah Pak Dion, betapa menyebalkannya wajah pria itu, dasar bajingan!! keparat!!</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Veily mengumpat dalam hati.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion menarik penisnya perlahan-lahan kemudian kembali disodokkannya sekaligus, bibir vagina Veily sampai terlipat kedalam ketika batang kemaluan yang besar dan panjang itu menyodok masuk dengan paksa.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hemmmppphhh…..” Veily bertahan agar dirinya tidak berteriak, ia tidak ingin si keparat ini terkekeh senang mendengarnya memiawik-mekik tanpa daya dalam genjotan-genjotan batang kemaluannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion menggeram kemudian semakin kasar dan liar menarik dan membenamkan batang kemaluannya, begitu kasar, liar dan brutal,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Clepp.. Cleppp Cleppp….”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Oawwwww….!! Ampunnn… Pakkkk!! Ampunnnn Ohhhhh” Veily tidak sanggup lagi menahan genjotan-genjotan kasar Pak Dion, Pak Dion malah semakin mempercepat genjotannya, sambil sesekali tertawa senang mendengarkan jeritan-jeritan kecil Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“HHhhsshhh…..” Veily berusaha mengambil nafas sebanyak mungkin ketika Pak Dion membenamkan batang kemaluannya dalam-dalam dan berhenti bergerak, kedua tangan Pak Dion meremasi induk payudara Veily yang sudah basah oleh lelehan cairan keringat, dijepitnya putting susu gadis itu kemudian dipilin-pilinnya putingnya yang sudah meruncing keras. Pak Dion mencekal tungkai lutut Veily sebelah bawah dan mendorong sambil mengangkangkan kedua kaki gadis itu. Posisi kaki Veily mirip huruf “M” yang sangat indah. Veily meringis ketika Pak Dion menarik kembali batang kemaluannya, gadis itu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhh, AHHHH, Owwww…! Owwwww!” Tubuh Veily tersentak-sentak dengan kuat ketika Pak Dion kembali menggenjot-genjot kasar lubang vagina Veily yang seret dan sempit.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhh, kenapa ini ??, Ohh, Ampun, enak bangetttt…..” Veily membatin ketika merasakan genjotan-genjotan Pak Dion yang kasar dan brutal terasa semakin enak. Apa ini yang dirasakan oleh Anita, Hmm, pantesan Anita malah mendesah-desah keenakan ketika digenjot-genjot oleh batang kemaluan Pak Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhh… Pak Dionnnn, Ahhhhhh….” Veily menatap sayu wajah Pak Dion, menatap laki-laki gemuk itu mengayunkan batang kemaluannya yang besar dan panjang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“He He He, Gimana pelajaran khusus dari bapak ?? rasanya enak bukan ?? Kamu harus bersyukur dan berterimakasih sama Bapak, nggak semua murid perempuan mendapatkan kesempatan emas ini !!!, Cuma yang cantik-cantik aja, HA HA HA HA” Pak Dion mencekal pinggang Veily kuat-kuat kemudian menghentak-hentakkan batang kemaluannya dengan liar dan brutal sampai Veily melolong panjang “Owwwwww…………hhhhhh”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hemmmmmffffff… Ucchhhhh….?” Veily mendesah-desah ketika tiba-tiba lubang vaginanya berkedut-kedut dengan nikmat, ada sesuatu yang keluar tanpa dapat ditahan atau dicegah, semuanya terjadi begitu saja, begitu lega, nyaman, kenikmatan itu membuat Veily merinding.”OHHH…, nikmat banget sichhh……” tanpa sadar Veily mendesis lirih.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion meraih pundak Veily kemudian menarik tubuh gadis itu ke arahnya sambil melakukan kocokan-kocokan lembut. Kepala sekolah bejat itu menciumi bibir Veily yang terus mendesah-desah, sesekali dilumatnya bibir gadis itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ckkkk… Ckkkk… Cllllkkkkk, Ohhh,, Hsshhh Ahhh Ckkkk..”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suara decakan-decakan itu bercampur dengan desahan dan rintihan Veily yang semakin manja dan menggairahkan.Pak Dion menolehkan kepalanya pada Anita yang sedang duduk di pinggiran meja sambil menonton perbuatan mesum antara Pak Dion dan Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Anita sini…” Pak Dion memanggil Anita, perlahan-lahan Anita mendekati pak Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kepala sekolah bejat itu menarik pergelangan tangan Anita agar gadis itu ikut berlutut disamping tubuhnya yang gembrot, dengan santai lengan Pak Dion melingkari pinggang Anita, setelah mengecup pipi Anita, Pak Dion kembali menggenjotkan batang kemaluannya menerjang lubang vagina Veily. Veily menatap Anita dengan tatapan matanya yang sayu, berkali-kali bibirnya mendesah-desah lembut, terkadang mengerang lirih, nafas Anita semakin memburu, gadis itu menundukkan tubuhnya dan mengalungkan kedua tangannya pada leher Veily. Dengan lembut Anita melumat bibir Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ha Ha HA…, Bagus, Bagus….! ” Pak Dion tertawa senang, sambil menatap kedua muridnya yang lesbi saling berpelukan dan berciuman dengan mesra, kepala sekolah bejat itu menatap pantat Anita yang agak menungging di sisinya, sambil mengocok vagina Veily Pak Dion mencari cari kelentit Anita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Offffffhhh…, Ahhhh, Ahhhh Ckk Ckkk….” Anita mendesah-desah ketika merasakan kelentitnya diurut-urut oleh Pak Dion, sementara Veily mendesah resah karena lubang vaginanya terus digenjoti oleh si keparat Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhh Ahhhhh… Pak Dionnn…..”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aduhhh… duhhhh Ahhhhhh… Awwww”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rintihan-rintihan kedua murid yang cantik itu terkadang disela oleh suara tawa pak Dion yang terkekeh-kekeh keenakan, erangan dan desahan-desahan manja semakin sering terdengar dari bibir mereka.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aaaaa…. Hemmmm CRRTTT CRRRRTTT”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aduhhhh… AAAAAAA…. Crrr Crrrrr…….”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion semakin pede ketika berhasil merobohkan kedua muridnya yang cantik sekaligus. Ia lalu mencabut batang kemaluannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ehmmm, He he he…..kalian haus??” Pak Dion bertanya pada kedua muridnya, Anita dan Veily menganggukkan kepala sambil menatap dengan pandangan memohon.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ayo kalian bersujud di depan ****** Bapak….” tangan kanan Pak Dion berkacak pinggang sedang kan tangan kirinya memegang sebotol teh botol yang sudah dibuka, perlahan-lahan Anita dan Veily berlutut di hadapan penis Pak Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kalian boleh minum tapi harus lewat ****** Bapak, ya itung-itung ngerasain teh botol rasa baru,” Pak Dion memiringkan teh botol ditangannya tepat pada Batang Penisnya yang sengaja diarahkan pada wajah kedua muridnya yang cantik.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anita dan Veily terdiam sambil menatap sedikit air teh yang mengucur di ujung kemaluan Pak Dion, antara rasa haus dan harga diri, itulah yang harus dipilih oleh mereka.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Gluk… Ceglukk…” berkali-kali Veily dan Anita menelan ludah berusaha membasahi kerongkongan mereka yang terasa kering dan panas sedangkan sedikit air teh yang mengucur di ujung penis Pak Dion begitu menggoda mereka.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Slccckkk… Slllccckkkk,, Glekkk,,, Srrrrrrpppp… Srrrpppp” Veily langsung menyeruput air teh yang mengucur di ujung penis Pak Dion, untuk mengghilangkan rasa dahaga yang menyiksanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“HA HA HA HA HA HA…..” Pak Dion tertawa senang, suara tawanya semakin keras ketika Anita mengikuti jejak Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Buka mulut kalian lebar-lebar….” Pak Dion memerintahkan agar Veily dan Anita membuka mulut mereka, ia mengarahkan kepala kemaluannya pada mulut Anita yang ternganga, kemudian menuangkan air teh melalui batang kemaluannya</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Cerrrrrrr………” terdengar suara air teh yang sedang mengisi rongga mulut Anita, selesai mengisi mulut Anita, Pak Dion mengarah kepala kemaluannya untuk mengisi rongga mulut Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Glukkk… Glukk”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ceglukk…. Gluk”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anita dan Veily yang kehausan menelan air teh di rongga mulut mereka, pak Dion berulang kali mengisi mulut kedua muridnya yang terus menganga kehausan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nahhh, gimana rasanya ?? teh botol rasa ****** , HA HA HA” Pak Dion tertawa terbahak-bahak, ada sensasi tersendiri ketika melecehkan kedua muridnya yang cantik.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion mencekal pergelangan tangan kedua muridnya dan menarik mereka berdua berdiri, “Nahhhh , kalian sudah belajar dient*t dan terus terang, Bapak sangat salut pada kalian berdua, memiaw kalian rasanya enakk banget…, seret, peret pisannn…, top abis dahhhh….!! TWO THUMB UP BUAT memiaw KALIAN !! ” (Hemmmmm??? Waduh….kayaknya istilahnya familiar amat ^^ )</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Setelah pelajaran dient*t, kurang sreg rasanya jika kalian tidak belajar untuk melakukan pembalasan…., nah ini dia pelajaran selanjutnya, kalianlah yang harus belajar ngent*tin Bapak…. He he he…..” Pak Dion menarik Veily dan Anita ke arah kursi sofa panjang di ruangan kepala sekolah yang biasanya dipakai untuk menjamu tamu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tubuh Pak Dion duduk santai di atas kursi sofa, Veily dan Anita saling berpandangan. Harap-harap cemas, berharap untuk kembali menggapai puncak kenikmatan namun cemas menghadapi sodokan-sodokan maut pak Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nah, Anita…, Coba kamu naik kemari,”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anita menaiki tubuh Pak Dion, kedua tangannya berpegangan pada bahu pak Dion untuk menjaga keseimbangan tubuhnya, Posisi Anita Mirip seperti Orang yang sedang berjongkok untuk buang air kecil.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Oke, sekarang kamu dudukin kepala ****** Bapak Pakai memiaw Kamu…, Ayooo…, jangan ragu-ragu….”Pak Dion membantu dengan menarik pinggang Anita untuk turun.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sllllleeeeeppppphhhhh ” Perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Dion kembali membelah vagina Anita. “Aaakkhhh….” kepala Anita terangkat keatas sambil mendesah panjang merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali tertancap di lubang vaginanya, Anita berusaha menekankan vaginanya ke bawah, lelehan keringat kembali bercucuran membasahi tubuh gadis itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sekarang kamu ayun-ayunkan pinggul kamu… Ayoo…” Pak Dion menanti aksi Anita selanjutnya, sambil menggigit bibir Anita mulai bergerak mengayun-ngayunkan pinggulnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Lebih cepat !!.. Lebihhh kuatttt….!! ” Pak Dion menyemangati Anita agar lebih aktif lagi melakukan Pr-nya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ayoo,,, terusss,,!! perkosa Bapak, Anita…,!!” Pak Dion membantu Anita dengan menarik-narik pinggulnya untuk turun dengan lebih cepat dan kuat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Pakkk… Dionnnn!! Enakkkk…, Pakkkkkk….” Anita menjerit liar, sambil menghempas-hempaskan pinggulnya dengan lebih cepat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Payudara Anita yang membuntal padat bergerak-gerak dengan indah di dadanya, Pak Dion Langsung mencaplokinya bergantian dari yang kiri dan yang kanan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Utsssss….!! Crr Crrr Crrrr…..” gerakan Anita tiba-tiba terhenti, tubuhnya mengejang , Anita merintih lirih dan terkulai lemas dalam dekapan Pak Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion mendorong tubuh Anita kesamping kanan, gadis itu bersandar lemas dengan posisi kedua kakinya sedikit mengangkang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ayo.., Veily sekarang kamu yang berlatih….”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion terkekeh-kekeh sambil membantu memegangi pinggang Veily yang berusaha menaiki tubuh Pak Dion yang gembrot.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nafas Veily memburu kencang ketika merasakan kepala kemaluan Pak Dion yang tidak tahu malu itu kembali menerobos Belahan Vagina gadis itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhh…. Hsssshhhhhhh…..” Veily mendesis, tubuhnya melenting ke belakang sehingga buah dadanya semakin menonjol, sebuah kesalahan fatal karena Pak Dion justru memanfaatkan moment tersebut untuk mencaploknya, rakus sekali pria itu melumat-lumat payudara Veily yang segar sampai itu sepuas-puasnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nahhh, ayoo, mulai berlatih…!! ” Pak Dion sudah tidak sabaran ingin mewariskan pelajaran penting untuk Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Susah Pakkk, susahhhhh…..” Veily tampak kesulitan</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Makanya jangan terlalu tegang begitu santai saja…. Ayo coba lagi…Bapak yakin kamu bisa melakukannya !! “</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hsssshhh… Ahhhhh Haaaaasssshhhh….” Veily mulai dapat melakukan tugasnya dengan baik, bahkan lebih pandai dari Anita karena Veily tampak lihai menggoyang-goyangkan pinggulnya seperti orang main hulahop.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Wahhhhh…, rupanya kamu punya bakat terpendam!! ” Pak Dion tersenyum sambil meremas buah dada Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahh Ahhh Ahhh….” Veily mulai belajar untuk menghempas-hempaskan pinggulnya, gadis itu menjerit-jerit liar sambil merengek-rengek manja</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Wahhh…, kamu nangtang Bapak rupanya..,,, Baik bapak layani…!!” Pak Dion menyodokkan batang kemaluannya ke atas ketika Veily menghempas-hempaskan vaginanya kebawah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ohhhh…., Pakkkk!!, Lebih kerassss….!! Ahhhhh terusss Pakkk…” Veily sudah kehilangan jati dirinya, yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikmatan yang terasa ketika vaginanya disodok-sodok oleh batang kemaluan Pak Dion.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“AHHHHH……!! Crrr Crrrr” Veily mengalungkan kedua tangannya pada leher Pak Dion sambil menghempaskan vaginanya kebawah kuat-kuat, nafasnya tersendat-sendat ketika cairan-cairan kenikmatan itu berdenyut keluar.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Veily menolehkan kepalanya ke belakang ketika merasakan pinggulnya di dorong ke samping oleh seseorang, rupanya Anita ingin melanjutkan permainan barunya. Veily sedang asik-asiknya menonton Anita yang sedang menghempas-hempaskan pinggulnya dengan liar ketika terdengar bunyi</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Cklekkk…..!!”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Owww….!! ” Veily dan Anita berseru terkejut ketika seseorang menerobos masuk diikuti beberapa orang guru di sekolah itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ohhhh…, Pak Agunggg….!! Silahkan….” Pak Dion mempersilahkan Pak Agung untuk masuk.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Wahhhh…, lagi asik rupanya, Maaf nih saya jadi menggangu Pak Dion ” Pak Agung menutup kembali pintu ruangan itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ohhh, Tidak apa…, saya justru senang Pak Agung mau ikut bergabung, dan memberikan informasi penting tentang korban kita berikutnya… he he he” Pak Dion terkekeh-kekeh sambil meremas-remas buah pantat Anita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tampaknya akan segera terjadi pertempuran tidak seimbang, antara Anita dan Veily melawan Pak Dion cs. Setelah mengunci pintu Pak Dede, Pak Ahmad, Pak Djono dan Pak Agung mulai melepaskan pakaian mereka masing-masing, Empat batang kemaluan teracung-acung mendekati mangsa mereka.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Djono menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan pantat Anita yang halus lembut. Pak Dion terkekeh – kekeh sambil mendekap punggung Anita kuat-kuat agar posisi Anita lebih menungging. Pak Djono menekankan kepala kemaluannya kuat-kuat pada lubang anus Anita. Gadis itu mengerang, lubang anusnya mengkerut ketakutan sehingga kepala kemaluan Pak Djono sulit melakukan penetrasi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hemmmm,masih susah…He he” ujung jempol kanan Pak Djono menekan kuat-kuat pinggiran anus Anita berusaha agar lingkaran anus gadis itu sedikit melar dan merekah, kemudian tangan kiri Pak Dion mengarahkan ujung kemaluannya pada lubang anus Anita dan menekan lubang yang sedikit merekah itu kuat-kuat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“AWWWWWW….!” Anita menjerit keras kesakitan ketika dengan satu sentakan yang kuat kepala kemaluan Pak Djono menjebol lubang duburnya,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Arrrhhhhh… Arhhhhhhh…. Errrrhhhhhh” Anita berulangkali ketika Pak Djono menekankan batang kemaluannya lebih dalam menyodomi lubang anus Anita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hegghhhhh…..” Mata Anita membeliak kemudian terpejam rapat disertai rintihan-rintihan kecil ketika merasakan batang kemaluan Pak Djono memasuki lubang anusnya lebih dalam dan lebih dalam lagi, sampai akhirnya pantat Anita bergesekan dengan perut Pak Djono.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhh Ahhh Ahhhh Ahhhh….” Terdengar suara-suara menggairahkan dari bibir Anita ketika dua batang kemaluan itu berlomba menyodok-nyodok lubang vagina dan lubang anusnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Creppp Creppp Crepppp….”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Plokkk… plokkkk… Plokkkk” Suara lubang vagina dan lubang anus Anita yang sedang dikocok habis-habisan oleh batang kemaluan Pak Dion dan Pak Djono.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Agung mencekal pergelangan tangan Veily dan menarik gadis itu untuk berdiri, kedua tangan Pak Agung membelit pinggangnya kemudian dengan nafsu yang menggelegak bibir Pak Agung mencaplok bibir gadis itu, tubuh Veily melenting-lenting ke belakang ketika Pak Agung melumat dan mengulum-ngulum bibirnya, Veily mendorongkan kedua tangannya pada bahu Pak Agung, murid cantik itu berusaha melepaskan lumatan Pak Agung dari bibirnya, setelah berusaha beberapa saat…..</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Auhhhh… Ohhhh… Hmmmm Hmmmmm” bibir Veily akhirnya terlepas dari lumatan Pak Agung yang ganas dan liar, namun hanya sesaat sebelum akhirnya bibir Veily kembali menjadi bulan-bulanan Pak Agung.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hemmm… Mhhh… Mmmmmhhhhh” kali ini Veily lebih sulit untuk melepaskan bibirnya karena tangan kiri Pak Agung menekan belakang kepala gadis itu kuat-kuat, Pak Agung yang atletis, berotot, dengan kulitnya yang kecoklatan mendekap erat-erat tubuh Veily, sambil terus melakukan lumatan-lumatan dan kuluman kuluman mautnya, sampai hati Pak Agung puas.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Uhhhh….” Veily pasrah ketika tangan Pak Agung yang kekar mendekap pinggulnya kemudian mengangkatnya keatas, Pak Agung yang berotot mirip Ade Rai mendesakkan tubuh Veily kesudut ruangan. Tubuh Veily tergantung di udara, posisi buah dada Veily pas banget di hadapan wajahnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perlahan-lahan Pak Agung menjulurkan lidahnya dan menjilat lembut putting susu Veily yang berwarna pink kecoklatan. Nafas Veily semakin tidak beraturan ketika merasakan jilatan-jilatan Pak Agung yang lembut bergantian di kedua puncak payudaranya, mengulas-ngulas putting susunya dan sesekali memutarinya</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ohhh, Pakkk… Ahhhh!!” Veily mendesah ketika merasakan mulut Pak Agung mencaplok kemudian menghisap lembut puncak payudaranya sebelah kanan mulut, gerakan mulut Pak Agung tampak seperti sedang mengunyah payudara Veily bergantian dari yang kanan ke yang kiri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sambil tersenyum pak Agung merebahkan tubuh Veily di meja, disibakkannya kedua kaki gadis itu agar mengangkang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“OHHHHH…!!!….” Veily bergidik ngeri menatap kemaluan Pak Agung, kalau soal panjang sih kurang lebih sama dengan panjang kemaluan Pak Dion namun yang mebuat Veily bergidik ngeri adalah bulatan batang kemaluan Pak Agung yang hampir dua kali lipat bulatan kemaluan Pak Dion,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhh….” punggung Veily sampai terangkat kemudian terhempas kembali ketika merasakan kepala penis Pak Agung mulai menekan berusaha membongkar jepitan vaginanya, agak lama juga Pak Agung berusaha</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“EENNNNHHHHH… AWWWWW….!! ” nafas Veily tertahan-tahan ketika kepala kemaluan Pak Agung tiba-tiba mencelat masuk.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ha HA Ha, Akhirnya masuk juga, hajar langsung..!! “</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ayo Pak Agung sodok yang kuat…!!”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dede dan Pak Ahmad menyemangati Pak Agung. Pak Agung menatap Veily yang tergolek tanpa daya sambil menatap padanya dengan pandangan mata yang memelas.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aduhh….Awwwww, Essshhhhhhhh, Owwwww.” Veily mengaduh ketika Pak Dede dan Pak Ahmad meremas-remas buah dadanya dengan kasar, kemudian mencubit kuat-kuat putting Veily sampai ia merintih-rintih kesakitan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hmmmmm… ” kening pak Agung berkerut setelah mencabut batang kemaluannya, Pak Agung meraih tubuh gadis itu kemudian diangkatnya tubuh Veily dengan hati-hati sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Yahhh, koq dibawa sihh…!!”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Lohhh mau ke mana Pak Agung…!!”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Mau keluar” Pak Agung menjawab singkat kemudian melangkahkan kakinya menjauhi ruangan kantor Pak Dion,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nahhh…” Pak Agung mendudukkan Veily disalah satu bangku panjang yang terbuat dari kayu, gadis itu menundukkan kepalanya ketika Pak Agung duduk di sebelahnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Cuphhhh….” dengan lembut Pak Agung mengecup pipi Veily, tangannya merayap ke arah selangkangan Veily kemudian berbisik di telinga gadis itu “Masih sakit ya ??”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Atau kamu cape?? ” dengan mesra Pak Agung memeluk tubuh Veily, entah kenapa Veily merasa mendapat perlindungan dari Pak Agung, kalau tidak dirinya pasti sudah dikerjai habis-habisan oleh Pak Dede dan Pak Ahmad, Veily terisak menangis dalam pelukan Pak Agung.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sudah.. , sudahh, cupphh, cuphhh…” Pak Agung menciumi kening Veily sambil membelai-belai punggung gadis itu dengan penuh perasaan, Veily memasrahkan dirinya dalam pelukan Pak Agung, ada rasa aman ketika Pak Agung yang tinggi dan berotot seperti Ade Rai itu memeluk mesra dirinya, tanpa terasa Veily tertidur dalam pelukan mesra Pak Agung, dengan lembut Pak Agung mengusap-ngusap rambut gadis itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berbeda dengan Veily nasib Anita lebih mengenaskan, dua batang penis berkali-kali ditancapkan dengan kasar oleh pemiliknya ke dalam lubang vagina dan lubang anus gadis itu, sementara buah dadanya menjadi mainan Pak Dede dan Pak Ahmad.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhh…, Ohhhhh, ampun Pak Aduhh Awwww…., jangan…!!” Anita meringis-ringis sambil berusaha menepiskan tangan Pak Dede dan Pak Ahmad yang menggerayangi payudaranya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ennnngghhh… Aduhhh…!! Crrrtt.. Crrrttttt….!! ” Anita merintih lirih.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tubuh gadis itu berkelojotan beberapa saat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“HA HA HA, Aduh !!! enak katanya …..” Pak Dede mengolok-olok Anita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Iya…, pengen terus dirojok…!! “Pak Ahmad ikut meledek sambil meremas induk payudara Anita kuat-kuat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ooo, begitu ya…, kayak gini? Hihhh….!! ” Pak Dion berkali-kali menyodokkan batang kemaluannya ke atas.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Bukan seperti itu Pak Dion, kayak gini baru benar…!! ” Pak Djono tidak mau kalah menggenjot kuat-kuat lubang anus Anita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dua batang kemaluan milik Pak Dion dan Pak Djono berlomba-lomba menusuk, menyodok dan menghajar lubang anus dan vagina gadis itu tanpa mempedulikan Anita yang mengerang-ngerang kesakitan, kedua lubangnya terasa panas akibat dikocok-kocok dengan kasar.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aowwwhhhh… Hekkkk….!!” kepala Anita terangkat ke atas ketika Pak Dion dan Pak Dede bersama-sama membenamkan batang kemaluannya,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Croooorrrrrttt….!! “</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kecroooottttt……”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gerakan-gerakan brutal itu mendadak berhenti,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Wahhh, sepertinya giliran kita nih…! ” Pak Dede menarik Anita, Pak Ahmad cuma tersenyum kemudian langsung bergabung dengan Pak Dede.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anita dipaksa menungging di atas lantai,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Emmmmm, Hemmmmhhh….” mulut Anita terisi penuh oleh batang kemaluan Pak Ahmad sementara Pak Dede tersenyum sambil menimbang-nimbang, lubang manakah yang sebaiknya disodok, anus atau vagina.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Lohhh, Pak Dede koq malah diam?? hemmp, Ahhhh, sedappnya…!!” tangan Pak Ahmad mendekap kepala Anita sambil memaju mundurkan batang penisnya keluar masuk kedalam mulut gadis itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ha Ha Ha, habis saya bingung mau yang mana?? soalnya dua-duanya tampak menggiurkan….tapi ya sudah saya pilih yang ini aja dechhh buat pemanasan” Pak Dede menggesekkan kepala kemaluannya pada belahan lubang vagina Anita kemudian dengan gerakan-gerakan menyentak ia membenamkan batang kemaluannya, kedua tangannya mencekal kedua pergelangan tangan Anita kemudian menarik tangan Anita kebelakang “Ayo, Pak Ahmad, biar saya bantu… biar Pak Ahmad lebih enak…”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hemmmppphh Hemmmmhhh, Emmmmmm” Anita mendelikkan matanya ketika lubang vaginanya disodok kuat-kuat oleh batang kemaluan Pak Dede, sedangkan kerongkongannya dirojok oleh batang kemaluan Pak Ahmad.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wajah Anita mengernyit-ngernyit, tampaknya ia sangat menderita, sementara kedua guru bejat itu malah terkekeh-kekeh keenakan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Anjinggg…!! Whuaduhhhhh….!! ” Pak Ahmad memaki sambil menarik batang kemaluannya darid alam mulut Anita, kemudian</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Plakkkkkk…..” Pak Ahmad menampar wajah Anita kemudian menjambak rambutnya, Anita hanya mengerang tak berdaya,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Lohhh ?? ada Apa Pak Ahmad ?? ” Pak Dede bertanya keheranan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Dia ngigit ****** saya…!! Sialan.. Plakkkk…!!!” Pak Ahmad kembali menampar wajah gadis itu kemudian menjambak-jambak rambut Anita.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Kurang ajar..!! Berdiri..!! ” Pak Dede mencabut batang kemaluannya kemudian memaksa Anita untuk berdiri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Ahmad mencekal dan mengangkat tungkai lutut kanan Anita sebelah bawah, kemudian “Jrebbbb Jrebbbb.. Jrebbbbbb…, berani kamu ya, Hihhh!! “</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Disodok-sodoknya lubang vagina Anita sekuat tenaga..</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“AWWWW….. AWWWWW…..” Anita menjerit panjang ketika merasakan lubang anusnya dipaksa menerima kehadiran batang kemaluan Pak Dede. Setelah membantu menopang tungkai lutut kanan Anita, pak Dede dan Pak Ahmad berlomba marathon merojok-rojokkan batang kemaluan mereka dengan kasar.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Murid seperti ini yang harus diajar adat, tidak menuruti nasehat gurunya !!”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sesekali Pak Dede menjambak rambut Anita sambil menggecakkan batang kemaluannya kuat-kuat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Betul Pak Dede.., Ayo kita kasih pelajaran murid sialan ini !! “Pak Ahmad menghantamkan batang kemaluannya kuat-kuat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ayo Pak Ahmad kita kocok yang kuat…” Pak Dede tambah liar.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aduhhh… Ahhhhh… Awwwww, ampun Pakkk ampunnnnn….” Anita mejerit-jerit kewalahan, tubuhnya terjepit tanpa daya di antara tubuh Pak Dede dan Pak Ahmad, Anita mengerang panjang kemudian terkulai jatuh tidak sadarkan diri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sementara di sebuah bangku kayu panjang, Veily membuka matanya ketika merasakan rasa geli di bibir vaginanya,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Emmmm…….” Tubuh gadis itu menggeliat lemah, setelah terbangun dari tidurnya tubuhnya terasa segar. Tangan Veily terjulur membelai lembut kepala Pak Agung yang sedang menjilati bibir vaginanya</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ehhh…, Maaf .., tidur kamu jadi terganggu ya ?? ” Pak Agung menengadahkan kepalanya ketika merasakan belaian Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Veily menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum sambil membuka kedua kakinya lebar-lebar</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ceglukk..! “Pak Agung menelan ludah, matanya menatap tajam pada belahan vagina Veily yang sedikit merekah, perlahan-lahan Pak Agung kembali menundukkan kepalanya dan mengencup belahan vagina Veily yang merekah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhhhh……… Pakkk, “Veily mendesah panjang ketika merasakan bibir vaginanya diemut oleh Pak Agung, berkali-kali tubuhnya menggelepar ketika mulut Pak Agung mencaploki vaginanya dengan lembut.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tangan Pak Agung menarik bibir vagina Veily kemudian melumat isinya. Cairan kewanitaan Veily semakin banyak meleleh membasahi lubang vaginanya, pak Agung mulai mengambil posisi sambil mengarahkan batang kemaluannya dan menggesek – gesek lubang vagina Veily yang sudah basah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Veily menahan nafas ketika merasakan kepala kemaluan Pak Agung mulai menekan dan berusaha membelah jepitan lubang vaginanya. Kepala Veily terangkat keatas, matanya mengerjap-ngerjap, bibir gadis itu sedikit terbuka merekah ketika perlahan-lahan kepala kemaluan Pak Agung mulai membelah dan menancap di vaginanya. “Haa, Emmmfffhhhh….</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">” Tiba-tiba tubuh Veily mengejang dan terkulai dengan nafasnya yang tersendat-sendat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Sakit ?? ” Pak Agung bertanya, ia membelai rambut Veily</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sambil tersenyum Veily menggelengkan kepalanya, walaupun vaginanya terasa seperti kram dan ngilu menerima kehadiran batang kemaluan Pak Agung, Veily ingin memberikan yang terbaik untuk Pak Agung.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tubuhnya menggeliat-geliat ketika Pak Agung membenamkan batang kemaluannya, sesekali Pak Agung menahan batang kemaluannya ketika Veily meringis, kemudian pelan-pelan ia kembali melanjutkan membenamkan batang kemaluannya sampai mentok, perlahan-lahan Pak Agung mengaduk-ngaduk vagina Veily dan menggecakkan batang kemaluannya mendesak-desak lubang vagina Veily yang sempit.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Perlahan-lahan Pak Agung mulai menarik dan membenamkan batang kemaluannya, berkali-kali Veily terperangah dan terperanjat keenakan ketika Pak Agung mulai menaikkan tempo genjotannya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Aaaahhhh….!! ” Veily menjerit keras kemudian</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Crrr.. Crrrrrr.. Crrrrrr, Ennhhh Pakkk…!!”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Agung menghentikan gerakannya membiarkan Veily meresapi kenikmatan puncak klimaks yang baru saja diraihnya, setelah itu barulah Pak Agung kembali menarik dan membenamkan penisnya berulang kali.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Cleppp.., Clepppp, Clepppp, Clepppp ” suara vagina Veily berdecakan menikmati sodokan-sodokan batang kemaluan Pak Agung yang semakin kuat menggenjot-genjot vaginanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Auhhhhh….!! Aaaaa…..Ennnakkkkk, Ahhhhhhhh, terus Pakkk” Veily kehilangan kendali dibawah genjotan-genjotan batang kemaluan Pak Agung.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“AHHHH, AHHHHHHHHHHH…!! Pak Agunggggg….. Ohhhhhh” Veily menggoyangkan pinggulnya menyambut datangnya klimaks.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Wahh…!? Veilyyyyyy, Ya Ampunnnn,!! enak banget….!! Aohhhhh!!” Pak Agung memanas-manasi Veily agar gadis itu lebih rajin menggoyangkan pinggulnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Agung mendekap pinggul Veily sambil menjatuhkan tubuhnya ke belakang, kini Veilylah yang memegang peranan penting dalam persetubuhan itu. Nafas Pak Agung terasa sesak ketika Veily mengibaskan rambutnya ke belakang, cantik sekali ketika gadis itu menatapnya sambil tersenyum malu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Agung tambah sesak nafas ketika Veily menundukkan wajahnya, tangan Pak Agung mengelus-ngelus pinggang dan pinggul Veily sambil membalas lumatan Veily dengan lembut. Veily menumpukan tangannya pada dada Pak Agung yang berotot kemudian sambil tersenyum ia menghempas-hempaskan vaginanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ahhhh.. Ahhhhh…. AHHHHH” desahan-desahan Veily terkadang terdengar keras ketika Pak Agung sesekali menghentakkan batang penisnya ke atas kuat-kuat menyambut hempasan vaginanya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mata Pak Agung menatap payudara Veily yang melompat-lompat dengan indah, kedua tangannya meremas payudara itu, kemudian mengelusi putingnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hssshhh Hsssssshhh Ahhhh Pakkk, Ohhhh enak sekali!! pakkk…Awwww… Awwwwwkkkssshh.” tangan Veily kini berpegangan pada tangan Pak Agung yang sedang meremasi induk payudaranya, hempasan vaginanya semakin lama semakin kuat dan cepat, berkali-kali Veily menjerit liar melampiaskan nafsu birahi yang meledak-ledak dengan hebat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Unnnnhhhh….!! Blukkkkkk…..” tubuh Veily tiba-tiba roboh sambil menggeliat-geliat “Crrrr Crrr….” Veily tersenyum puas, kedua matanya terpejam-pejam, vaginanya terasa berkedut-kedut memuntahkan cairan klimaksnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Agung berbisik lembut “Kita coba sambil berdiri ya….”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Veily mengangguk, gadis itu bangkit dari atas tubuh Pak Agung. Pak Agung memeluknya dari belakang, gadis itu kegelian ketika Pak Agung mencumbui tengkuknya, kemudian melakukan hisapan-hisapan lembut di lehernya. Veily membusungkan susunya ke depan sambil mengalungkan kedua tangannya ke belakang leher Pak Agung ketika merasakan telapak tangan pria itu mengusapi bulatan susunya sebelah bawah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Lembut sekali…indah, Hemmmmm…” Pak Agung menggerayangi buah dada Veily sambil berkali-kali memuji keindahan dan kemulusan payudaranya yang sedang kenyal-kenyalnya akibat dirangsang oleh Pak Agung. Dijepitnya putting Veily kemudian dipilin-pilinnya dengan lembut, terkadang tangannya menggoyang-goyangkan bongkahan dada Veily.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Veily, Bapak pengen nyodomi kamu ya..” Pak Agung meminta dengan sopan</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Veily terdiam agaknya ia ragu-ragu, namun kemudian mengangguk pasrah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nungging sayang, nahhhh….” Pak Agung meminta agar Veily bersedia menunggingkan bokongnya, tangan Pak Agung menekan buah pantat Veily sampai anus gadis itu terekspose dengan jelas.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Haaaaaaaa…..” Veily menarik nafas panjang merasakan desakan kuat di lubang anusnya, kening gadis itu berkerut sedangkan mulutnya membentuk huruf “O”, tubuhnya berkali-kali terdorong ketika Pak Agung menghentakkan kepala kemaluannya berusaha melakukan penetrasi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“ARRRRRWWWHHHHH……!! “gadis itu menjerit keras ketika satu tusukan yang kuat tiba-tiba memaksa lubang anusnya untuk merekah, kemudian kemaluan Pak Agung menyodok pintu duburnya dengan sentakan-sentakan yang kuat.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Agung menahan pinggul Veily yang hendak melarikan diri, leher penisnya tertancap mengait lubang anus Veily yang merekah dan berkedut-kedut kuat mencengkram leher kemaluan Pak Agung. Lutut Veily goyah, perlahan-lahan, tubuh gadis itu melorot turun dan bersujud dengan posisi kedua lututnya yang sedikit mengangkang, Pak Agung ikut turun bersujud di belakang tubuhnya. Tangan Pak Agung yang kekar dan berotot membelit tubuh Veily dan memeluk erat-erat tubuh gadis itu, Pak Agung mendesakkan batang kemaluannya,</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sampai selangkangannya menyatu erat dengan buah pantat Veily yang bulat padat dan terasa halus ketika bergesekan dengan selangkangan dan perut Pak Agung yang berotot. Veily menolehkan kepalanya menyambut datangnya bibir Pak Agung yang melumat bibirnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hmmmfffhhhh… Mmmmmmhhhh…., Mmmm” bibir Pak Agung melumat-lumat bibirnya sementara kedua tangan Pak Agung merayap ke depan mengelus lembut puncak payudaranya kemudian meremas-remas gundukan buah dadanya. Pada saat yang bersamaan Pak Agung memompakan batang kemaluannya keluar masuk menyodok-nyodok lubang anusnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Unngghh, Unnnggghhh, Unnnnnnnhhhh….!! ”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berulang kali Veily mengeluh ketika merasakan sodokan-sodokan Pak Agung yang semakin lama semakin keras dan kencang merojok-rojok lubang anusnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Plokkk.. Plokkkk… Plokkkkk.. Plokkkk……”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suara hantaman selangkangan Pak Agung ketika membentur pantat gadis itu, Entah kenapa Veily malah rela biarpun lubang anusnya terasa sakit ketika disodok-sodok kuat oleh Pak Agung, sambil menggeliat-geliat perlahan-lahan Veily mengalungkan kedua tangannya ke belakang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Hemmmm, He he he he….” Pak Agung semakin betah meremas-remas buah dada yang sengaja dibusungkan oleh pemiliknya, begitu kenyal, halus, putih dan lembut. Sesekali Pak Agung mencium gemas pipi Veily kemudian mengecupi dan mencumbui lehernya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Enn Ngaaahhhhhhhhhhh…..!! Crrr Crrrr Crrrrr”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“WHOWWW… Kecroootttt… Crooootttttt…..”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Gadis itu menyandarkan kepalanya ke belakang, entah kenapa Veily tidak merasa seperti sedang diperkosa oleh Pak Agung. Mungkin karena Pak Agung begitu baik dan perhatian??? Tubuh Pak Agung yang tinggi besar dan berotot seperti Ade Rai tidak dapat menyembunyikan hati Pak Agung yang lembut.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pak Dion mengangkat Hpnya</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Haloo, Oohhh kamu ?? gimana ??”</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ha Ha Ha…bagus-bagus…., rencana yang bagus ” Pak Dion terkekeh sambil membayangkan santapan lezat selanjutnya.</span><br />
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-11317898617373478072012-09-02T00:53:00.005-07:002012-12-19T22:42:09.802-08:00BIRAHI SEKS ISTRI USTADZ<span style="background-color: white;"><br />
</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCFtCso7wMLHgqjqYEEaGydi40Nc9pAJw3n6skQz2iuUhAhFSMmKpFms1gI77m2QVaLQ-hi9LYtg9qwS1cxoDkTB-NWBpMt0h6l5MrKuFxVQcQBJiqM36PCbKga_0xY-3sBBVtLBYp7LfX/s1600/559321_261351860640292_1959933458_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="background-color: white;"><img border="0" height="287" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCFtCso7wMLHgqjqYEEaGydi40Nc9pAJw3n6skQz2iuUhAhFSMmKpFms1gI77m2QVaLQ-hi9LYtg9qwS1cxoDkTB-NWBpMt0h6l5MrKuFxVQcQBJiqM36PCbKga_0xY-3sBBVtLBYp7LfX/s320/559321_261351860640292_1959933458_n.jpg" width="320" /></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Aku dikenal sebagai
istri seorang ustad. Usiaku 37, waktu menikah dengan pak ustad umurku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">masih 15 thn. Anakku 2
orang, laki dan perempuaan. Aku rajin merawat tubuhku, dengan tinggi 168 cm
serta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">dikarunia kulit putih,
banyak orang yang menyangka bahwa usiaku masih relatif muda. Yah...diusia ini
cobaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">datang menerpa,
suamiku terserang penyakit paru2 yang menyebabkan separuh paru2 tdk bekerja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Akibatnya setiap kami
berhubungan intim aku tidak mendapatkan orgasme. Setiap hari aku merindukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">datangnya orgasme, hal
itu membuat birahiku meninggi segala cara kutempuh agar mendapatkan hal yang kurindukan.
Tapi apa daya, kenikmatan yang ku peroleh jauh berkurang. Melampiaskan
frustasiku aku jadi lebih merawat diriku, setiap hari aku luluran dan merawat
kewanitaanku denga jamu2an tradisional. tak lupa selembar sirih selalu
kuusapkan pada bagian kewanitaanku. Kemana aku pergi aku selalu memakai jilbab
dan jubah sebagai simbol bahwa aku wanita muslimah. Aku aktif disetiap kegiatan
pengajian dikampung hingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">tingkat kelurahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Seperti malam yang
biasanya, aku meladeni suami tercinta, setelah kami melakukan sholat tahajud
suamiku membuka mukenah putih yang biasa kupakai. Setelah mukena dilucuti aku
hanya mengenakan bh saja,tanganku pun menggapai sarung suamiku. Kurasakan otot
itu semakin membesar dengan telaten kukulum kontol suamiku. “ssshhhhh....sayang
anget, sayang” desah suamiku, aku pun semakin bersemangat, kujilat bijinya
hingga sampai ujung anusnya. Dan suamiku menarik tubuhhku ke ranjang kami. Dengan
lembut, kumisnya menjelajah ke payudaraku yang berukuran 34D,
“Ah.....pa......aku geli” segera tangannya menelusup diantara kedua pahaku,
diusapkan tangannya ke vagina dan kelentitku. Birahiku menjadi semakin
meninggi, badanku menggigil menerima deraan birahi. Disaat lendirku mulai
membanjiri liangku, suamiku menurunkan wajahnya menyusuri perutku dan turun
menjilati kelentitku. Ribuan volt seakan melewati kelentitku dan merambah
setiap inci bagian tubuhku. Aku meremas sprei, kepala mendongak menyambut
kenikmatan itu, suamiku bersimpuh tepat ditengah selangkanganku. Berlahan ia
mendorong kontolnya memasuki vaginaku, ukuran penisnya memang standart, tp krn
aku rajin senam otot2 kewanitaanku menjadi sempit, kurasakan kepala kontolnya
mulai memenuhi liangku, berlahan semua batang kontol itu masuk mentok ke dalam
liangku. Begitu mentok, ditariknya lembut keluar, membuat tubuhku beringsut dan
melengkung mengejar kenikmatan itu.begitu berulang selama 1 menit berlalu .”Ah....mama...kok
udah keluar banyak?” tanya suamiku”papa.....puasin aku pa” rengekku. Cairan
cintaku semakin menjadi birahiku meninggi, tapi tiba....aku merasakan kedutan
dan cairan panas memenuhi ronggaku, lalu suamiku ambruk diatas
badanku.”ahhhhh...ma...aku nyampek” kegesekkan pantatku agar kontolnya tetap
menggesek liangku. Tapi apa lancur, kontolnya semakin mengkerut dan “plop”
cairan sperma meleleh keluar dari vaginaku. “ Mama udah nyampek?” aku hanya
mengangguk kecil, suamiku tersenyum dan memindah badannya kemudian tak lama
terdengar dengkuran. Aku seolah masih tak percaya, aku belum merasakan apa2,
birahiku masih terasa ditubuhku. Masih kurasakan gatalnya liang vaginaku
merambat sampe pangkal pahaku. Kugosok labia mayoraku untuk mengurangi rasa
gatalnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Aku pun bangkit dan
kekamar mandi, kuambil sabun untuk mencuci kemaluanku. Tampak kelentitku masih mengeras,
aku iseng lalu kugosok memutar, rasa licin dari sabun melancarkan jariku,
rasanya badanku semakin merinding, aku duduk dan bersandar ditoilet. Kakiku
kubuka lebar, aku membayangkan suamiku mengusap2 kemaluanku. Kumasukan 1 jariku
kedalam vaginaku, aku menemukan rangsangan yang luar biasa setiap kali jariku
keluar masuk kevaginaku, kumasukkan lagi jariku. Dengan dua jari aku menggosok2
vaginaku kearah bukit kemaluan, badanku bergetar menahan rasa ingin kencing,
dan ketika jariku semakin cepat nafasku mulai tersenggal2, tiba2 bak tersengat
listrik badanku menegang dan tanganku terjepit oleh kedua pahaku.
“arrgggghhhh...” aku mengerang menyambut kedutan2 dipangkal kemaluanku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Setelah mereda kucabut
jariku dari kemaluanku, tampak genangan kuning terlihat dilantai kamar mandiku.
Keringatku bercucuran kuseka dengan handuk, akupun mencuci mukaku dan kembali
ke tempat tidur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ditempat tidur pun aku
tidak sanggup memejamkan mataku. Aku memutuskan mengambil minuman didapur. Rumahku
yang besar ini tampak sepi, anak2ku masuk ke ponpes semua. Aku tinggal ditemani
oleh pembantu dari madura, namanya cici. Wajahnya sih biasa2 saja cm bodynya
bahenol, dia lebih suka memakai krudung daripada jilbab kurung seperti biasa ku
pakai. Malam itu kulihat lampu garasi sudah dimatikan, kulihat pintu kamar cici
masih terkunci. Sayup2 aku mendengar erangan cici, dengan mengendap2 ku dekati
jendela nakonya yang terbuka. Dengan hati2 tanganku mulai menyibak
kelambu.”degh...” aku seolah tak percaya, ternyata cici sedang bermain sek
dengan narto tukang becak diujung jalan. Tampak cici mngambil posisi dogy style,
payudaranya tampak mengantung bulat dan putingnya mengacung kebawah. Sentakan
Narto dipantatnya membuat cici bergoyang2 ke dua susunya berputar kencang,
tmpak satu jari narto masuk kedalam anus cici. “Plak, plak.....suara benturan
paha narto dengan pantat cici.”Ahhhhh....mas aku mau nyampe” cici tersungkur
diranjangnya, tangannya menarik sprei dan nafasnya menderu2. Narto semakin mempercepat
sodokkannya. Aku tanpa sadar mulai mengusap kemaluaanku dibalik kimonoku.
“masssssss cici nggak kuat.....” tiba2 cici membuang pantatnya kesamping
sehingga kontol narto yang belepotan peju terlepas,” hei....dasar wanita
nakal....makan nih kontol” dijambaknya rambut cici dimasukkan kontolnya kedalam
mulut cici. Dengan telaten cici mulai mengulum kontol narto “mmmmm...mas nakal”
narto menempati posisi ditengah selangkangan cici. Dengan tanganya memegang
kontol ditempelkan kontol besar dengan ujung jamur itu ke kelentit cici.
“auhhhh...geli mas>>>aku ngak tahan....” “ ngak tahan apa, CI?” narto semakin
cepat menggosokan kontolnya, aku tanpa sadar meraba puting susuku melihat cici
bak tersetrum listrik. Tubuhnya kelojotan sehingga spreinya semakin
berantakkan.”Masss....masukin....””bilang kamu mau kontolku” bentak narto
sambil memelintir susu cici”Iya mas...aku mau kontol....” akhirnya jamur itu menerobos
masuk ke liang cici, tampak cici mengangkat pahanya tinggi2 sehingga aku bisa
melihat kontol yang terjepit rapat oleh vagina cici. Tiap kali keluar vagina,
tampak labia mayora cici menempel kekontolnya narto. Kedua susunya bergoyang2
dan cici menggigit bibirnya. Memekku semakin basah, birahiku semakin meninggi.
Tanpa sadar tanganku mulai menggosoki kemaluan dan susuku. Rasa hangat menerpa
tubuhku kepalaku seolah berputar. Sekarang kedua tangan narto mulai mencengkram
payudara cici dan memlintir putingnya. Sekali2 tangan itu pindah menggosok
klitoris cici, tampak klitoris itu smakin membengkak dan memerah. “uhhhhhh
mas...aku ngak tahan mas” ceracau cici tiap kali narto menggosokkan
klitorisnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Aku Cuma bisa
mengambil nafas pendek sambil memutar2 klitorisku. Tak lama kemudiaan cici
mulai menggeram “ mas aku mau nyampe”,” barengan ci....” cici mengelinjang
keras pantatnya bergerak kesamping tapi kali ini narto sigap. Di cengkramnya
bokong cici dengan satu tangan sambil mengejan masih sempat tangan kanannya
menarik kelentit cici dengan keras dan panjang.
“serrrrrr....ahhhhhh..........duhhhhhh enak’eeee” cici menyemprotkan pipisnya
yg tumpah di paha narto, tanpa jijik narto menjilati tangannya yang belepotan dengan
pipis ” sedap, ci......wangi “ muka cici tampak memerah. Aku tanpa terasa
kembali dilanda orgasme kembali kujepit tanganku dengan pahaku. Kutahan suara
teriakkanku walaupun sebenarnya aku ingin berteriak.untuk kedua kalinya aku
lemas dengan menyeret langkahku aku kembali mengambil minuman dikulkas. Sambil bersandar
lemas dikursi meja makan......... Oh...orgasme aku rindu....pikiranku
berkecamuk ingin rasanya aku berselingkuh..... Sayup2 terdengar adzan subuh,
aku bergegas mengamil mukena dan membangunkan suami tercinta. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Aku bersama suamiku
pergi ke masjid, kulihat kamar cici waktu aku melewati garasi. Lampunya tampak
padam, aku pun pergi ke masjid melalui pintu garasi. Saat dijalan tidak kulihat
becak narto mungkin dia sudah pergi. Setelah mengalami berbagai hal yang
mendebarkan aku menjadi amat lelah, badanku menjadi meriang.” Ma.....badan kamu
kok anget?” kata suamiku sambil meraba keningku. Aku hanya tersenyum”Mama
istirahat aja, aku ada perlu pagi ini. Mungkin entar sampai sore” aku hanya
mengangguk kecil. Lalu setelah sekian lama aku tertidur aku dibangunkan oleh
adzan ashar, bergegas aku melangkah ke kamar mandi. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Aku ingat aku belum
sholat dhuhur, setelah aku mandi aku tergesa2 memakai mukenaku, tanpa memakai
dalaman. Setelah aku menunaikan sholat aku berdiri didepan cermin, ku buka mukena
atasku. Aku pun melihat rambutku tergerai sepundak, urat2 hijau menjalar dari
leher hingga dadaku. Terpampang tubuhku bugil, kuamati kedua bongkah payudaraku
yang msh membulat dengan puting yang mengacung. Puting2 itu telah membesar krn
aku memberikan asi pada dua anak2ku. Kulihat kulitku yang putih mulai memerah karena
dingin, aku mengelus lembut kedua payudaraku. Masih teringat adegan panas cici
tadi malam. Wajahku mulai memanas diterpa birahi, kudongakkan wajah tiap kali
aku menarik puting2ku. Bagian bawahku mulai terasa lembab, aku mulai duduk
ditepi ranjang. Kutarik mukenaku keatas, kubuka lebar kedua pahaku. Aku mulai mengelus
kelentitku, berlahan rasa geli mulai menjalar memasuki dadaku. Listrik birahi
itu mulai merambat kepunggungku dan tulangku merambatkan strom ke tengkukku
sehingga merinding. Kutundukkan kepalaku untuk melihat kewanitaanku yang mulai
basah. Aku semakin terangsang melihat sebagian lendirku tampak berkilat2 membasahi
sebagian kewanitaanku. Berlahan kuturunkan jari2ku kearah lubang vaginaku,
kudapati daging kecil di dekat bibir vaginaku. Aku mulai merasakan daging itu
semakin mengeras, aku pun roboh diranjangku. Aku membuka lebar2 pahaku dan
mulai mengangkat tinggi2 pantatku. Semakin lama gelombang birahi yang kumainkan
semakin meninggi, akupun semakin begelinjang2 mengikuti irama jariku dalam
vagianaku, tak ketinggalan putingku juga kumainkan. Rasa ingin pipis menyerang
kemaluanku rasanya aku tidak mampu lagi menahannya, tiba”srrrrttttt....ahhhhhhhhhh”
keluarlah maniku membasahi mukena dan spreiku. Aku menikmati detik2 orgasmeku,
nafasku tersenggal2 kurasakan jari2ku diurut oleh vaginaku. Aku terdiam untuk beberapa
saat, sampai aku mendengar ada langkah kaki mendekat, aku pun bergegas bangun
dan menutup pintu. Sambil kutengok sekelebat bayangan tampak menuruni tangga,
kukira itu adalah cici. Aku turun dari tangga dan menuju dapur, kudapati dapur
dalam keadaan kosong.”Ci...cici...” kupanggil cic i”ya...nya...ada apa?” tampak
cici masih mengenakan balutan handuk dikepala. “ kamu tadi bersih2 dikamar
atas?” “blom, nya....rencana nanti setelah magrib” aku terhenyak memikirkan
bayangan tadi.”oh...ya,nya. Itu Den rendy lg nunggu bapak dari tadi” randy
adalah tetanggaku yang sering konsultasi ke suamiku perihal agama. Umurnya 33
tahun dia sering memanggilku mbak, kupikir karena usia kami tidak terpaut jauh.
Sosoknya yang ganteng didukung bodinya yang tegap berotot menjadikan randy
sebagai buah bibir dari ibu2 komplekku. Banyak diantara mereka yang menjodohkan
anaknya sama rendy, entah kenapa dia selalu menolak. Pekerjaannya di bank juga
sudah cukup mapan. Aku berjalan kedepan menemui rendy, kulihat dia lagi melihat
hpnya”assalamualaikum.....” aku mengucapkan salam”walaikum salam....ehh...mbak.
katanya cici mbak dewi lagi sakit?” kulihat rendy menjadi salah tingkah.”udah
baikan....thank ya”aku duduk didepan rendy”kamu ada perlu sama pak ustad,
Ren””iya mbak””mungkin bentar lagi beliau datang” lalu terdengar bunyi klakson,
akupun segera keluar membuka pintu.”assalammualaikum, ma” aku mencium tanggan
suamiku.”Itu pa, ada yang nunggu””sapa””rendy” suamiku bergegas ke ruang tamu,
akupun pergi menyiapkan makanan. “Ma...aku pamit keluar sama rendy” aku
bergegas ke depan, rendy tersenyum menundukkan kepalanya,”pamit dulu, mbak”.
”iya ati2 dijalan”,”assalamualaikum, ma...”. mereka pun dengan berboncengan
meninggalkan rumah. Aku melihat ada hp yang tergeletak disofa, kupegang hp itu
ternyata itu hp rendy, aku berniat untuk meletakkan diatas meja. Tanpa sengaja
aku melihat ada foto wanitadi hp itu, Kuurungkan niatku untu me<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">naruh hp itu. Kubuka
hp itu dan kudapati gambar wanita itu, semakin kubuka aku semakin terkejut. Ada
beberapa foto diriku dalam setiap kegiatan yang aku ikuti, aku semakin
berdebar2 melihat kedalam hp rendy. Sampai pada gambar aku melakukan
masturbasi, aku menggigil sendiri. Rasa maluku membuat aku ingin membanting hp
tersebut, kuurungkan niatku dan aku mengambil hp kuletakkan disaku dasterku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Hp rendy berdering”Halo,
mbak dewi....hpku ketinggalan di sana?”,”iya, dek rendy aku pingin ngobrol sehubungan
dengan isi hpmu”aku berkata dengan perasaan marah .”Maafkan aku mbak, besok
kita bicarakan”.”baik mbak tunggu” aku menutup pembicaraan. Sungguh aku menjadi
marah, bingung dan resah bagaimana mungkin rendy mengetahui semua itu. Aku
berfikir nanti klu rendy menyebarkan fotoku atau tidak sengaja membicarakan hal
itu, tentu akan menjadi aib keluargaku. Semalam aku kembali tidak bisa memejamkan
mata. Aku menyesali kenikmatan sesaat itu. Tit.....tit..tit....hp rendy
menerima sms, kubuka sms itu ternyata dari rendy. “mbak aku dengan sebenar2nya
minta maaf, pabila perbuatanku telah lancing membuat mbak jadi marah.” Begitu
sms yang kutrima, aku malas membalas sms itu. Aku tertidur sampe paginya.
Pagi itu seusai menunaikan sholat subuh, aku melakukan aktifitas memasak
sarapan untuk suamiku. “Ma.....mama...aku ada berita baik” suamiku datang
dengan senyum mengembang.”aku tadi ditelepon oleh temenku Soleh, yang punya
pesantren itu, ma. Katanya aku suruh bantu2 di pesantren krn pak mentri mau datang
ke pesantren”, “kapan berangkatnya, pa?” aku cemas suamiku bakal lama tinggal
dipesantren.”Hari ini juga,Aku mungkin seminggu disana, ma” kecemasanku semakin
menjadi2. Dengan berat hati aku melepaskan kepergian suamiku. Setelah suamiku
pergi aku teringat akan rendy, aku sungguh tidak ingin rendy kerumah. Kutelepon
no hpnya dengan menggunakan hp nya yang ketinggalan, cm nada panggil yang kudengar.
Kesal juga rasanya, aku memutuskan untuk menunggunya. Seharian kutunggu tidak Nampak
batang hidungnya, sampe malam pun aku lelah menunggu akhirnya aku putuskan
untuk sholat tahajud setelah kuapastikan bahwa rumah dalam keadaan terkunci.
Aku kembali tertidur setelah sholat tahajud.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Pagi harinya aku
menelepon hp rendy, sama seperti kemarin dia tidak menjawab panggilanku.
Penasaran aku pergi kerumah rendy, saat kutanyakan mama nya, mamanya menjawab
klu rendy 2hari ini belum pulang karena tugas kantornya. Aku kembali dan merasa
lega, sekembalinya dirumah aku merasa demam dan tidak enak badan. Pikiran
gambar pornoku di hp rendy benar2 mempengaruhi moodku. Malam hari dengan
ditemani cici aku tidur2an diruang tv. Aku mengenakan balutan jubah agar dapat
mengusir rasa dingin. Untuk sesaat aku terlena dalam mimpi. Dalam mimpiku aku
mendapati suamiku telah pulang. Suamiku datang dan tanpa salam mengulum lembut
bibirku rasa rindu yang menyerang membuatku semakin agresif. Kuladeni belitan lidah
suamiku, aku semakin terlena dengan permainannya manakala tangannya turun dan
membelai susuku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ditariknya putingku
yang menyebabkan aku mendesah. Lidahnya turun menyusuri setiap jengkal leherku akupun
semakin memeluk kepala suamiku, disaat lidahnya memainkan putingku dan giginya
menarik lembut putingku”sssshhhhhhhh....papa.......” suamiku hanya mendongakkan
kepalanya dan menatapku kembali bibirnya memangut bibirku. Kudapaati area
wanitaku semakin basah, diturunkan tangan kasar suamiku kearah memekku. Ketika
jarinya mengusap kelentitku aku mulai melengkungkan tubuhku, rasanya juataan volt
listrik menyetrum semau tubuhku. Kemudian kepala suamiku berlahan menyusuri
perutku, dengan lidahnya suamiku mengaduk2 pusarku, aku menggelinjang2
kegilian. Kuremas dan kujambak rambut suamiku, berlahan lidahnya menyusuri
perutku turun kepahaku menjilati bagiaan dalam kewanitaan. Labia mayoraku ditarik
dan kelentitku menikmati sapuan lidahnya. Ohh......aku menjadi tersadar
bukankah suamiku tidak melakukan oral sek selama kami menikah, aku menjadi
sadar bahwa aku bermimpi. Rasa dan jilatan dikemaluanku begitu nyata aku segera
membuka mataku.”atafirrullah, rendy...!” aku terkejut bahwa yang menggauliku
ternyata rendy. Aku menjadi panik kudapati tubuhku telah separuh bugil,
kusilangkan tanganku untuk menutupi susu dan kemaluanku. Kudapati matahari pagi
memasuki rumahku, aku telah tertidur lama. “tenang mbak, cici telah pergi
belanja”ujar rendy sambil tangannya kembali memeluk tubuhku, diturunkannya kepalanya
menciumi setiap inchi payudaraku. Aaku yang sudah sangat basah benar dikuasai
nafsuku, hanya kebangaan sebagai ustadzah masih menyisakan perlawanan terhadap
rendy. Tangannya yang terjepit diantara pahaku mulaii mengorek2 kemaluaanku,
terpaan birahi yang tidak terhindarkan datang. Secara berlahan perlawanan
pahaku mulai mengendur, dan rendy tau itu. Dimasukkan jari2nya kedalam
vaginaku, kini jari2 itu mulai mengaduk2 semua rongga vaginaku. Disaat semua
gairah itu meresap kedalam pembuluh darahku tiba2, ting...tong...assalamualikum.......belku
berbunyi. Aku melompat bersamaan rendy juga terkejut melompat kebelakang.
Kulihat dari ruang tamu, ada jamaah ibu2 berdiri di depan pagarku. Aku segera
merapikan pakaianku. Dengan tergesa kukenakan jilbab secara sembarangan”maaf...ibu2
saya baru bangun....silakan masuk” akupun bergegas masuk kamarku tak lagi
kulihat rendy ada di ruang tv. Setelah mencuci muka aku segera menemui ibu2
pengajian. Rupanya si cici menyebarkan kabar klu aku sakit kemudian ibu secara
berkelompok datang ke tempatku. Kulihat sekelebat bayangan rendy ada diatas, mungkin
dia berusaha menggambil hpnya tapi hp itu kupegang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Pagi itu ibu2
berinisiatif mengantarkan aku kedokter, setelah menunggu cici aku pun bergegas
keatas untuk mengganti pakaian. Kusangka rendy akan menungguku ternyata, dia
sudah pergi. Aku pun ke dokter dengan perasaan tenang. Pulang berobat aku
menyuruh cici agar selalu menemani aku, aku tidak ingin kecolongan lagi. Bahkan
aku memakai celana jin didalam jubahku. 3 hari telah berlalu ,tiba2 aku
didatangi oleh rendy, kutrima ia di ruang tamu.”plak...”aku menampar keras
pipinya hingga tanganku kesemutan.”rendy kamu udah melampaui batas kesusilaan”
aku membentak dia, rendy hanya bisa menunduk.” Apakah kau berniat menghancurkan
rumah tanggaku?”.”Mbak dengarkan aku” rendy berlutut didepanku, aku pun
mendudukan diriku disofa.”sudah lama aku mencintaimu, mbak” kata2 rendy benar2
mengejutkan aku.”aku bersedia menuruti apa syarat dr, mbak”tampak matanya
sebab, aku percaya akan ketulusan dirinya.”aku hanya ingin dek rendy menghapus
foto2 dan melupakan kejadiaan yg kita alami”.”baik mbak, untuk hpku biarlah
mbak dewi simpan. Aku hanya akan mengambil sim cardnya” kuulurkan hp ketangan
rendy, dengan cepat dibongkarnya hp tersebut. Lalu hp itu sudah berpindah
tangan kediriku, dengan senyum yang dipaksakan rendy pun pamit. Tak terasa
waktu sudah berjalan bulan, aku tak pernah sekalipun melihat rendy. Pernah aku
bertanya pada mamanya, katanya sekarang dia kos agar dekat dengan kantor.
Suamiku juga lagi sibuk mengurus pesantren, dengan limpahan materi yang ada
tidak juga menutup kebutuhan sekku. Tiap hari aku beronani, klo malam aku
menonton cici dengan narto. Aku benar2 kesepian ditengah rahmat yang kutrima.
Kondisi suamiku yang kepayahan sering kali menjadi kendala kami untuk bercinta.
Pagi itu selepas mengantar suamiku berangkat, aku menerima telepon.”Halo
assalamualiakum betul ini sy bicarakan dengan mbak dewi?” terdengar nada
seorang laki diseberang telpon.”wa alaikum salam, benar sy dewi, sy bicara
dengan siapa?” aku benar2 tdk mengenali suaranya. “ saya anton, mbak. Saya
temennya rendy, bisa kita bertemu? Saya sdh ada dikomplek mbak.” Deg, hatiku
bergetar begitu nama rendy disebutkan “i...iya ndak papa, saya ada dirumah kok”
aku sedikit gugup. “ baik mbak saya akan segera datang, assalamualaikum” anton
menyudahi pembicaraannya “ wa alaikum salam” aku hanya bisa termangun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Tak lama kemudian ada
mobil sedan berhenti di depan rumahku, sesosok pemuda seumuran rendy turun dr mobil.”assalamualikum.....”,
“Waalikum salam.....” aku membalas salamnya. “saya anton, mbak” ujarnya”Dewi”
aku membalas uluran tangannya dengan hanya meletakan tanganku didadaku. “ada
perlu apa, dek anton? Maaf saya tidak bisa terima tamu lama2 suami saya tidak
ada dirumah” aku member penegasan agar anton segera memberi kabar tentang
rendy.”langsung aja, mbak. Kedatanganku kesini untuk mengabarkan klu sudah
seminggu ini rendy sakit. Sakitnya semakin parah karena semua makanan tidak dapat
dimakan. Tiap hari ia hanya menyebut nama mbak dewi. Akhirnya kuputuskan untuk
menemui mbak dewi”Aku menghela nafas panjang mendengar ceritanya”lalu apa yang
bisa kulakukan? Aku juga bukan seorang dokter?”.”setidaknya jenguklah dia,
mbak” aku bingung harus bagaimana.”klu mbak masih bingung aku bisa meninggalkan
alamat kontrakan kami” tak lama ia menyodorkan secarik kertas berisi
alamat.”aku pamit dulu, mbak. Assalamuaikum” “wa alikum salam” aku hanya bisa memandangi
kepergian anto dari ruang tamuku. Tak lama berselang aku menjadi gundah antara
rasa kasihan dan gengsi akhirnya aku memutuskan untuk pergi kealamat kontrakan
rendy. Dengan menaiki taksi dan sengaja aku memakai cadar agar tidak dikenali
orang akupun meluncur ke alamat tersebut. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Aku telah tiba disalah
satu perumahan elit yang ada dikotaku, didepan pintu gerbang aku segera
memencet bel. Tak lama kemudian tampak anton membukakan pintu gerbang. Rupanya
ia sudah mengenali aku walaupun mukaku tertutup cadar.”assalamualikum” ”wa
alaikumsalam. Mari masuk, mbak. Wah mbak tampak cantik walau pake
cadar.””terimakasih” jawabku singkat sambil aku bergegas masuk krn aku kuatir
ada orang yang melihat. Di ruang tamu yang mewah itu aku dipersilahkan dulu
oleh anton, dia pamit untuk mengabari rendy. “Maaf, mbak. Sebelumnya aku minta
maaf, rendy tidak bisa bangun, bagaimana kalau mbak menjenguk rendy dikamarnya”
aku termenung sejenak, sebenarnya berat juga untuk melangkah tetapi sudah
kepalang basah. Akhirnya aku memilih untuk menengok rendy dikamarnya. Waktu
pertama aku kekamarnya kulihat betapa nyaman kamarnya, bersih dan besar.
Kulihat diranjang rendy tergolek dengan muka pucat ”Assalamualikum, dek rendy”.
Rendy memalingkan mukanya menghadapku”walaikum salam” jawabnya bergetar. Aku
hanya berdiri mematung melihat keadaan rendy. Tak lama anton datang membawakan
minuman dan menggeser sofa agar aku bisa duduk disamping ranjang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Aku dipersilahkan minum”Minum
dulu mbak,aku permisi dulu ada keperluan”,”iya dek makasih” aku meminum minuman
yang disusuhkan lalu anton pergi keluar tak lama kemudian deru mobil
meninggalkan rumah. Kini aku sendiri bersama rendy, sampai saat ini aku tidak
menyadari ada keinginan lain dari rendy.”dek kamu kok bis gini?” tanyaku ke
rendy.” Aku mencintaimu mbak. Siang malam aku memikirkanmu”. “Kau tahu bahwa
itu tidak mungkin terjadi”aku bergetar seolah tubuhku mulai dirambati panas
entah dari mana. “aku tahu mbak, maafkan aku” tangan rendy sudah memegang
tanganku dengan erat.”Ijinkan aku hanya mencium tanganmu,mbak” krn rasa iba
kuijinkan rendy menciumi tanganku. rendy mencium punggung tanganku dengan
lembut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ciuman di punggung
tangan ku yang juga disertai kecupan kemudian jilatan lidah oleh rendy semakin merembet
seiring dengan rembetan syahwat birahiku. Bibir rendy mulai mengulum jari-jari
lentik ku. Amppuunn… aku tersadar diantara birahiku, ternyata minuman itu telah
dicampur oleh obat perangsang Perasaan ku menjadi merinding dan berdesir,
tiba-tiba kini datang sebuah sensasi lain yang bertolak belakang terasa sedang
merambati sanubariku, demikian angin lembut membisik di telingaku. Sensasi itu
berupa energy yang menggelitik dan membangunkan saraf-saraf libidoku. Sebuah
rangkaian isyarat dari libidonya yang membangkitkan hasrat birahi. Kuluman dan
jilatan bibir dan lidah rend langsung menerpa syahwatnya. Aku merasa seakan
dibanting dan kemudian dilemparkan ke orbit nikmat syahwat yang tak bisa
diucapkan dalam kata.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Bibir dan lidah kasar rendy
yang mengulum dan mejilati jari-jariku membuat aku terbangkit dari lumpuhku. Tubuh
dan jiwa ku disentak-sentakkan untuk menerima sebuah nalar baru. Seakan
bertekuk lutut pada apa yang tak mampu aku hindarkan. Aku mendesah dan melenguh
panjang, aku telah tenggelam dalam hasrat seksual yang sangat tinggi. Sesudah
tak terjamah oleh lelaki selama 1 bulan dan karena pengaruh obat perangsang aku
begitu ingin dipuasi.. Rendy sepertinya tanggap pada apa yang kini menyergap
diriku. Rendy mulai menindih tubuhku untuk kemudian mendekatkan wajahnya ke
wajah ku. Disingkapkan cadarku tanpa melepaskan jilbabku Bibir rendy dengan
rakusnya menerkam bibirku. Lidahnya diruyakkan ke mulut ku untuk mendapatkan
lidah ku.aku merasa demikian kehausan pertama aku tidak menyambut lidahnya
sampai akhirnya ujung lidahnya menyapu ujung atas bibirku menyebabkan gairahku
berkobar. Yang aku rasakan kini adalah kenikmatan saling pagut dan lumat antara
mulutku dengan mulut rendy. Desah dan lenguh saling bersahutan keluar dari
mulut kami. Dengan desah, lenguh dan rintihan itu aku telah mendongkrak
semangat rendy menjadi berlipat kali. Dia semakin kiprah dengan jilatan dan
kecupannya. Arus birahi ku spontan menuntun untuk memeluki bahu dan leher rendy
dan saat itulah rendy mulai membuka jilbab yang aku kenakan. Ketika kurasakan
gigitan kecil dileherku aku hanya berharap bahwa itu tidak akan meninggalkan bekas
dikulitku.”mbak aku ingin memberikan cintaku” aku hanya membalas dengan
menjambak rambutnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Perasaanku dan
hargdiriku benar kucampakan karena birahiku sudah tak mampu lagi aku
kontrol.aku sadar rendy sudah sedemikian ahli dalam soal bercumbu. Ciuman rendy
telah kembali ke bibirku, Ia mulailah perlahan menuju bagian tubuh sensitif
lainnya. Dibuka kancing depan yang ada di jubahku, Perlahan makin turun hingga
pada belahan dadaku itu. aku makin melayang, antara sadar dan tidak sadar aku
membiarkan rendy melepas satu persatu kancing bajuku. Saat itu aku memakai
jubah terusan, dengan mudah jubah itu meluncur jatuh kelantai saat semua
kancingnya terlepas. Kini nampak payudara ku yang masih terbungkus indah oleh
sebuah bra berenda-renda hitam. Warna yang kontras dengan warna kulitku yang
putih bersih. Namun rendy tak mau benda itu menghalangi hasratnya, ia tahu
segera melepas pengaitnya. Rendy menggigil saat ke dua daging kembar ku
menyembul dari balik pembungkusnya. aku sendiri sudah terperangkap dalam hasrat
birahiku sendiri, aku tak kuasa menolak perlakuan rendy, Malah aku kini
cenderung memberi peluang rendy bertindak lebih jauh. Aku menikmati setiap
jamahan rendy pada tubuhku Perlahan cumbuan rendy berpindah ke dadaku, rendy
membuka mulutnya lebar-lebar, lalu perlahan dibenamkannya ke salah satu puting
susu ku lalu menghisapnya kuat.Lidahnya menjilat ke seluruh permukaan bukit
kembar ku seolah menjilat ice-cream. Kedua puting susu ku dihajar secara
bergantian hingga mengacung tegak kedua-duanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";"> “Oohh… oohhhh…
ooohhhhhh ren....” suara rintihan ku tak lagi tertahan. Tubuhku mengelinjang
gelinjang karena nikmat akibat perbuatannya. Putingku menjadi sangat sensitif,
rendy benar-benar berpengalaman melakukannya. Aku tak menyadari tubuhku kini
sudah terbaring diatas kasur, dadaku terlihat naik turun mengiringi nafasku
yang mulai tak beraturan. Sejak tadi celana dalamku sudah terasa sangat basah
oleh cairan bening yang terus menerus mengalir keluar dari kemaluannku. Sambil
terus menyusu tangan rendy mulai mengelus-elus permukaan perut ku yang rata.
Jemarinya bermain disekitar pusar ku, lambat laun bergerak menjelajah semakin
ke bawah meraba bagian dalam paha. perlahan menelusup ke pangkal paha, dan
mulai mengelus gundukan bukit kemaluan ku yang masih tertutup celana dalam
renda-renda hitam. Lalu jemarinya menemukan gundukan itu sudah basah dengan
sebuah garis membelah tercetak pada permukaan kain celana dalamku. Tangan rendy
meremas lembut gundukan ku dan menggunakan jari tengahnya mengusap belahan
tipis tersebut, perlahan ke atas dan kebawah. aku menggigil rangsangan yang tiada
henti silih berganti. Hingga akhirnya jemari Rendy bergerak ke samping.
Jemariku berusaha mempertahankan penutup tubuhku yang terakhir ketika aku
rasakan rendy perlahan berusaha menariknya ke bawah. “Ohhh!! Reenn.. jangannn
yang ituuu … …” ujar ku lirih. Perlahan rendy melepaskan cumbuannya pada dada
ku , berangsur kecupan-kecupannya turun semakin ke bawah. Lalu ia sampai pada
tempat diantara pahaku, Percuma saja aku berusaha merapatkan kedua kakiku.
Kepala rendy sudah terlebih dulu masuk di antara kedua pahaku . rendy berhasil
membenamkan wajahnya pada selangkanganku . Walau masih tertutup oleh celana
dalam, lidahnya menjilati seluruh permukaan kain lembut itu. Gundukan itu
semakin basah oleh air liur rendy terutama pada belahanku. Jemariku tak kuasa
lagi mempertahankan celana dalamku ketika untuk kedua kalinya rendy menariknya.
benda itu akhirnya menyusul lepas sehingga kini tubuhku sudah tak tertutup
selembar benangpun. “mbak..dewi.....cantikkk sekalii….” Bisiknya lirih “rennnn......kamu
liat apaaa?…..aaa”Dengan ke dua telapak tanganku secara spontan menutup
selangkanganku karena malu. Wajah rendy hanya beberapa mili dari milikku yang
paling pribadi. Rendy mengecupi kedua pahaku pelan-pelan hingga ke sekitar
selangkangan termasuk jemari lentik ku. Lama rendy bermain di situ, perlahan
jemariku membuka dengan sendirinya. Aku hanya terlentang pasrah. Semuanya sudah
terlanjur sulit untuk dihentikan lagi. Kini tak ada penghalang lagi bagi mulut
dan lidah rendy untuk mengeksplorasi bagian paling intim milik aku. “Ohhh…”
desah ku saat rendy mengecup lembut belahan bibir kewanitaanku . rendy mengecup
lagi.. dua kali…tiga kali..lidahnya disapukan dari dari bawah hingga ke atas.
Crass..crasss..cairan memancar meleleh keluar dari belahan vagiana dan kemaluanku
. Dengan penuh ketelatenan dia melahap dan menghisap tiap mili vagina ku yang
sudah basah itu, lidahnya dengan liar menjilati dinding vagina dan sesekali
sapuannya menyentuh kelentitku . Jilatan lidahnya segera ia pusatkan ke situ,
ia memulai menjilat dengan lembut. Secara perlahan-lahan sekali, lalu gerakan
lidahnya dipercepat dan tekanannya makin kuat. Kelincahan lidahnya bergerak
memberikan sensasi luar biasa bagi ku. Sesekali rendy menggunakan bibirnya
untuk menghisap kelentiku itu seakan-akan ia berciuman dengan vagina ku. dan
secara bersamaan lidahnya menggelitik kelentitku yang berada di tengah dengan
gerakan lidah. Perlahan, kuluman dan jilatan pada kelentitku membuatnya
mengeras bak sebuah kacang. Aku menunduk untuk melihat perlakuannya terhadap
selangkanganku aku terpekik pekik-pekik kecil dibuatnya. Rasa geli dan sengatan
birahi membuat aku semakin tak mampu menahan laju gairah Rendy Kedua paha ku
mengepit kepala Rendy. Sampai akhirnya sebuah orgasme datang menyapaku untuk
pertama kali dalam kehidupan ku, kudapatkan dari oral sex.
“Auuuwwwwwww!!!!…rennnnn!!!!!!!!” aku terpekik tak kuasa menahan rasa geli dan
nikmat. Otot-otot vaginaku mengejang dahsyat, berkontraksi kuat dan berirama,
cairan cintaku memancar lebih banyak lagi hingga tumpah di sprey.“Inikah yang
disebut orgasme oral? Begitu dasyat kenikmatan yang kurasakan. Tapi aku
memperoleh orgasme pertamaku dari jilatan-jilatan lidah dari orang yang bukan
suamiku” pikirku. Aku benar dibawah pengaruh obat perangsang, setelah orgasmepun
aku masih memiliki gelora seolah tiada habisnya. Masih tersisa rasa maluku
untuk meminta rendy agar segera memuaskan aku dengan penisnyai. Aku masih
menikmati sisa2 orgasmeku, rendy segera menindih tubuhku. Ia berusaha
merentangkan kedua pahaku, namun aku bergeming kusilangkan kedua kakiku. Rendy
tak juga mau menyerah, dengan telaten dimasukkan kontolnya diantara jepitan
pahaku. “Rendy… kamu mau apaaa?..” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">“mbak pernah petting
ngga?” bisik Rendy ketelingaku, aku menggeleng, aku sungguh tak mengenal
istilah tersebut. “Kita cobain yuk” bisiknya lagi,“rennnn.....jangan….aku ngga
mauu”“ngga pa pa… Rendy Cuma mau masukin kepalanya aja trus Rendy cabut lagi”
Rendy mengosokan ujung penis ke atas dan kebawah pada bibir vagina ku.
“ja..ngannn rennn ..ohhhhh”Rendy dalam posisi yang tepat sehingga aku tak kuasa
mencegahnya. Leppp!!! Ujung kulup Rendy yang mbdol besar itu lenyap juga
membelah dan masuk ke belahan liang ku. “ngga sakit lagi kan mbak? Rendy
masukin lagi ya mbak seperti tadi?”“ngga mau ah” aku masih menahan gengsi. “
Rendy janji ngga dalem-dalem” aku mengeliat saat benda itu kembali bersarang di
kewanitaanku, diiringi geli dan nikmatnya bukan kepalang. Setelah masuk Rendy
menahannya lebih lama dari tadi. Pinggul Rendy mulai bergerak mundur maju
mengocok lembut vagina ku. Ia tarik mundur sedikit namun tak sampai penisnya
lepas tercabut lalu kembali melesak masuk lagi sedalam tadi. Memang tak banyak gerakan
yang dibuat Rendy, namun itu cukup untuk membuat aku menggelinjang nikmat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ia gosokan penisnya ke
atas dan ke bawah belahan vaginaku menyentuh klitoris lalu lalu perlahan
bulatan kepala masuk hingga memenuhi pintu vaginaku “uhh.. dia masuk lagiii”
gumamku lirih. Rendy mengocok dengan cepat. Membuatku terbuai dan larut dalam
goyangan birahi Rendy. Beberapa menit ini aku cukup kelabakan menangani napsu
anak ini yang tak kunjung reda. Aku harus berusaha menghindari Rendy, aku takut
makin terhanyut oleh permainan anak itu hingga akhirnya harus menyerahkan
milikku yang paling berharga. Namun selalu seperti sebelumnya, aku tak bisa.
aku tak sanggup menolak. Naluri kewanitaanku juga menginginkan belaian-belaian
dari rendy.Kenikmatan itu begitu memabukkan, membuatku ketagihan, Ughh…penis
itu kembali menancap vaginaku. Gatal nikmat menjalar cepat menyengat
selangkanganku akibat ujung sengat Rendy. “Mbak….” “Egg?” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">“boleh ya mbak, kali
ini … Rendy masukan semua titit Rendy kepunya mbak?” aku telah menduga sejak
awal kalau akhirnya rendy akan meminta hal itu juga. “Jangan rennn …, Rendy kan
sudah janji . tidak akan melakukan lebih dari hanya sebatas petting..” Dengan
akal sehatku, aku masih berusaha mengendalikan hasrat pada dirikuyang juga
menggelora. Aku bukan tidak tahu resiko permainan apiku dengan Rendy . Hanya
tinggal satu langkah lagi akudan Rendy akan melakukan apa yang hanya boleh aku
lakukan dengan suamiku yang sah. “Rendy ngga mau ingkar janji sama mbak,
tapi…kalau mbak ijinkan meski hanya sekali ini saja Rendy ingin menjadi
laki-laki yang ngentot sama ibu, demi cinta Rendy sama mbak” Rendy masih menindih
tubuh sintal aku, itupun Ia terus menerus memberikan rangsangan terhadap tubuh
ku, mulutnya menghisap kuat puting sebelah kiri payudara ku karena ia tahu yang
kirilah yang paling sensitif. Sementara kepala penisnya tetap bergerak keluar
masuk dalam kelopak vagina ku, ini adalah posisi paling aku sukai Ia merasakan
kenikmatan ganda. Hampir satu jam lamanya ia melakukannya. Entah kenapa Rendy
tak kunjung ejakulasi padahal aku sudah empat kali memperoleh orgasme. Semakin
lama vaginaku semakin sensitive terhadap rangsangan. Bahkan orgasme yang
terakhir barusan nyaris membuat air kecingku ikut memancar keluar bersama
cairan cintaku. Rasanya aku tak mampu terus menerus melawan kemesraan yang
diberikan Rendy padaku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">“Rennnn……masuk..kan…semuaaa,
mbak tak tahann lagiii ohhhh…” akhirnya aku berbisik demikian ke telinga Rendy,
Rendy bukan main terkejut namun gembira mendengar penyerahan terakhir kunya
itu, sungguh ia tak menyangka akhirnya aku mengijinkannya melakukan penetrasi
penuh ke liang senggamaku. “ughhh mbakkkk.… Rendy entot sekarang ya?” ujar
rendy lirih “Iya rennn..iya.. milikii mbak sayangg!!!! Ohhh!!” rintih ku. Tak
ada rasa malu yang tersisa aku sudah tak peduli lagi terhadap statusku sebagai
seorang istri ustad. Birahiku sudah sampai pada titik puncak Kini aku hanya
butuh penuntasan dari rendy menggumuliku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Tak membuang waktu
Rendy mendekap tubuh sintal ku Mulutnya menyergap kembali putting sebelah kiri
ku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">Melumatnya untuk
meningkatkan rasa nikmat bagi ku sebelum penyatuan itu terlaksana. Hingga tak
terlalu sukar bagi penis Rendy melakukan penetrasi total. Rendy menurunkan
pinggulnya dan dengan satu hentakan lembut kewanitaanku merengang dan
terkoyak“Awww.. Rennnn!!!” pekik ku lirih perih saat kontolnya memasukki lorong
nikmatku, jemarinya mencengram pinggul Rendy. Penis nya terus mendesak masuk
perlahan menjamahi semua keindahan yang sudah sekian lama didambakannya di
dalam sana hingga akhirnya berhenti setelah ujungnya yang berkulup menyentuh
dasar liang cintaku. Penantian Rendy selama ini telah menjadi kenyataan, kini
aku sudah menyerah secara utuh dalam dekapan eratnya. Kulit ku yang halus
lembut bersentuhan tanpa penghalang dan batas apapun dengan tubuh kasar Rendy.
Kemaluan kami bertaut erat menyatu dengan sempurna seakan penis Rendy memang
tercipta bagi vaginaku begitupun sebaliknya. “Ougghhh..rennnn…pelann pelannn…” aku
mulai merasakan sengatan nikmat melanda selangkanganku, Rendy mengocok lembut
daging kejantanannya. Ditariknya sedikit sejauh satu senti menghujam lagi
perlahan hingga menyentuh dasar rahim lalu dua detik ditahannya di sana.
Berulang-ulang ia ulangi gerakan itu“Ouhh…uuu..rennn” aku mengangkat pinggulku
tiap kali kontol Rendy ditarik keluar, begitupun bila penis Rendy menekan
masuk, aku mengikuti arah gerakannya. Vaginaku begitu penuh sesak oleh daging
cinta hitam milik Rendy. Gatal dan nikmat makin tak tertahankan. Ketika orgasmenya
datang akupun pun terpekik “rendyyyyyyy!!!!!!!!……Oughhhhh……”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";">akupun mempererat
dekapanku, Kedua kakiku melingkar dipinggul Rendy dan menekannya. Ini orgasme
ku hasil persetubuhan secara penuh dengan Rendy. Bola mata ku lenyap hanya
tinggal putihnya. Cairan cintaku memancar deras, sungguh tak terkira nikmatnya,
jauh lebih nikmat dari sebelumnya, bahkan berjuta kali jauh lebih nikmat dari
petting barusan. Rendy tahu apa yang harus ia lakukan saat itu, Ia berusaha
menambah sensasi kenikmatan orgasme bagi ku. Sambil bertahan ketika vagina ku
berkontaksi melumat penisnya, ditekannya benda itu sedalam dan selama mungkin
pada kemaluan wanita itu. Lalu dikerahkannya kekuatan otot kemaluannya untuk
membuat denyutan-denyutan berirama dan keras, nampaknya ia berhasil. Vaginaku masih
terus menghisap penisnya hingga satu menit. “mbak….dewi…enaakkkkkk!!”Rendypun
terpekik dalam sensasi nikmat. Rendy menggigil menahan nikmat namun ia tak mau
berakhir secepat itu. Spermanya seakan ingin meledakan di ujung penisnya namun
masih dapat ia pertahankan sekuat tenaga. Rendy tetap mengocok penisnya kali
ini secara cepat. aku terkejut gerakan Rendy kali ini membuatku begitu cepat
melambung“Ohh.. Rendyiii… kamu kuat sekaliiiii” Nampaknya sesi kali ini tidak
berlangsung lama, baik Rendy maupun aku tak mampu lagi bertahan.“mbak dewi
sayaaang…Rendyii sudah mau keluaarrr!!” aku mengeratkan jepitan kakiku pada pinggul
Rendy mencegahnya untuk mencabut penisnya. Segera hanya hitungan detik, orgasme
dasyat melanda kami berdua. Seketika itu juga Rendy menekan tititnya secara
penuh dan membentur mulut rahimku. “arrrggghhhhhsss…........Rendyyyyyyyyyy”
jeritku disusul Vagina ku berkontraksi hebat melumat tiap senti daging penis
Rendy, menghisapnya dengan segenap cinta dan kepasrahan. aku rasakan sekujur
tubuhnya menggigil. Kesadaranku sejenak hilang, pandangannya nanar, serasa
jiwanya melayang tinggi, raganya serasa terendam ke dalam samudera kenikmatan
ragawi yang tak bertepi. Secercah cahaya putih yang berpendar di matanya lalu
menjadi kabur. Entah berapa lama ia tak sadar.Rendy pun mendekap erat tubuhku.
“Ouggghhhhh..mbak!!!!!!..Rendy keluarrrrrr!!!!” pekiknya merasakan kenikmatan
yang datang jauh lebih dasyat dari pada sebelumnya. Nampaknya kali ini Rendy
tak mampu bertahan lagi. Pertahannya runtuh oleh nikmatnya lumatan dasyat
vaginaku sungguh membuat kejantannya tak berdaya. Penis rendy berdenyut denyut
kencang, air mani yang tersimpan dalam testisnya selama hampir satu jam ini tak
tertahankan meletup dari ujung kepundannya dan memancar deras pada tiap
denyutannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span style="background-color: white;">Denyutan yang menghentak
berulang-ulang jauh lebih dering dan keras dari biasanya, Rendy seakan-akan
ingin mengosongkan seluruh isi testisnya ke dalam rahim ku. Orgasme dasyat itu
berlangsung sekitar satu setengah menit namun bagi ku dan. Setelah orgasme ku
mereda dan kesadaran kembali pulih, aku berusaha mengatur napasnya. Penis Rendy
pun masih menancap ketat.“Uhh..rennn…cabut duluu” pinta ku lirih ketika aku
rasakan kewanitaanku agak ngilu.Rendy mencabut perlahan meski ia masih ingin
berlama-lama di dalam situ. “Plokk…” saat benda itu terlepas sebagian sperma
Rendy tumpah ke seprey. aku memperhatikan bercak-bercak lendir putih menempel
pada penis Rendy. Aku tersadar telah melakukan hal terlarang dan telah larut didalamnya.
Kepalaku menjadi semakin berat, tiba2 gelap telah menutup mataku dalam keadaan
bugil aku tidak sadarkan diri didepan mata rendy...</span><span style="background-color: white;"><o:p></o:p></span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-1724453055548929422012-09-01T23:33:00.002-07:002012-09-30T10:02:04.596-07:00NAFSU BIRAHI SEKS BABY SISTER<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxxlw5JHKkDunAYZKCkXgdiVCIGHQrveEmF_aLggxhQox1dG08CyGYDmnwlKGvGfJEzla37cPgLYFoFaWp0qfrh-haSI_w1VJl-1swUlpfyXSwnbZt1SQ_4fi-fX-A_K_qP5-rWXTsBVhe/s1600/hh.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxxlw5JHKkDunAYZKCkXgdiVCIGHQrveEmF_aLggxhQox1dG08CyGYDmnwlKGvGfJEzla37cPgLYFoFaWp0qfrh-haSI_w1VJl-1swUlpfyXSwnbZt1SQ_4fi-fX-A_K_qP5-rWXTsBVhe/s320/hh.jpg" width="213" /></a></div>
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Hai, perkenankan aku
untuk sedikit bercerita tentang pengalamanku. ku memiliki seorang anak
laki-laki yang telah berusia 5 tahun dan duduk di bangku TK-B. Aku dan
istriku sama-sama bekerja, sehingga anakku biasanya kutitipkan di rumah
kakak iparku (kakak perempuan istriku) disaat kami berdua pergi bekerja.
Kebetulan rumah kakak iparku dan rumah kami bersebelahan, dan kakak iparku
tidak bekerja, sehingga urusan menitipkan anak bukanlah suatu masalah,
apalagi keponakanku (anak dari kakak iparku tersebut) ada yang
berumur sebaya dengan anakku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Namun, belum lama
berselang, kakak iparku pindah ke Sumatra karena suaminya ditugaskan di
kota Medan. Sejak itulah masalah anak muncul menjadi persoalan yang
memusingkan, sementara itu tidak ada lagi sanak saudaraku ataupun sanak
saudara istriku yang tinggal di Jakarta selain kakak iparku yang pindah ke
Sumatra (kebanyakan keluarga kami tinggal di Yogyakarta dan beberapa di
Solo). Keadaan ini memaksa kami untuk membayar seorang babby sitter untuk
menjaga anak kami disaat kami berada di kantor. Sebagaimana
biasanya, mempekerjakan seorang babby sitter adalah persoalan yang
sangat menjengkelkan, bayangkan saja dalam 2 bulan kami telah 5
kali mengganti babby sitter dengan berbagai macam sebab yang aku rasa tidak
perlu kupaparkan disini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Namun akhirnya ada
juga seorang babby sitter yang dapat bertahan bekerja selama hampir tiga
bulan, ini merupakan rekor pertama yang telah dicapai setelah sebelumnya
tidak pernah ada babby sitter yang bertahan lebih dari 3 minggu. Atas dasar
alasan itu juga, aku menyarankan kepada istriku untuk menaikkan gajinya
sebagai kompensasi atas kerja serta tanggung jawabnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Babby sitter yang satu
ini memang agak berbeda dari semua babby sitter terdahulu. Kelima babby
sitter sebelumnya yang sempat bekerja di tempat kami, rata-rata berusia
dibawah 30 puluh tahun, bahkan ada yang baru berusia 19 tahun, namun babby
sitter yang terakhir ini adalah seorang janda berusia 48 tahun. Kami
memanggilnya Bu Darsih, bertubuh besar untuk ukuran seorang wanita (tingginya
kurang lebih 165 cm), agak gemuk sebagaimana umumnya wanita paruh baya.
Pada awalnya kami agak ragu kalau Bu Darsih ini akan sanggup merawat
Rio putra kami, mengingat Bu Darsih sudah berumur, sementara Rio
sangat hiperaktif, sehingga merawat Rio akan lebih melelahkan
dibandingkan merawat anak-anak lain pada umumnya. Ternyata perkiraan kami
salah, dan cukup surprise, ternyata Bu Darsih dapat merawat Rio
dengan baik. Bahkan ada kejadian yang lebih mengejutkan lagi, dan ini
yang ingin kuceritakan pada kesempatan ini. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kami memiliki acara
rutin, yaitu berenang yang kami lakukan seminggu sekali setiap hari Sabtu
sore. Aku dan istriku selalu mengajak Rio berenang di gelanggang renang
Ancol, dan biasanya selalu ada dua atau tiga orang anak tetangga teman
bermain Rio yang ikut berenang bersama kami. Babby sitter selalu kami ajak
ikut serta untuk membantu mengawasi anak-anak, meskipun tidak ikut
berenang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sebagaimana biasanya,
pada hari Sabtu kami pergi gelanggang renang Ancol, namun kali ini istriku
tidak dapat ikut. Istriku pulang ke Yogyakarta yang rutin dilakukannya
enam bulan sekali untuk menjenguk keluarga di sana, terutama orangtuanya
(mertuaku), sehingga pada acara berenang kali ini, yang ikut hanya aku,
Rio beserta lima orang temannya serta tidak ketinggalan Bu Darsih. Karena
istriku tidak ikut, sementara teman Rio yang ikut lebih banyak dari
biasanya, yaitu sampai lima orang (biasanya paling banyak tiga orang),
aku berfikir bahwa Bu Darsih perlu ikut turun ke air untuk membantu mengawasi
anak-anak. Masalahnya keselamatan anak-anak tetangga juga merupakan
tanggung jawabku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Menurut keterangannya,
Bu Darsih dapat berenang, tetapi dia tidak memiliki pakaian renang.
Bagiku, yang penting Bu Darsih dapat berenang, karena soal pakaian renang
adalah soal mudah, tinggal beli saja, beres.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sesampainya di kolam
renang, aku mampir sebentar di sebuah kios yang menjual perlengkapan
renang untuk membelikan baju renang Bu Darsih. Untungnya ada nomor yang
pas untuknya, karena baju renang ukuran besar tidak begitu banyak. Setelah
itu seperti biasanya, aku selalu menyewa kamar bilas keluarga yang dapat
disewa per tiga jam. Aku selalu menyewa kamar bilas keluarga, karena
kupikir lebih praktis. Di kamar bilas itu kami sekeluarga dapat berkumpul dan
tidak perlu terpisah seperti di kamar bilas umum yang dipisahkan antara
kamar bilas untuk pria dan wanita. Disamping itu, di kamar bilas
keluarga semua perlengkapan, pakaian, tas dan sebagainya dapat disimpan
di kamar bilas tersebut, tinggal dikunci dan beres, tidak perlu
repot- repot antri ke tempat penitipan pakaian yang melelahkan,
ditambah resiko kehilangan barang-barang. Shower juga sudah tersedia di
dalam kamar bilas, tidak perlu repot-repot keluar kamar, ada air
panasnya lagi. Begitu praktis, sehingga mengawasi anak-anak pun jadi
lebih mudah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Rio dan teman-temannya
begitu antusias, di kamar bilas mereka mengganti pakaian dengan
tergesa-gesa. Dan setelah selesai, mereka semua langsung lari ke kolam
tanpa tunggu-tunggu lagi. Setelah semua anak-anak keluar menuju kolam, aku
segera melepas pakaianku. Setelah aku telanjang bulat, aku bergegas menuju
shower, namun… astaga… aku baru sadar kalau ternyata ada Bu Darsih di
kamar bilas itu. Kulihat Bu Darsih mesem-mesem (tersipu malu) sambil
mencari-cari sesuatu dari tasnya. Aku pun pura-pura bersikap biasa,
seolah-olah telanjang bulat di depan Bu Darsih merupakan hal yang lumrah
bagiku, padahal itu kulakukan untuk mengusir rasa malu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dengan sok berlagak
tenang, aku menyuruh Bu Darsih untuk segera ganti pakaian. “Ayo.. Bu
Darsih.. cepat ganti baju.. itu anak-anak nggak ada
yang ngejagain..” Semua ucapanku itu betul-betul hanya bertujuan
untuk mengusir rasa malu karena sudah terlanjur telanjang, sementara itu
kulihat Bu Darsih terus saja mesem-mesem, dan ini mengundang perasaan aneh
pada diriku. Sebetulnya aku mengerti makna mesem-mesemnya Bu Darsih,
aku yakin kalau mesem-mesem- nya berkaitan erat dengan keadaanku
yang sedang telanjang ini. “Forget it..!” kupikir sambil tetap
telanjang bulat, akhirnya aku langsung menuju shower untuk membasahi
tubuhku, hal yang biasa kulakukan sebelum berenang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Saat berada di bawah
kucuran shower, aku sempat memperhatikan Bu Darsih saat sedang
menanggalkan seragam babby sitternya yang berwarna putih, dan masih saja
sambil mesem-mesem. Mungkin dia pikir buat apa malu-malu telanjang
dihadapan majikannya ini, toh majikannya saja tidak malu telanjang bulat
dihadapannya, semua ini membuat perasaan mesum mulai menjalari tubuhku.
Selanjut pemandangan di hadapanku menjadi semakin mendebarkan. Bu Darsih
sambil terus mesem-mesem sendiri mulai menanggalkan pakaian dalamnya,
jantungku berdebar keras, apalagi disaat dia melepaskan kait-kait
BH-nya, serta meloloskan tali-tali BH tersebut dari lengannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Belum pernah
terbayangkan dalam pikiranku melihat Bu Darsih dalam keadaan yang kulihat
saat ini. Selama ini gairahku sama sekali tidak pernah terusik oleh wanita
paruh baya itu yang bertubuh besar dan agak gembrot, serta mengenakan
pakaian seragam putih. Namun pemandangan di hadapanku kali ini sungguh-sungguh
berbeda. Payudara yang sungguh besar dan montok dengan puting payudara
yang lebar berwarna coklat gelap, menggantung di dadanya, begitu
menggetarkan kalbuku. Apalagi saat dia memelorotkan celana dalamnya,
membuat rambut lebat di kedua pangkal pahanya yang montok begitu
jelas terpandang, sungguh membuat darahku menjadi berdesir
dengan derasnya. Jantungku semakin berdetak tidak beraturan, dan
tubuhku gemetar menahan gairah yang kali ini terusik oleh pemandangan
yang sungguh benar-benar lain dari biasanya, serta tidak
pernah terbayangkan sebelumnya olehku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Disaat Bu Darsih
hendak mengenakan pakaian renangnya, secara refleks aku langsung berkata
kepadanya, “Ayoh… Bu Darsih.., mandi dulu… supaya nggak keram di
kolam.” Sebetulnya, ucapanku hanyalah akal bulusku yang semata-mata
hanya agar aku dapat menikmati pemandangan tubuh bugil Bu Darsih
lebih lama lagi. Namun ternyata, `Pucuk dicinta ulam tiba’, Bu
Darsih batal mengenakan pakaian renangnya, dan melemparnya ke atas
jok empuk berkulit plastik yang ada di kamar bilas itu. Lantas
sambil terus mesem-mesem dan masih telanjang bulat, Bu Darsih
melangkah menuju shower. Aku sedikit menggeser posisi berdiriku di
bawah shower untuk memberi tempat bagi Bu Darsih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tubuh telanjangnya
yang begitu montok dan besar, bergidik kedinginan saat air yang memancar
dari shower menerpa tubuhnya. Bu Darsih mengusap-usap wajahnya yang
terguyur air shower. Birahi yang sudah menguasai diriku membuatku nekat
menjamah payudaranya yang sangat besar itu.., sungguh aku sangat gemetaran,
takut kalau-kalau Bu Darsih menolak untuk disentuh. Tetapi ternyata Bu
Darsih hanya diam saja saat aku mengusap-usap payudaranya. Hal ini
membuatku nekat untuk berlanjut menjamah kemaluannya. Disaat jemariku
menyentuh kemaluannya yang berambut lebat itu, dalam waktu yang
hampir bersamaan tangan Bu Darsih juga menjamah batang penisku yang
tengah tegang. Dia terus-terusan mengusap dan mengelus batang penisku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kupandangi wajah Bu
Darsih, matanya menatap nakal dengan senyuman bandel di bibirnya. Wanita
paruh baya itu ternyata begitu menggairahkan. Tanpa kuminta, Bu Darsih
kemudian berjongkok di hadapanku, dia segera mengulum dan menjilati batang
penisku sampai menimbulkan bunyi yang begitu khas. Keahliannya menyedot
dan mengulum batang penisku begitu luar biasa, membuatku tidak
dapat menahan diri lagi. Kutarik tangannya mengajak berdiri,
lalu menggiringnya menuju jok berkulit plastik di kamar bilas
itu. Kubimbing agar Bu Darsih duduk di jok empuk itu, dan tanpa
kuminta, Bu Darsih pun langsung membengkangkan kedua kakinya,
sehingga kemaluannya yang besar menantang di hadapanku. Tanpa
buang-buang waktu, aku langsung menyibakkan rambut lebat yang
menutupi vaginanya, sehingga kudapati bibir-bibir vagina yang tebal
berwarna hitam kecoklatan. Lendir putih mengalir dari bibir-bibir vagina
yang mulai merekah itu yang merupakan pertanda birahi luar biasa
yang telah menghinggapi dirinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Saat bibir-bibir
vagina itu ku renggangkan, muncul klitoris sebesar kacang tanah seperti
menuntut untuk dijilati. Belum pernah kulihat klitoris sebesar itu, juga
bibir-bibir vagina yang begitu tebal, mungkin karena badannya besar
membuat klitoris-nya juga jadi besar sesuai dengan ukuran badannya yang
juga besar dan gemuk. Kujilati klitoris itu dengan buas, membuat Bu Darsih
mendesah keras, tubuhnya menjadi kejang dan gemetar menahan kenikmatan
itu, pinggulnya terangkat menyambut jilatan lidahku pada vagina dan
klitoris-nya. Vaginanya menjadi semakin menganga lebar, membuat dinding
vaginanya yang merah menjadi jelas terlihat seperti menyampaikan
kesiapannya untuk menerima coblosan batang penisku. Akhirnya,
“Bleesss..!” kubenamkan batang penisku ke lubang vaginanya. Terasa begitu
sempit dan menggigit, mungkin akibat Bu Darsih yang telah hampir 20 tahun
menjanda, membuat otot-otot vaginanya kembali menguat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tubuh kami
berguncang-guncang dahsyat di atas jok itu saling menekan, sementara
batang penisku keluar masuk lubang vaginanya menggesek dan menggaruk
dinding-dinding vagina yang sudah begitu gatal selama ini. Kujejalkan penisku
lebih dalam lagi, Bu Darsih pun menyambut dengan mendorong pinggulnya
supaya penisku masuk ke tempat yang paling dalam. Sementara itu jempol
serta telunjukku memilin- milin klitoris-nya, membuat Bu Darsih mengalami
kenikmatan yang sangat dahsyat, sampai-sampai matanya mendelik, sementara
desahan dan erangan keras silih berganti mengiringi orgasme
yang dirasakannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Spermaku menyembur
deras di dalam lubang vagina Bu Darsih dan membanjiri rahimnya. Tubuhku
menggeletak lemas di atas tubuhnya dengan batang penis yang masih terbenam
di lubang vaginanya untuk beberapa waktu. Saat kucabut batang penisku, Bu
Darsih kembali merenggut batang penisku dan memerasnya dengan begitu
bernafsu, sehingga sisa-sisa sperma yang telah bercampur lendir vaginanya meleleh
keluar dan langsung ditampung dengan lidahnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Setelah kejadian yang
mengejutkan dan menegangkan itu, kami melanjutkan acara berenang,
sementara hubunganku dengan Bu Darsih berjalan seperti biasa. Bu Darsih
tetap bersikap sebagaimana aku adalah majikannya. Hanya disaat istriku
meleng, kami pun langsung bergelut setubuh di atas ranjang tanpa malu-malu
dan tanpa basa-basi. Namun selain di ranjang, sikapnya terhadap diriku begitu
wajar seperti sediakala, bahkan meskipun istriku sedang tidak di rumah, sikapnya
tetap saja begitu wajar. Sama sekali tidak tercermin di wajahnya maupun di
sikapnya kalau wanita paruh baya itu sebetulnya bandel dan sering bergelut
senggama dengan diriku. Wajah liar penuh birahi, mata binal, senyum nakal
dan kebuasannya hanya muncul saat berada di atas ranjang. Setelah semuanya
selesai, dan kenikmatan telah direguk, sikapnya kembali wajar seperti
sediakala.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; text-align: justify;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Bu darsih begitu profesional menjalani hubungan ini. Dan aku pun
sangat menikmatinya yang membuat hari-hariku semakin bersemangat.<o:p></o:p></span></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-5723074317340276732012-09-01T23:17:00.000-07:002012-09-06T05:38:09.702-07:00BERCINTA DENGAN POLWAN<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSs0zKitJDi8lU_z1MlbhyphenhyphenL1P2BXYy96-yYGyhp_7U2KOmG7Tks-GGAyikGD8-A3vOQPFX3vWllCcjU4ei54WvPrw0Z0TQjWtJVOYa4s5s7i8hi2kDK3-WYqD036JPmOi7u698m_wHP4zR/s1600/417433_163945740390364_100003248167780_228868_1621617635_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="237" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSs0zKitJDi8lU_z1MlbhyphenhyphenL1P2BXYy96-yYGyhp_7U2KOmG7Tks-GGAyikGD8-A3vOQPFX3vWllCcjU4ei54WvPrw0Z0TQjWtJVOYa4s5s7i8hi2kDK3-WYqD036JPmOi7u698m_wHP4zR/s320/417433_163945740390364_100003248167780_228868_1621617635_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Cerita ini mungkin
adalah sebuah hasil cerita panas yang pernah aku alami dengan seorang cewek
cantik teman sekolah aku dulu. Memang dia sekarang menjadi polisi wanita di
daerah bandung, ketika itu aku sedang liburan sendiri dan aku hubungi dia dan
kita ketemuan. disinilah ada sebuah cerita tragis yang pernah aku alami. Kisah
ini terjadi sekitar 2011 an, saat aku masih kuliah sambil cari kerja sampingan
buat biaya kuliah. Kebetulan ada temen ibuku yang punya warnet di kota ini,
jadi aku kerja nungguin warnet. Shift jaga biasanya malam, mulai jam 7 sampe
jam 12 malam. Tapi kadang-kadang gentian sama teman-teman yang lain, tergantung
situasi lah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Saat itu aku jaga
warnet malem sendirian, harusnya sih berdua, tapi biasa lah ada aja alesan
untuk ngilang. Yang heran, tumben warnet sepi banget (padahal tahun2 segitu
saat orang jarang punya modem sendiri, warnet ndak pernah sepi lho). Jadinya
aku santai-santai sambil browsing materi kuliah, sambil slonjor-slonjor dan
nyamil kacang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sekitar jam 9 ada
suara motor berhenti diluar. Hah, akhirnya ada pengunjung juga. Pintu kemudian
dibuka, Nampak cewek masuk, bodynya tinggi, wajahnya imut sih, rambut potong
pendek dan pake jaket dan celana panjang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mau nge-net ada mas?”
tanyanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Oh, silahkan mbak…,
kosong kok. Bebas milih mana saja.” Jawabku ramah sambil melihat wajah imut
tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Makasih mas, saya
dipojok situ aja” dia lalu menuju bilik yang pojok, terus nglepas sepatu dan
duduk (bilik warnetnya lesehan semua). Aku lihat sepatunya sepatu kulit,
kayak-kayaknya bukan cewek biasa nih. Setelah duduk, dia membuka jaket,
ternyata dibalik jaketnya dia memakai seragam polisi, pangkatnya Segitiga
Kuning satu biji, ohh Sersan Dua pangkatnya. Ohh.., seorang polwan yang manis
pikirku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mas, username ama
passwordnya apaan nih??” tanyanya, sambil menoleh ke aku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ehh.., ohh.., bebas
kok mbak, langsung aja” kataku jadi sedikit gagap gara-gara terpana plus
kaget..<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Okey mas, makasih”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Beberapa menit sambil
browsing aku curi-curi lihat ke mbak polwan tadi. Lama-lama kok beberapa kali
ketahuan lagi nyuri pandang. Akhirnya aku gak berani lagi ngliat dia.
Konsentrasi aku alihkan ke monitor komputerku. Karena bosan dengan materi
kuliah, aku mulai browsing situs-situs hot.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Setengah jam berlalu,
tiba-tiba aku kaget saat mbak tadi sudah disampingku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mas, ajari bikin
email dong” katanya…<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“ehh…,ehhhh…, ehhh
iya” aku panic, karena monitorku isinya penuh gambar pasangan lagi adegan hot.
“ayo mbak…, saya ajari” aku langsung berdiri dan mengajak mbak polwan tadi ke
biliknya (supaya aku gak tengsin & terlalu lama salting didepan
komputerku).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Aku mulai ngajari cara
mbuat email dari dasar-dasarnya. Sambil lirak-lirik aku baca namanya, sebut
saja Dewi . Dewi tampak antusias mendengar penjelasanku, kemudian mulai mencoba
mempraktekkan langkah demi langkah. Aku masih grogi, bagaimana tidak, lha wong
dia polwan… hiiiii. Tapi kayaknya dia yang berusaha mencairkan suasana.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mas sudah lama kerja
diwarnet ya?” tanyanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Wah, baru kok mbak.
Ini juga buat nambah-nambah biaya kuliah” jawabku sambil berusaha tersenyum,
tapi masih kaku…. Shitt.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“wah, kok lancer
banget gitu ya nge-netnya? Ehh, jangan panggil saya mbak dong. Nih, kan namaku
udah terpampang jelas gini. Panggil Dewi aja ya? Kalo nama mas sapa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Saya Andri mbak..,
wah nggak berani manggil gitu mbak. Ngak sopan” Jawabku sambil menggerakkan
mouse.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Nggak papa kok, biar
akrab. Lagian kayaknya kita seumuran ya. Aku dua puluh tiga tahun kok” paparnya
blak-blakan, jarang yh cewek blak-blakan masalah umur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ya deh mbak, eh
Dewi…, kalo saya baru dua puluh dua tahun mbak, tuaan mbak dikit dong,
ngomong-ngomong kok masih pake baju dines. Habis tugas ya?” tanyaku sambil
kesempatan buat mandang wajahya yang manis (buehhh…, betul-betul manis nihh)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Iya habis ikut
pengamanan di balaikota, tadi ka ada demo mahasiswi. Jadi Polwannya turun
semua.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ohh.., gitu. Lho mbak
Dewi kok gak pulang kerumah? “ tanyaku lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Nggak, tadi lihat
warnet jadi pengin mampir. Sekalian belajar”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Emang mbak Dewi
rumahnya dimana?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Di perumahan ****,
yahh agak jauh sih. “dia menjawab sambil tersenyum manis… wihhh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Lho, udah nikah ya
mbak? (nanya nya mulai gak konsen gara-gara senyuman tadi)”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Udah, nikah sih udah
satu tahun. Suamiku sipil, kerja di expidisi. Tapi lagi ruwet nihh…, dia
kecantol ama temen kerjanya, ini aku lagi ngurus cerai” katanya sambil sedikit
serak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ehm, maaf mbak.
Lancang nanya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Gak papa.., kalo mas
sendiri?” Lhahh, dia balas nanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Belum mbak, pacar aja
gak ada. Nanti-nanti lah”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ohh, padahal
penampilan mendukung lhoh” dia menjawab sambil tersenyum lagi. Matek aku… panas
dingin langsung. Apalagi tangannya sambil menyenggol bahuku… beuhhh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ahh, mbak bisa aja.
Ehh.., suami mbak terlalu juga ya. Mbak yang secantik ini di khianati…” agak
nggombal dikit jawabanku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Hahaha…, cantik
gimana? Biasa aja ah” Sambil tangannya disenggolkan ke bahuku lagi. “Tapi,
hatiku sedih sekali, makanya kadang kalo pulang kerja aku ndak langsung
kerumah. Tapi jalan kemana dulu gitu”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Lho, cantik betul lho
mbak, manis tinggi langsing lagi…” entah darimana kata-kata ini kudapat, dia
terlihat agak tersipu-sipu. Senyumnya makin mengembang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ehmm.., makasih ya.
Eh.., ngliat situs-situs yang kayak tadi dimana ya?” tanyanya agak malu-malu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ehhh.., yang mana ya
mbak?” jawabku pura-pura bego<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Yang tadi itu lho,
yang dikomputernya mas.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ohh.., ehh gak papa
ya mbak? Ini aku carikan alamatnya” aku mulai mengetik alamat, dan muncul
gambar-gambar orang lagi bercinta berat. Aku lihat matanya menatap monitor
penuh hasrat. “ini tinggal di klik link-link yang ada. Banyak kok nantinya”
Sambil aku beranjak pergi, mau kembali ke tempat operator.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ehh, kemana mas?
Temenin aku dong, siapa tau nanti ada kesulitan lagi.” Sambil tangannya meraih
tanganku dan menarikku untuk duduk lagi. “Disini aja ya..” dan aku mengangguk
pelan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kami berdua mulai
browsing situs-situs xxx, dan aku merasa duduk makin merapat. Mata Dewi tak
lepas dari monitor, nafasnya terdengar agak memburu (aku juga demikian sihh
hehehehe…). Terasa tubuhku mulai bersentuhan dengannya, hangat dehh. Tangannya
ditumpangkan kepahaku, membuat konty ku meluap meronta-ronta (waktu itu aku
masih betul-betul perjaka… bayangkeunn), diusap-usap pahaku. Aku beranikan
memeluk pinggangnya yang ramping dan aku rapatkan tubuhnya ke tubuhku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mas, udah pernah
kayak yang dikomputer ini ndak?” tanyanya pelan, agak berbisik. Wajahnya
betul-betul rapat dengan wajahku, bikin aku gelagepan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Belum mbak, pacar aja
gak punya, ciuman juga belum pernah…” jawabku jujur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ehmmm…, kalau gitu…”
di berdiri kemudian berjalan kepintu depan. Pintu dikunci oleh dia, kemudian
tulisan closed dibalik. Lalu dia kembali ke tempatku duduk, kembali memeluk aku
yang sudah betul-betul panas dingin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mau nggak kayak
gitu??” setengah berbisik dewi nanya didekat telingaku, seluruh badanku jadi
merinding. Bibirnya ditempelkan ke telingaku. Anjrriiiiittttt……, aku gak bisa
ngomong apa-apa. Tanpa menunggu jawabanku tangannya menarik tangan kiriku,
ditempelkan ke toketnya. Gak terlalu besar sih, tanganku dibimbing untuk
membuat gerakan mengusap dan meremas. Setelah aku bisa gerak sendiri, tanganku
dilepaskan. Kemudian tangan kanan Dewi menelusup kedalam kaosku, meremas dan
memilin-milin putingku. Badanku kayak kejang semua jadinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mas, mau kan sama
Dewi? Satu malam ini aku milikmu… masss” suaranya mendesah ditelingaku.
Mulutnya memagut bibirku, lidahnya liar masuk kemulutku. Sementara aku
mendesah-ndesah keenakan (pengalaman pertama …) tanganku semakin aktif meremas
toketnya. Tangan Dewi kemudian membuka beberapa kancing baju dinasnya, ehhh…
ternyata masih ada kaos dalam. Kaos dalam dia sibakkan ke atas, kemudian BH
juga dia sibakkan ke atas. Tanganku ditarik lagi buat meremas-remas toketnya,
aku mulai bersemangat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Tangan Dewi menelusup
ke celanaku, ****** yang udah bengkak diremas-remas…, ahhhhhh. Ubun-ubun kayak
mau meledak. Sementara Dewi terus memagut seisi mulut dan lidahku. Perlhan
kaosku dinaikkan keatas, bibir Dewi kemudian pindah menjelajahi dadaku.
Lidahnya menjilati putingku…. Huuuuuhhhhh, sambil sesekali terasa
gigitan-gigitan kecil yang sering bikin aku kaget. Terasa seluruh dadaku disapu
lidahnya.., rasanya nyaman-nyaman gimana gitu, lidahnya mulai turun menjilati
pusarku. Karuan aja aku mengelinjang kesana-kemari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Perlahan tangannya
membuka risluting celanaku, diturunkan sebatas lutut. Didalam cd, ****** ini
mulai terasa berdesir-desir, sementara Dewi dengan buas menciumi batang
kejantananku. Tak lama kemudian, cd ku dilorotkan sebatas lutut juga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mas, burungnya
lumayan besar ya.. emmm” sambil tangannya mengelus dan meremas-remas batangku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Uhhhh…, emang besar
ya mbakkk???” tanyaku sambil merem melek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Nggak terlalu besar
sih, tapi pas segini nih…”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dewi menjawab sambil
tangannya mulai mengocok batangku. “Massss…., burungnya aku emut yaa??”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Iya mbak….” Aku udah
gak konsen, Dewi lalu mulai mengulum kepala dan batang burungku pelan-pelan.
Lembut banget, tangan kananku dengan gemas meremas-remas rambutnya yang pendek,
rapi dan hemmmm…., sangat wangi. Dan tangan kiriki meremas toket dibalik baju
dinasnya…, kenyal banget.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Semakin lama
kulumannya semakin cepat, aku semakin menggelinjang dan kelojotan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ohhhh…, Wii..,
Dewiii.., sudahhhh…, sudahhh, aku nggak tahannnnn” aku menceracau
sejadi-jadinya. Baru pertama kali diemut, sama cewk manis lagi…. Wahhhh betul
juga, pangkal batangku mulai terasa senut-senut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Dewiii.., ohhh gak
tahan mbakkk…” senut-senutnya semakin kencang dan akhirnya terasa ada sesuatu
menggelegak… crottt.., crottt. Spermaku keluar didalam mulut Dewi. Tapi…..,
aduhhhh Dewi nggak melepas batang burungku, tetap dikulum-kulum dan disedot.
Terasa bukan nikmat yang sekarang, tetapi jadi geli gak tertahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“sudah mbakkk…, geli
aku..” sambil tanganku berusaha melepas kepala Dewi dari burungku. Tak berapa
lama ia melepas mulutnya dari burungku…, uhhhhhh. Seluruh badan lemas serasa
tak bertulang. Dewi tersenyum melihatku, kulihat mulutnya sedikit mengecap-ngecap.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ehhh mbak, spermaku
mbak telan ya??” tanyaku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Iya, nggak papa kok.
Sehat tuh, rasanya emang agak asin sihh. Lagian daripada nyemprot kemana-mana,
bisa kena macem-macem tuhh….” Dewi menjawab sambil tersenyum genit. Tangannya
mulai bergerilya lagi mengejar batang burungku yang sudah mulai mengkerut.
Dipegang dan mulai dielus lagi…, aku masih menggelinjang geli…, tapi lama-lama
mulai terasa hangat dan nikmat lagi. Mulutnya kembali memagut mulutku, kami
berciuman dengan ganas. Aku mulai bisa mengimbangi permainannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mas, setelah ini
giliranku yang dikasih kenikmatan ya?” sambil nafasnya mulai tersengal-sengal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ya mbak, aku puasin
mbak dehh” tanganku dibimbing untuk ikut melepas celana dinas coklat miliknya.
Aku plorotkan hingga sebatas lutut. Tampak celana dalam warna hitam yang
menutupi gundukan. Nggak sabar sekalian aku plorotin celana dalamnya. Terlihat
jembut tebal menghiasi gundukan daging. Tanganku mulai mengusap dan berusaha
menyibak jembutnya, mencari sesuatu seperti yang ada di situs-situs porno.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dengan lembut tangan
Dewi membimbing tanganku, dan mengarahkan mulutku kea rah memeknya. Cuma karena
celana Cuma dilorot sebatas lutut, maka agak sulit untuk sampai ke memeknya.
Akhirnya lidahku dapat menjangkau memeknya, kujilat dikit-dikit dan terasa agak
basah (hihihi…, agak bau keringat ya.., nggak papa). Dewi mulai mendesah lirih,
aku tambah ritmenya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Masss…, ayo masukin
aja ya…, udah nggak tahan nih..” Dewi bersuara lirih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ya mbak” Aku kembali
berdiri dan bersiap dengan burungku. Tapi aku kebingungan, dengan posisi
celanaku yang sebatas lutut dan Dewi yang juga sama kami berdua keliatannya
sama-sama bingung.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mbak…, masukinnya
gimana nih??”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ehh.., iya ya mas….,
gimana kalau dari belakang saja? Aku agak nungging ya…”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ya deh.., terserah
mbak. Aku masih bingung nih..” Lalu Dewi berbalik dan posisi merangkak, kedua
pahanya direnggangkan sehingga memeknya sedikit tampak membuka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Sini mas, masukkan…,
tusuk ke yang sini yaa…” tangannya menjangkau dan memegang batangku, ditarik
pelan-pelan kearah lubang memeknya yang agak basah. Sebentar kemudian, kepala
burungku digesek-gesekkan ke memeknya, nikmat sekali…<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Aku mulai sedikit
mendorong batang burungku kelubang memeknya. Pelan-pelan, batangnya mulai
ambles kedalam memek. Tanganku mulai meremas-remas pantat Dewi…. (gila, bulat
banget nih pantat polwan, kenceng banget lagi. Banyak olahraga kali ya?).
Terkadang tanganku menyusup kedalam baju dinasnya dan meremas-remas toketnya
serta memilin putting susunya. Dewi mendesah-ndesah keenakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Gimana masss??? Enakkk?…
terus mas maju mundur aja….”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ya mbak, enak. Mbak
seksi banget yahh, udah langsing pantatnya montok lagi” pujiku jujur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ahhh mas, bisa aja.
Burung mas juga enak kok…, kuat banget, padahal baru keluar habis-habisan lho
tadi…” godanya genit. “gimana mas perasaannya nggoyang polwan??”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ehhh…, agak deg-degan
juga…”sambil pinggulku memaju mundurkan batang didalam memeknya. Sambil mataku
lihat jam dinding, 22.30. tanganku semakin familiar dengan lekuk-lekuk tubuh
Dewi. Pundak Dewi kemudian merendah, pantatnya sekarang benar-benar nungging,
nafasnya mulai memburu tak teratur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ahhhh… mass…,
enakkkkk, terusss” badannya mengeliat-geliat, sesekali tampak pantat bulatnya
mengejang. “ohhhh…. Ohhhhh….., ahhhhhhhh” Tampak seluruh badan Dewi mengejang
beberapa saat dan kemudian mengendur pelan-pelan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Aku dah orgasme
mass…., ayo mas terus aja sampe keluar” matanya sayu tapi mengerling manja ke
arahku. “Mau ganti gaya ya mas?? Spooning aja ya? Mas pasti tau dehh… yukk”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ya mbak” aku
pelan-pelan rebah bersama Dewi. Posisi spooning sekarang, aku peluk Dewi dari
belakang sambil sku sodokkan burungku berulang-ulang dan sekuat tenaga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“ahh…, ahhh…, ahhh”
Dewi menjerit pelan, aku terus memompa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ahhhh mbakkk…, akuu
keluarrrrr…” tubuhku mengejang dan crott…crottt. Spermaku keluar untuk kedua
kalinya… Pelukanku ke Dewi bagai mencengkeram sampai Dewi sepertinya sulit
bernafas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“masss…., puas ya”
ucapnya lembut dan manja…, aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Aku melirik
jam dinding.., sudah jam 23.15.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ada apa sih mas, kok
lihat jam??? Nggak suka ya?” Dewi merengut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“nggak mbak.., tapi
udah hamper jam setengah dua belas, temenku yang aplusan jaga bentar lagi
dating” jelasku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ohhh… kirain..”
senyumnya manja kemudian kepalanya menoleh ke wajahku dan mulai memagut mulutku
lagi. “ya udah…, kita beres-beres dulu yuk”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Aku melepas batangku
yang mulai lemas dari memeknya, kuambil tisu untuk menahan dan membersihkan
cairan disekitar memeknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Makasih ya mas”
sambil dia merapikan kembali seragam polwannya. Merapikn lagi rambutnya yang
pendek…, aku suka sekali melihatnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Mbak cantik banget
dehhh”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“ahhh mass…., makasih
juga. Sama-sama, aku juga sangat menikmati ini kok. Kalau bisa lain kali kita
ketemuan lagi…, aku percaya kamu kok” balasnya masih dengan nada manja. “Ehh…,
boleh minta nomer hp ya mas…, supaya bisa ketemuan lagi”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Tentu mbak, mbak baik
banget. Perjakaku diambil mbak lhooo…..” aku sedikit tersipu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ohhh…, maaf ya. Habis
aku pngen banget sihhhh… semoga kamu suka dan nggak kapok” setelah rapi, dia
memakai sepatu dan mau membayar internet.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“ndak usah mbak.., ini
bayarannya sudah sangat berlebih kok” jawabku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">“Ahhh… yaudah. Makasih
ya ..” Setelah tukar menukar nomer hp, Dewi membuka pintu dan menyempatkan
kissbye yang aku bales dengan lebih mesra.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dan sejak itu kadang-kadang aku ketemuan
dengan Dewi diberbagai tempat.Beberapa minggu setelah itu Dewi bercerai dengan
suaminya. Hubunganku dengan Dewi hingga tahun 2004. Tahun itu dewi udah punya
suami baru, seorang perwira polisi. Aku ndak berani ketemuan lagi, dan Dewi
kayaknya sekarang betul-betul sayang sama suaminya. Aku turut bersyukur saja.<o:p></o:p></span></div>
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6163778529645230756.post-31139202716789897142012-09-01T22:20:00.003-07:002012-09-01T23:18:45.212-07:00MERTUAKU NAKAL<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3_hcCMIOMbxK8Om5NK-nKeSvDqqOkb_XElO7OFVjbcJdWD2Dfs7PLyzoPRH5Ibf-wOSfNDMVBygo6GdNmL9msbf_lX8bynGvlDVv79CuYCCH0o6a8gpSwaXUI7JAvVERjbUFBPUpJWK4-/s1600/430333_381931191835119_100000547253478_1339058_1471951619_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3_hcCMIOMbxK8Om5NK-nKeSvDqqOkb_XElO7OFVjbcJdWD2Dfs7PLyzoPRH5Ibf-wOSfNDMVBygo6GdNmL9msbf_lX8bynGvlDVv79CuYCCH0o6a8gpSwaXUI7JAvVERjbUFBPUpJWK4-/s320/430333_381931191835119_100000547253478_1339058_1471951619_n.jpg" width="275" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 18pt; text-align: justify;">
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Frans, 56 tahun, dengan perutnya yang gendut yang kebanyakan
minum bir, kepalanya mulai botak dan sudah menduda selama 10 tahun. Setelah
rumahnya dijual untuk membayar hutang judinya, dia terpaksa datang dan menginap
di rumah putranya yang berumur 28 beserta menantu perempuannya. Sekarang dia
harus menghabiskan waktunya dengan pasangan muda tersebut sampai dia dapat
menemukan sebuah rumah kontrakan untuknya. Diketuknya pintu depan dan Ester,
menantu perempuannya yang berumur 24 tahun, muncul dengan memakai celana pendek
putih dan kemeja biru dengan hanya tiga kancing atasnya yangterpasang,
memperlihatkan perutnya yang rata. Rambutnya yang berombak tergerai sampai
bahunya dan mata indahnya terbelalak menatapnya. "Papi, aku pikir Papi
baru datang besok,mari masuk", katanya sambil berbalik memberi Frans
sebuah pemandangan yang indah dari pantatnya. Dengan tingginya yang 175 itu,
dia terlihat sangat cantik. Dia mempunyai figur sempurna yang membuat lelaki
mana pun akan bersedia mati untuk dapat bercinta dengannya."Johan masih di
kantor, sebentarlagi pasti pulang." "Kupikir aku hanya tidak mau
ketinggalan bus", kata Frans sambil duduk."Tidak apa-apa", jawab
Ester sambil membungkuk ke depan untuk mengambil sebuah mug di atas meja kopi.
Dengan hanya tiga kancing yang terpasang, itu memberi Frans sebuah pemandangan
yang bagus akan payudaranya, kelihatan sempurna. Memperhatikan hal tersebut
menjadikan Frans ereksidengan cepat, dan dia harus lebihberhati-hati untuk
menyembunyikan reaksi tubuhnnya. Ester duduk di sofa didepan Frans dan
menyilangkan kakinya, memperlihatkan pahanyayang indah. Posisi duduknya
yangdemikian membuat pusarnya terlihat jelas ketika dia mulai bertanya pada
Frans tentang perjalanannya dan bagaimana keadaannya. "Perjalanan yang
melelahkan", Frans menjawab sambil matanya menjelajahi dari kepala hingga
kaki pada keindahan yang sedang duduk di depannya. Sudah lebih dari 5 tahun
sejak Frans berhubungan seks untuk terakhir kalinya. Setelah isterinya
meninggal, Frans sering mencari wanita panggilan. Tetapi hal itu semakin
membuat hutangnya menumpuk, dan dia tidak mampu lagi untuk membayarnya. Ester
menyadari kalau kemejanya memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya pada
mertuanya, maka dia dengan cepat segera membetulkan kancing kemejanya.
"Aku harus ke atas, mandi dan segera menyiapkan makan malam. Anggap saja
rumah sendiri", katanya sambil berjalan naik ke tangga. Mata Frans
mengikuti pantat kencangnya yang bergoyang saat berjalan di atas tangga dan dia
tahu bahwa dia memerlukan beberapa 'format pelepasan' dengan segera. Kemudian
telepon berbunyi. Fransmengangkatnya. "Halo" "Hallo, ini Papi
ya?", itu Johan. "Ya Jo", jawab Frans. "Pi, aku khawatir
harus meninggalkan Papi untuk urusan bisnis dan mungkin nggak akan kembali sampai
Senin. Ada keadaan darurat. Maafkan aku soal, ini tapi Papi bisa kan bilang ini
ke Ester, aku harus mengejar pesawat sekarang. Maafkan aku tapi aku akan
telepon lagi nanti". Mereka saling mengucapkan salam lalu menutup
teleponnya. Lalu Frans memutuskan untuk menaruh koper-kopernya. Dia berjalan ke
atas, melewati kamartidur utama, terdengar suara orang yang sedang mandi. Frans
menaruh koper-kopernya dan pelan-pelan membuka pintu kamar tidur itu lalu
menyelinap masuk. Ada sepasang celana jeans berwarna biru di atas tempat tidur,
dan sebuah atasankatun berwarna putih. Frans mengambil atasan itu dan menemukan
sebuah pakaian dalam wanita di bawahnya. Ini sudah cukup. Diambilnya celana
dalam itu, membuka resluiting celananya, dan mulai menggosok kemaluannya dengan
itu. Jantungnya berdebar mengetahuibahwa menantu perempuannya sedang berada di
kamar mandi di sebelahnya selagi dia sedang menggunakan celana dalamnya untuk
'sarana pelepasan' dirinya. Dipercepatnya gerakannya sambilmencoba membayangkan
seperti apa Ester saat di atas tempat tidur, dan bagaimana rasanya mendapatkan
Ester bergerak naik turun pada penisnya. Frans hampir dekat dengan klimaksnya
ketika dia mendengar suara dari kamar mandi berhenti. Dengan cepat Frans
meletakkan pakaian itu ke tempatnya semula dan keluar dari ka mar itu. Dia menutup
pintunya, tapi masih membiarkannya sedikit terbuka. Baru saja dia keluar, Ester
muncul dari kamar mandi dengan sebuah handuk yang membungkus tubuhnya. Frans
bisa langsung orgasme hanya dengan melihatnya dalam balutanhanduk itu, lalu dia
tahu dia akanmendapatkan yang lebih baik lagi.Ester melepas handuknya,
membiarkannya jatuh ke lantai, tidak mengetahui kalau mertuanya yang terangsang
sedang mengintip tiap geraknya. Dia mendekat ke pintu, saat dia pertama kali
melihatnya Frans memperoleh sebuah pemandangan yang sempurna dari pantat yang
sangat indah itu. Kemudian Ester memutar tubuhnya yang semakin mempertunjukkan
keindahannya. Vaginanya terlihat cantik sekali dihiasi sedikit rambut dan
payudaranya kencang dan sempurna, seperti yang dibayangkan Frans. Dia mulai
mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, membuat payudaranya sedikit
tergoncang dari sisi ke sisi. Frans menurunkansalah satu kopernya dan
menggunakan tangannya untuk mulai mengocok penisnya lagi. Ester yang selesai
mengeringkan rambutnya, mengambil celana dalamnya dan membungkuk ke depan untuk
memakainya. Saat melakukannya, Frans mendapatkan sebuah pemandangan yang jauh
lebih baik dari pantatnya, dan dia tidak lagi mampu mengendalikan dirinya, dia
bisa langsung masuk ke dalam sana dan menyetubuhinya dari belakang. Lubang
anusnya yang berwarna merah muda terlihat sangat mengundang ketika pikiran
Frans membayangkan apa Ester mengijinkan putranya memasukkan penisnya ke dalam
lubang itu. Ketika dia membungkuk untuk memakai jeansnya, gravitasi mulai
berpengaruh pada payudaranya. Penglihatan ini mengirim Frans ke garis akhir,
saat dia menembakkan spermanya ke seluruh celana dalamnya. Pelan-pelan Frans
mengemasi baarang-barangnya dan dengan cepat memasuki kamarnya sendiri
untukberganti pakaian. Sesudah makanmalam, mereka berdua pergi ke ruang
keluarga untuk bersantai."Kenapa tidak kita buka sebotol wine. Aku
menyimpannya untuk malam ini buat Johan tapi karenasekarang dia tidak pulang
sampaihari Senin, kita bisa membukanya", kata Ester sambil berjalan ke
lemari es. "Ide yang bagus", jawab Frans memperhatikan Ester
membungkuk ke depan untuk mengambil botol wine. Ketika Ester mengambil gelas di
atas rak, atasan putihnya tersingkap ke atas, memberi sebuah pandangan yang
bagus dari tubuhnya. Atasannya menjadikan payudaranya terlihat lebih besar dan
jeansnya menjadi sangat ketat, memperlihatkan lekukan tubuhnya. Frans tidak
bisa menahannya lagi. Dia harus bisa mendapatkannya. Sebuah rencana mulai
tersusun dalam otak mesumnya. Dua jam berbicara dan mulai mabuk saat alkohol
mulai menunjukkan efeknya pada Ester. Dengan cepat topik pembicaraan mengarah
pada pekerjaan dan bagaimana Ester sedang mengalami stress belakangan
ini."Kenapa kamu tidak mendekat kemari dan aku akan memijatmu",tawar
Frans. Ester dengan malas berkata ya dan pelan-pelan mendekat pada Frans dan
berbalik pada punggungnya lalu tangan Frans mulai bekerja pada bahunya.
"Oohh, ini sudah terasa agak baikan", dia merintih. Frans tetap
memijat bahunya ketika perasaan mendapatkan Ester mulai mengaliri tubuhnya,
membuat penisnya mengeras. Mata Ester kini terpejam saat diabenar- benar mulai
menikmati apa yang sedang dilakukan Franspada bahunya. Pantatnya kini berada di
atas penis Frans, membuat Frans ereksi penuh."Oohh, aku tidak bisa percaya
bagaimana leganya perasaan ini, Papi sungguh baik". "Ini
keahlianku", jawab Frans saat diapelan-pelan mulai menggosokkan penisnya
ke pantat Ester. Ester menyadari apa yang sedang terjadi. Dia tidak
menghiraukan apa yang Frans lakukan dengan pijatannya yang mulai 'salah' itu.
Dia sangat mencintai suaminya dan tidak pernah akan mengkhianati dia. Dan
bayangan tidur dengan mertuanya sangat menjijikkannya. Dia meletakkan kedua
tangannya pada kaki Frans saat mencoba untuk melepaskan dirinya dari penis
Frans. Tapi dengan gerakan malasnya, hanya menyebabkannya menggerakkan
pantatnya naik turun selagi dia menggunakan tangannya untuk menggosok paha
Frans. Tahu-tahu dia merasa sangat bergairah, dan dia ingin Johan ada di sini
agar dia bisa segera ber cinta dengannya. Frans tahu bahwa dia telah
mendapatkannya. "Ini mulai terasa tidak nyaman untuk aku, kenapa kita
tidak pergi saja ke atas", ajak Frans. "Baiklah, aku belum merasa
lega benar, tapi sebentar saja ya, sebab aku tidak mau membuat Papi
lelah". Ketika mereka memasuki kamar tidur, Frans memintanya untuk membuka
atasannya agar dia bisa menggosokkan lotion ke punggungnya. Dia setuju
melepasnya dan dia memperlihatkan bra putihnya yang menahan payudaranya
yangsekal. Gairahnya terlihat dengan puting susunya yang mengeras yang dengan
jelas terlihat dari bahan bra itu. Apa yang Ester kenakan sekarang hanya bra
danjeans ketatnya, yang hampir tidak muat di pinggangnya. Ester rebah pada
perutnya ketika Frans menempatkan dirinya di atas pantatnya. "Begini jadi
lebih mudah untukku", kata Frans saatdia dengan cepat melepaskan kemejanya
dan mulai untuk menggosok pinggang dan punggung Ester bagian bawah. Alkohol
telah berefek penuh padaEster ketika dia memejamkan matanya dan mulai jatuh
tertidur."Oohh Johan", dia mulai merintih. Frans tidak bisa
mempercayainya.Di sinilah dia, setelah 5 tahun tanpa seks, di atas tubuh
menantu perempuannya yang cantik dan masih muda dan yang dipikirnya dia adalah
suaminya. Pelan-pelan dilepasnya celananya sendiri, dan membalikkan tubuh
Ester. Frans pelan-pelan mencium perutnya yang rata saat dia mulai melepaskan
jeans Ester dengan perlahan. Vagina Ester kini mulai basah saat dia
bermimpiJohan menciumi tubuhnya. Denganhati-hati Frans melepas jeansnya dan
mulai menjalankan ciumannyake atas pahanya. Ketika dia mencapai celana dalam
yang menutupi vaginanya, dia menghirup bau harumnya, dan kemudian sedikit
menarik ke samping kain celana dalam yang kecil itu dan mencium bibir
vaginamerah mudanya. Vaginanya lebih basah dari apa yang pernah Frans
bayangkan. Ester menggerakkan salah satu tangannya untuk membelai payudaranya
sendiri, sedang tangan yang lainnya membelai rambut Frans. "Oohh
Johan", dia merintih ketika sekarang Frans menggunakan lidahnya untuk
menyelidiki vaginanya. Penisnya akan meledak saat dia mulai menjalankan
ciumannya ke atas tubuhnya. "Jangan berhenti", bisik Ester. Dia
sekarang menggerakkan penisnya naik turun di gundukannya, merangsangnya. Hanya
celana dalam putih kecil yang menghalanginya memasuki vaginanya. Frans lebih
melebarkan paha Ester, dan kemudian mendorong celana dalam itu ke samping saat
dia menempatkan ujung penisnya pada pintu masuknya. Pelan-pelan, di dorongnya
masuk sedikitdemi sedikit ketika Ester kembali mengeluarkan sebuah rintihan
lembut. Sudah sekian lama dia menantikan sebuah persetubuhanyang panas, dan
sekarang dia sedang dalam perjalanan 'memasuki' menantu perempuannya yang
cantik. Dia menciumi lehernya saat menusukkan penisnya keluar masuk. Dia mulai
meningkatkan kecepatannya, saat dia melepaskan branya. Frans mencengkeram kedua
payudara itu dan menghisap puting susunyaseperti bayi. Perasaan ini tiba-tiba
membawa Ester kembali pada kenyataan saat dia membuka matanya. Dia tidak bisa
percaya apa yang dia lihat. Mertuanya sedang berada di atas tubuhnya, mendorong
keluar masuk ke vaginanya dengan gerakan yang mantap, dan yang paling buruk
dari semuaitu, dia membiarkannya terjadi begitu saja. Frans melihat matanya
terbuka, maka dia memegang kaki Ester dan meletakkannya di atas bahunya dengan
jari kakinya yang menunjuk lurus ke atas. Kini dia menyetubuhinya untuk segala
miliknya yang berharga. "Oh tidak.. Hentikan.. Oh.. Tuhan.. Kita tidak
boleh.. Tolong.. Oohh", Ester berteriak. Payudaranya terguncang seperti
sebuah gempa bumi ketika Frans menyetubuhinya layaknya seekorbinatang.
"Hentikan Pi.. Ini tidak benar.. Oohh Tuhan", Ester berteriak dengan
pasrah. Frans melambat, dia menunduk untuk mencium bibir Ester. Lutut Ester
kini berada di sebelah kepalanya sendiri saat dia menemukan dirinya malah
membalas ciuman Frans. Sesuatu telah mengambil alihnya. Lidah mereka kini
mengembara di dalam mulut masing-masing ketika mereka saling memeluk dengan
erat. Frans menambah lagi kecepatannya dan keluar masuk lebih cepat dari
sebelumnya, Ester semakin menekan punggungnya. Frans berguling dan Ester kini berada
di atas, 'menunggangi' penis Frans. "Oh Tuhan, Papi merobekku", kata
Ester ketika dia meningkat gerakannya. "Kamu sangat rapat,aku bertaruh
Johan pasti kesulitan mengerjai kamu", jawabnya. Ini adalah vagina
palingrapat yang pernah Frans 'kerjai' setelah dia mengambil keperawanan
isterinya. Dia meraih ke atas dan memegang payudaranya, meremasnya bersamaan
lalu menghisap puting susunya lagi. "Tolong jangan keluar di dalam..
Oohh.. Papi tidak boleh keluar di dalam". Ester kini menghempaskan Frans
jadi gila. Mereka terus seperti ini sampai Frans merasa dia akan orgasme. Dia
mulai menggosok beberapa cairan di lubang pantat Ester. Diakemudian menyuruh
Ester untuk berdiri pada lututnya saat dia bergerak ke belakangnya, dengan
penisnya mengarah pada lubang pantatnya. "Tidak, punya Papi terlalu besar,
aku belum pernah melakukan ini, Tolong Pi jangan", Ester mengiba berusaha
untuk lolos. Tetapi itu tidak cukup untuk Frans. Sambil memegangi pinggulnya,
dengan satu dorongan besar dia melesakkan semuanya ke dalam pantat Ester.
"Oohh Tuhan", Estermenjerit, dia mencengkeram ujung tempat tidur
dengan keduatangannya. Frans mencabut pelan-pelan dan kemudian mendorong lagi
dengan cepat. Payudaranya tergantung bebas, tergguncang ketika Frans mengayun
dengan irama mantap."Oohh Papi bangsat". "Aku tahu kamu suka
ini", jawab Frans, dia mempercepat gerakannya. Ester tidak bisa percaya
dia sedang menikmati sedang 'dikerjai' pantatnya oleh mertuanya.
"Lebihkeras", Ester berteriak, Frans memegang payudaranya dan mulai
menyetubuhinya sekeras yang dia mampu. Ditariknya bahu Ester ke atas mendekat
dengannya dan menghisapi lehernya. "Aku akan keluar", teriak Frans.
"Tunggu aku ", jawabnya. Frans menggunakan salah satu tangannya untuk
menggosok vaginanya, dan kemudian dia memasukkan dua jari dan mulai mengerjai
vaginanya. Ester menjerit denganperasaan nikmat sekarang saat dalam waktu yang
bersamaan telepon berbunyi. Ester menjatuhkan kepalanya ke bantalketika Frans
mengangkat telepon, dengan satu tangan masih menggosok vaginanya."Halo..
Johan.. Ya dia menyambutku dengan sangat baik.. Ya aku akan memanggilnya,
tunggu", katanya saat dia menutup gagang telepon supaya Johan tidak bisa
dengar suara jeritan orgasme istrinya. Dia bisa merasakan jarinya dilumuri
cairanEster. Dengan satu dorongan terakhir dia mulai menembakkan benihnya di
dalam lubang pantat Ester. Semprotan demi semprotanmenembak di dalam lubang
pantat rapat Ester. Mereka berdua roboh ke tempat tidur, Frans di atas punggung
Ester. Penisnya masih di dalam, satu tangan masih menggosok pelan vagina Ester
yang terasa sakit, tangan yang lain meremas ringanpayudaranya. "Halo
Johan", kata Ester mengangkat telepon."Tidak, kita belum banyak
melakukan kegiatan.. Jangan cemaskan kami, hanya tolong usahakan pulang cepat..
Aku mencintaimu". Dia menutup dan menjatuhkan telepon itu. Mereka
berbaring di sana selama lima menitan, Frans masih di atas, nafas keduanya
berangsur reda. Frans mencabut jarinya yang berlumuran sperma dan meletakkannya
ke mulut Ester. Dia menghisapnya hingga kering, dan kemudian bangun. "Aku
pikir lebih baik Papi keluar", dia berkata dengan mata yang berkaca-kaca.
Dia berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi itu. Rambutnya berantakan. Frans
bisa melihat cairannya yang pelan-pelan menetes turun di pantatnya, dan menurun
ke pahanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 18.0pt;">
<span style="color: #333333; font-family: "Tahoma","sans-serif"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><b>E N D</b><o:p></o:p></span></div>
<br />
</div>
Unknownnoreply@blogger.com